Duapuluhtujuh

36.5K 4.1K 197
                                    

              "Mbak serius mau temenin aku ke restoran?" Mili menatap penuh harap pada Kiara yang baru saja bangkit dari tempat duduknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

              "Mbak serius mau temenin aku ke restoran?" Mili menatap penuh harap pada Kiara yang baru saja bangkit dari tempat duduknya.

Berdiri sembari merapikan blazernya, Kiara mengangguk. "Iya, Mili. Ayo buruan. Keburu kesiangan nanti kita."

Mili pun mengangguk antusias. Segera bersiap dan menyusul rekan kerjanya itu yang sudah lebih dulu keluar ruangan.

Hari ini, dia hendak menemui salah satu pemilik restoran untuk membahas mengenai makanan yang akan mereka beli untuk ulang tahun perusahaan. Sebenarnya, Mili sudah mencari beberapa restoran, tetapi belum menemukan yang pas—lebih tepatnya makanan yang pas di lidahnya Tamara dan juga pas di budget perusahaan. Beberapa restoran bisa Mili lakukan pembahasan melalui daring, tetapi tidak yang ini. Pemilik restonya langsung yang meminta untuk datang. Sekalian Mili dapat mencicipi langsung makanan di sana. Tadinya, Mili mau pergi sendiri seperti biasanya. Namun tiba-tiba, Kiara mengajukan diri untuk menemani.

"Lo udah tahu transport ke sana belum, Mil?" tanya Kiara disela langkah kaki mereka.

Mili mengangguk. "Udah, Mbak. Aku udah cari di google maps. Nanti kita bisa naik LRT aja habis itu naik nyambung TJ sekali. Dari halte TJ nggak begitu jauh."

"Oke."

Keduanya memasuki lift. Kemudian sampai di lantai bawah dan mendapati hujan yang tiba-tiba mengguyur langsung deras. Membuat langkah keduanya terhenti menatapi bagaimana air yang turun dari langit itu berjatuhan.

"Anjir tiba-tiba hujan." Kiara mengeluh.

Mili ikut menghela napasnya. pasalnya, untuk menuju halte LRT mereka harus berjalan sekitar 5-7 menit dulu. Berpayung pun tidak memungkinkan karena keduanya tidak membawa.

"Pinjem mobil Bu Tamara aja kali, ya?" Kiara mengidekan.

Mili tidak langsung menanggapi. Namun sejujurnya, dia tidak setuju. Mili sedang malas sekali berpapasan dengan sang atasan setelah pagi tadi dia kena semprot lagi. Hingga kemudian, saat Kiara hendak balik badan kembali menuju lift, Mili langsung menghentikan.

"Kita pinjam mobil yang lain aja, Mbak," ujar Mili.

"Siapa? Yang bawa mobil kayaknya Bu Tamara doang." Yang biasa membawa mobil di kantor itu memang hanya Tamara dan juga Bari. Namun karena Bari belum masuk, hanya tersisa Tamara.

Namun tentu, Mili ada opsi lain. Seseorang yang bisa dia pinjam mobilnya.

"Mas Arsenal," jawab gadis itu sedikit tersipu.

Pandangan Kiara tentu langsung menjurus hal lain. Namun Mili berusaha memaling dengan langsung mengeluarkan ponsel menghubungi pacarnya itu. Menyampaikan tujuannya yang langsung diiyakan oleh Arsenal. Dia diminta menunggu sebentar, hingga lelaki itu datang mengantarkan kunci mobilnya.

Dikejar JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang