Empatpuluhdua

34.8K 4.4K 237
                                    

Akhir pekan ini, Mili dan Arsenal sepakat untuk melihat ruko kosong tempat Mili akan membuka bisnisnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhir pekan ini, Mili dan Arsenal sepakat untuk melihat ruko kosong tempat Mili akan membuka bisnisnya. Lokasinya tidak begitu jauh dari rumah yang sedang Arsenal bangun. Seperti yang Arsenal katakan, tempat itu cukup strategis karena dekat dengan sekolah. Bahkan, tidak jauh dari sana juga ada kampus swasta. Benar-benar tempat yang cocok kalau Mili mau membuka usaha fotocopy dan menjual ATK. Namun, karena lokasinya yang strategis itu juga, harga sewanya cukup mahal. Setelah Mili menghitung total tabungannya, masih kurang beberapa lagi untuk sewa ruko dan membeli paket usaha fotocopy. Apalagi dia sudah tidak bekerja yang otomatis sudah tidak ada pemasukan lagi.

              "Kan kos Mili habis bulan depan sewanya, kalau misal Mili DP dulu rukonya, nanti bulan depan pindah ke sana kayaknya bisa ya, Mas? Nanti Mili nggak usah perpanjang lagi kosnya biar Mili tinggal di ruko aja."

Ide ini yang terlintas di dalam kepalanya untuk menghemat budget. Dia sampaikan pada Arsenal saat mereka sedang makan siang di sebuah restoran yang tidak jauh dari tempat ruko tersebut.

Atas ide yang Mili sampaikan itu, kening Arsenal mengernyit, tampak tidak setuju. "Masa kamu mau tinggal di ruko? Itu di pinggir jalan loh, Ily. Rukonya juga nggak begitu besar. Nanti kalau benar-benar udah ditaruh mesin-mesin dan etalase, itu ngepas banget."

"Bisa, kok. Nanti Mili buat sekat gitu yang di samping kamar mandi itu."

Arsenal tetap menggeleng. "Jangan deh. Bulan depan ...." Lelaki itu tampak berpikir. "Kayaknya rumah udah bisa selesai di keramik. Nanti kamar depan langsung isi kasur sama lemari dulu aja. Kamu tinggal di sana aja, ya?"

"Masa Mili tinggal di sana? Kan kita belum menikah." Gadis itu sedikit bersemu saat mengatakannya.

"Ya kan tinggalnya sendiri, nggak sama aku. Sekalian pelan-pelan isi perabotannya."

"Tapi kan ... itu rumah Mas Arsenal."

Lelaki itu tersenyum tipis. "Kan akan jadi rumah kamu juga," ujar Arsenal yang membuat Mili tampak semakin tersipu.

"Kalau enggak, nanti Mili minta sama Papa aja untuk sewa kos dulu cari yang lebih murah." Teringat juga Papanya pernah berkata bahwa dia akan memberikan Mili tambahan modal usaha. Dengan catatan, Mili sudah ketemu calonnya. Kan, sekarang sudah ketemu. Tinggal dia tagih saja janji ayahnya tersebut.

"Jadi nggak mau tinggal di rumah aku?" tanya Arsenal.

Gadis itu tidak langsung menyahut. Banyak sekali yang sedang dia pertimbangkan kalau tinggal di sana lebih dulu. Terutama, alasan bahwa mereka belumlah menikah. Rasanya belum pantas kalau Mili sudah tinggal duluan di rumah lelaki itu. Apalagi, keluarga keduanya belum sama sekali tahu tentang hubungan mereka.

Lalu yang kedua ....

"Nanti takutnya kalau ditanya sama tetangga? Masa masih pacaran udah tinggal di rumah itu?" Pasalnya, rumah Arsenal yang sedang dibangun itu berada di area perkampungan warga. Sangat tidak mungkin kalau Mili tidak bersosialisasi dengan tetangga.

Dikejar JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang