Tujuhbelas

38.8K 4.5K 261
                                    

Day one, kalau yang Arsenal bilang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Day one, kalau yang Arsenal bilang.

Seperti yang sudah direncanakan, mereka akan pulang bersama. Arsenal berkata pada Mili akan menunggunya di lobi. Namun Mili berkata lain. Dia yang akan datang langsung ke tempat mobil Arsenal terparkir. Hal itu dilakukan sebab dia takut kalau ada teman kantornya yang melihat. Pasalnya, sudah sering sekali mereka bersama-sama. Mili tidak mau orang lain curiga ada sesuatu di antara dirinya dan Arsenal. Terlebih jika Tamara yang mengetahui. Mili sangat tidak mau.

Satu-satunya orang yang tahu tentang hubungan tidak jelas ini adalah Kiara. Itu juga Mili hampir saja meminta gadis itu membuat perjanjian di atas materai agar Kiara tidak bilang siapa-siapa. Namun tentu tidak Mili laksanakan. Dia teringat betapa menyebalkannya Arsenal saat melakukan itu.

Kini, di dalam mobil yang tengah melaju, Mili hanya bisa duduk kaku. Seperti biasa saat mereka sedang bersama, sedikit sekali pembicaraan yang tercipta. Mili tentu bukan orang yang bisa menciptakan bahan obrolan lebih dulu. Dan sepertinya, Arsenal pun demikian. Setahun lebih mengenalnya, Mili tahu Arsenal memang orang yang tidak banyak bicara. Ibu Adis pun sering mengeluhkan kalau Arsenal itu seperti patung. Tidak bisa diajak bercerita sama sekali.

"Kamu mau makan apa malam ini?"

Keadaan sunyi yang Mili pikir akan berlangsung sampai mereka tiba, ternyata dipecahkan Arsenal lebih dulu. Mili pun ikut menoleh padanya.

"Em ... kita makan malam dulu?" tanya gadis itu. Dia tidak tahu kalau agenda pulang bersama juga diikuti oleh makan malam bersama.

"Emangnya kamu udah makan malam?" tanya lelaki itu lagi.

Mili menggeleng. "Belum."

Biasanya Mili memang tidak makan berat saat malam. Kalau pun makan berat, tidak akan dia lakukan di atas jam enam. Sejak Mili melakukan dietnya, dia melakukan itu. Dan sampai kini, Mili terbiasa melakukannya.

"Aku juga belum," sahut Arsenal. "Kita makan dulu aja. Atau beli makan aja terus makan di kos kamu?"

Sontak, Mili menggeleng. Membiarkan Arsenal masuk ke dalam kosnya adalah bukan ide yang bagus. "Kita makan di luar aja," putusnya.

Dilihat Mili Arsenal yang mengangguk kecil, kemudian menoleh padanya lagi. "Kamu mau makan apa?"

"Terserah Mas Arsenal aja."

Lelaki itu mengangguk lagi. "Hari ini aku yang nentuin kita makan di mana. Besok kamu, ya?"

Kening Mili mengerut dalam. Bukan hanya karena dia yang besok disuruh menentukan tempat makan melainkan ... apa mereka akan selalu makan malam bersama?!

*__*

Makan malam bersama itu ternyata benar selalu mereka lakukan.

Day three.

Dikejar JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang