Duapuluhlima

37.1K 4.3K 240
                                    

Mili masih ingat, bagaimana pertemuan pertamanya dengan Arsenal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mili masih ingat, bagaimana pertemuan pertamanya dengan Arsenal. Hal yang membuat gadis itu bahkan tidak berani untuk sekedar terang-terangan menatapnya. Tepatnya, ketika pertama kalinya Mili menginjakkan kaki di rumah Arsenal pada siang hari usai Bu Adis dan Pak Arham menjemputnya di terminal.

Berbanding terbalik dengan kedua orang tua lelaki itu yang menyambutnya dengan ramah, Arsenal tidak demikian. Mili masih ingat bagaimana uluran tangannya, juga senyum kikuk yang berusaha sesopan mungkin ia sajikan disambut Arsenal dengan membuang wajah. Raut masam lelaki itu usai bertatap wajah dengan Mili di dapur rumahnya. Uluran tangan Mili bahkan tidak tersambut sama sekali sebab Arsenal langsung melengos dan pergi dari sana.

Tidak sampai di sana.

Perlakuan Arsenal saat awal-awal kedatangan Mili membuat gadis itu merasa begitu tidak nyaman. Arsenal tidak pernah berbicara sepatah kata pun padanya. Saat mereka tidak sengaja bertemu lagi setelahnya, Arsenal selalu membuang wajah. Pun saat mereka harus berada di ruang yang sama seperti ketika tengah sarapan dan makan malam bersama keluarga lelaki itu, Arsenal kerap melengos ketika tatap mereka tak sengaja bertemu.

Saat itulah, Mili berpikir mungkin saja Arsenal tidak menyukai kehadirannya, bahkan juga terganggu karenanya. Mungkin saja memang benar sebab Mili begitu merepotkan lelaki itu karena dia jugalah yang mencarikan Mili pekerjaan. Termasuk mengantarkan Mili interview, juga mengajarinya naik angkutan umum untuk pertama kali.

Arsenal mungkin saja merasa kerepotan. Maka dari itu, setelah pindah dari rumah Arsenal dan tinggal seorang diri, Mili berusaha untuk menghindari lelaki itu baik sengaja atau pun tidak sengaja. Meski tak jarang, mereka kerap berpapasan.

Arsenal tidak pernah ramah, juga tidak berusaha untuk melakukannya. Kecuali setelah setahun Mili tinggal di Jakarta, tepatnya ketika Arsenal menemukannya yang tengah menangis di halte. Pertama kalinya, lelaki itu mengulurkan tangan tanpa diminta. Membantu Mili keluar dari masalahnya. Setelah itu juga, Arsenal menjadi sedikit lebih ramah.

Apa karena itu, ya? Karena melihat Mili menangis dan Arsenal menjadi kasihan? Berujung pertemuan-pertemuan mereka yang lebih sering, hingga puncaknya pada saat Mili mendaftar Rumah Jodoh, dan kini, mereka benar-benar berpacaran. Sesuatu hal yang tidak pernah Mili sangka dalam hidupnya.

Berpacaran dengan lelaki itu. Bahkan, bisa tersenyum malu-malu hanya dengan meliriknya. Arsenal yang kini tengah menyetir, membawa kendaraannya menuju kantor. Ya, bahkan Mili yang kerap menolak berangkat bersama, tidak kuasa mengiyakan setelah dua hari mereka menyandang status menjadi sepasang kekasih.

"Kenapa? Kok lirik-lirik terus?" Pertanyaan tiba-tiba dari Arsenal itu membuat Mili tergagap.

Gadis itu langsung menegakkan duduk, menoleh ke depan dan menggeleng tegas. Namun sempat diliriknya juga Arsenal yang tersenyum tipis di sudut bibirnya.

Oh sial! Bodoh sekalian keluannya barusan. Benar-benar memalukan! Kenapa pula Mili harus mencuri pandang ke lelaki itu. Mentang-mentang sekarang Arsenal adalah pacarnya? Pacar pertamanya?

Dikejar JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang