Delapanbelas

38.1K 4K 179
                                    

Perut Mili keroncongan!              

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perut Mili keroncongan!              

Namun begitu, tidak dilihatnya tanda-tanda Arsenal akan mengajaknya makan. Mereka hanya duduk saja di kursi bioskop menunggu film yang ingin ditonton tayang. Arsenal hanya membelikan Mili air mineral yang sudah hampir habis gadis itu tenggang saking laparnya dia.

"Kamu haus ya? Mau beli minum lagi?" tanya Arsenal, turut menatap teguk terakhir minum yang Mili telan.

Gadis itu langsung menggeleng cepat. Dia takut keseringan ke kamar mandi kalau minum terus. Meski tidak dipungkiri, perutnya masih kelaparan. Arsenal pun tidak menyahut lagi. Berikut Mili yang berkali-kali menggigit bibirnya gelisah.

Apa dia pura-pura ke toilet dulu saja, ya, kemudian melipir membeli roti?

Namun, jalan menuju toiletnya ada di samping mereka!

Kruuuuk

Mili melotot. Mendengar suara perutnya sendiri yang tiba-tiba berbunyi. Pelan, gadis itu pun menoleh ke samping. Langsung bersetatap dengan Arsenal yang juga menoleh padanya.

"Kamu kapan terakhir makan?" tanya lelaki itu.

Mili meringis. "Mili kira Mas mau ajak Mili makan lagi. Makanya Mili belum makan dari pagi."

"Astaga! Kok bisa-bisanya kamu belum makan? Udah jam berapa ini?" Arsenal menatap jam tangannya. Lelaki itu berdecak kemudian bangkit sembari menggandeng tangan Mili untuk dibawanya ikut pergi dari sana. "Kita cari makan," putus lelaki itu.

"Eh ... tapi filmnya bentar lagi mau mulai, Mas." Mili menoleh ke belakang. Pintu teater bahkan sudah mulai dibuka. "Mili bisa beli popcorn atau kentang goreng aja, nanti makannya di dalam."

Arsenal tidak menyahut. Namun dari langkahnya yang tegas keluar dari sana, juga tangannya yang masih menggandeng Mili dengan erat, menjelaskan semuanya. Dia tidak menyetujui permintaan Mili.

Pada akhirnya, Mili pun tidak bisa menyahuti lagi. Hanya pasrah mengikuti langkah Arsenal. Dengan hati yang sedikit bahagia membayangkan sebentar lagi dia akan bertemu dengan makanan lezat. Bahkan tidak begitu menyadari bahwa kini dia membalas genggam tangan Arsenal yang kian mengerat.

*__*

Kiara langsung menjatuhkan kepala pada meja usai mendaratkan duduknya di hadapan Mili. Tidak hanya ada mereka berdua di sana, tetapi tiga orang lainnya yang lain turut menggelar lapak makan siang mereka masing-masing. Tepatnya ada Ameera, Shireen dan Tisya.

"Mana berani Tamara nyemprot Kiara." Bukan Kiara, justru Tisya yang menimpali. Sedang Kiara yang ditanya, tidak menyahut apa-apa Selain hanya hela napasnya yang keluar panjang.

Namun Tisya tidak salah. Satu-satunya orang di kantor yang tidak berani Tamara semprot hanyalah Kiara. Itu sebab Tamara tidak bisa melakukan pekerjaannya dengan benar jika tidak ada Kiara. Pekerjaan Tamara itu seabrek-abrek banyaknya. Beberapa bahkan tidak bisa dia tangani sendiri. Maka dari itu, dia suka meminta bantuan Kiara. Pasalnya, Kiara mau membantu kalau Tamara meminta baik-baik dan tidak resek. Sebab pernah Tamara dan segala ke-bossy-annya menyuruh Kiara meng-handle pekerjaannya, gadis itu tolak mentah-mentah.

Dikejar JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang