Empatpuluhempat

32.1K 4.1K 332
                                    

              Mili memang berjanji untuk tidak menemui Irul tanpa Arsenal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

              Mili memang berjanji untuk tidak menemui Irul tanpa Arsenal. Namun, bertemu Irul secara tidak sengaja, tanpa Arsenal, bukan berarti gadis itu tidak tepat janji bukan?

Karena itulah hal yang sedang Mili alami saat ini. Di mana Mili tidak sengaja bertemu dengan Irul di depan minimarket. Mereka berpapasan dan Irul sudah jelas-jelas melihatnya. Tidak mungkin Mili melengos atau bahkan kabur di saat Irul sudah menyapanya duluan, bukan? Tentu hal itu akan sangat menjadi tidak sopan. Maka dari itu, tidak ada pilihan baginya selain pasrah mengikuti Irul untuk duduk di depan minimarket sebentar.

Setelah ini, Mili akan memberitahu Arsenal kalau dia bertemu Irul secara tidak sengaja.

"Sombong pisan Mili mah sekarang. Kenapa kemarin nggak jadi datang? Katanya mau lihat Irul manggung?" cecar Irul langsung begitu Mili baru mendaratkan duduk di kursinya.

"Belum ada waktu, Irul," sahut Mili. "Mili mau ke sana sama Mas Arsenal, tapi Mas Arsenal baru bisa Rabu depan. Rabu depan, deh, nanti Mili ke sana. Mili juga udah promosiin kafenya ke teman-teman kantor Mili buat dateng."

"Rabu depan mah Irul nggak manggung lagi."

"Kenapa?"

"Kan cuman dua minggu sekali. Rabu depan Irul manggungnya di Bekasi. Dekat Sumarecon. Mili datang ke sana aja."

"Ih jauh pisan di Bekasi?"

"Sejauh apa, sih, Bekasi? Nggak ada effort-nya pisan sama teman, teh? Inget teu yang sering nitip jajan di kantin ke Irul siapa?"

Serta-merta, Mili cemberut. "Pamrih pisan. Diungkit wae sagala."

"Makanya dateng atuh. Ajak semua teman Mili ke sana. Kang Arsenal ajak juga."

"Hm. Nanti tanya dulu kalau Mas mau baru ke sana. Habisnya jauh. Macet itu mah pasti."

Irul mencebik, tetapi tidak Mili ladeni. Dia memilih untuk membuka minuman kalengannya yang ternyata cukup sulit dilakukan sampai Irul mengambil alih. Membukakan minuman kaleng milik Mili hingga gadis itu lebih mudah dengan hanya tinggal meminumnya.

Menenggak minum sembari menatap Irul, ada hal yang sedang Mili pikirkan saat ini. Sepertinya, ini adalah waktu yang tepat untuk berbicara serius pada Irul.

"Irul," panggil Mili.

"Naon?"

Menarik napasnya, Mili pun perlahan memberanikan diri untuk bicara. "Mili ... udah punya pacar."

Irul menatapnya, belum menimpali.

"Mili pacaran sama Mas Arsenal," lanjut gadis itu.

Takut-takut Mili menantikan respons dari lelaki itu yang ternyata malah mengangguk-angguk kecil. "Oh. Udah Irul duga, sih," sahut lelaki itu.

"Maksudnya?"

"Iya atuh. Yang waktu Kang Arsenal nyamperin kita di Kota Tua, terus Irul di antar ke stasiun. Mana mungkin Mili sama dia nggak ada hubungan apa-apa tapi dia udah baik begitu mau antar ke Halim. Jauh loh itu."

Dikejar JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang