Hyunjin tersenyum kecil saat beberapa gadis-gadis menyapanya ramah. Segera ia mendudukkan dirinya ke salah satu sofa merah yang masih kosong di pojok bar itu. Sebenarnya sofa itu memang sengaja dikosongkan, karena semua pengunjung bar tahu bahwa Hyunjin lah 'pemilik' tetapnya. Alasannya sederhana, dari sudut bar itu Hyunjin bisa mengamati dengan leluasa suasana bar, pandangannya dapat tertuju lurus ke lantai dansa dan sebuah panggung kecil dengan tiang besi yang bediri tegak ditengahnya. Selepas tengah malam, panggung itu akan ramai dikerubungi lelaki mesum untuk melihat penari-penari perempuan ber striptease ria disana.
"Hyun~"
Hyunjin tersadar dari lamunan sesaatnya dan menoleh. Bibirnya menyunggingkan senyum saat melihat siapa yang memanggilnya dengan manja. Segera ia meraih tangan kanan si pemilik suara dan memintanya untuk duduk berdekatan dengan dirinya.
"kemana saja kau, Jeongin? hmm?" gumam Hyunjin bertanya disela kegiatannya mencumbui leher jenjang Jeongin, kekasihnya.
"ngg—maaf—aku ada urusan sebentar dengan pelanggan.." Jeongin mendorong bahu Hyunjin untuk menjauh lalu tersenyum kecil saat melihat wajah Hyunjin yang cemberut. "maaf ya?" pinta Jeongin, menyentil pelan hidung mancung Hyunjin
"geezz—jangan menggodaku.." Hyunjin menarik tangan Jeongin, mendekap tubuh ramping laki-laki berambut pendek itu dan menggelitikinya pelan.
"gya—maaf maaf.. berhenti—aa Hyun—geli.."
Hyunjin akhirnya berhenti. Ia diam memandangi wajah manis Jeongin yang hanya berjarak beberapa centi didepannya.
"apa?" tanya Jeongin jengah
Hyunjin menggeleng pelan sambil tersenyum, mendekatkan wajahnya dan meraih bibir pucat Jeongin singkat. "aku menunggumu setelah ini.." bisiknya ditelinga kiri Jeongin, setelah melepas ciumannya. Jeongin tersenyum kecil sebelum beranjak meninggalkan Hyunjin dan tenggelam ditengah kerumunan manusia yang sibuk bergoyang mengikuti hentakan musik.
Hyunjin kembali menyandarkan punggungnya disandaran sofa dan mencoba menikmati suasana gembira bar yang terasa palsu baginya. Tak lama ia mendengar suara riuh sorakan dari arah panggung didepannya, saat seorang wanita berbusana serba merah naik keatas panggung dan dengan gerakan nakal meraih tiang besi disana. Sorakan dan siulan nakal semakin menggema saat wanita itu mulai menggerakkan tubuhnya pelan, menggesekkan tubuhnya ke tiang, naik turun berkali-kali sambil melirik nakal kearah penonton.
Hyunjin mengamati pemandangan didepannya dengan malas, meski tak ia pungkiri, tak ada gerakan dari penari wanita itu yang luput dari pandangannya. Namun, kini ia memutuskan untuk beranjak, pergi kearah pintu belakang bar setelah ia menepuk pundak salah satu bartender yang berjaga disana. Hyunjin pergi menuju kesebuah privat room yang sudah biasa ia gunakan untuk beristirahat, bersama.. Jeongin.
"mau balas dendam rupanya..."
Hyunjin memejamkan kedua matanya saat merasakan sepasang tangan memeluk tubuhnya dari belakang. Ia membiarkan tangan itu bergerak seduktif melepas jaket hitamnya dan kini bermain dengan syal putih yang Hyunjin kenakan.
"Hyun—" panggil Jeongin manja, meraih dagu Hyunjin dari belakang dan menyentuh bibir penuh Hyunjin dengan bibirnya sendiri. Hyunjin berbalik badan, melepas tangan Jeongin dan kini mengambil alih dominasi, memutar badan Jeongin dan mendorongnya untuk berjalan mundur hingga mereka berdua tersandung dan keduanya terjatuh keranjang.
Jeongin terkikik dan mengalungkan tangannya ke leher Hyunjin yang tersenyum diatasnya. "kenapa lama sekali?" tanya Jeongin, berpura-pura memasang wajah kesal, namun tak berhasil. Nyatanya bukannya takut, Hyunjin malah kembali menyerangnya dengan lebih ganas dari sebelumnya. Menyingkirkan sebelah tangan Jeongin yang bertaut dilehernya, Hyunjin menarik tangan kanan Jeongin keatas, merasakan genggaman tangan Jeongin yang mengencang saat dirinya menggigit-gigit kecil bibir Jeongin dan memaksakan lidahnya masuk, disusul suara lenguhan tertahan Jeongin.
"ada sesuatu yang menarik di bar—" Hyunjin akhirnya menjawab setelah puas menikmati bibir kekasihnya. Jeongin mengeryitkan dahinya heran, baru kali ini Hyunjin tertarik dengan sesuatu disana.
"apa?"
Hyunjin hanya menggeleng pelan, "bukan sesuatu yang penting—aku lebih memilih yang ini sekarang.." godanya sebelum kembali mencumbui Jeongin. Dan berlanjut dengan kegiatan panas keduanya sampai saatnya jam tutup bar.
.
Hyunjin menguap lebar setelah mengantar Jeongin sampai didepan parkiran bar. Mengantuk, ia selalu merasakannya setelah having sex. Karena itu ia memutuskan untuk berkemas dan meninggalkan bar, toh sudah jam 3 pagi.
"IYA AKU TAHU! AKU AKAN BAYAR BRENGSEK!!"
Hyunjin mengernyitkan dahinya saat mendengar teriakan seseorang dari lorong gelap disebelah pintu keluar bar. Penasaran, Hyunjin menengok dan mendapati penari yang ia lihat tadi di bar tengah dikerumuni beberapa laki-laki tegap.
"cih! omong kosong!! sebagai gantinya, apartemenmu kami sita! Tapi jangan lupa kewajibanmu untuk tetap membayar, mengerti?" hardik salah seorang diantaranya.
Hyunjin tetap diam berdiri di belakang tembok, enggan ikut campur, namun entah mendapat kekuatan dari mana, ia malah mendekati penari itu, sesaat setelah kerumunan penagih utang itu pergi.
"ternyata kau ini laki-laki ya?"
Penari berbaju merah itu spontan menoleh cepat, menatap nanar Hyunjin yang bersandar pada tembok, beberapa langkah didepannya.
"aku kira aku sudah normal, ternyata sama saja.." lanjut Hyunjin menegakkan tubuhnya dan hendak melangkah mendekat.
"STOP! DIAM DITEMPATMU!!"
Hyunjin spontan berhenti
"siapa kau?" suara berat khas laki-laki itu keluar dari bibir merah marun itu.
"aku Hyunjin—" jawab Hyunjin santai
"m-mau apa kau?"
"tidak ada.. sepertinya kau pegawai baru ya di bar ini? aku baru sekali ini melihatmu.."
"bukan urusanmu!" potongnya cepat. Lelaki berpakaian perempuan itu segera mengambil tas hitamnya yang tergeletak ditanah dan bergegas pergi sebelum tangannya ditahan Hyunjin.
"mau kemana?" tanya Hyunjin, tak memperdulikan wajah tidak senang dari si pemilik tangan
"tentu saja pulang!"
"pulang kemana? bukannya apartemenmu baru saja kena sita?" tanya Hyunjin lagi, kali ini lengkap dengan sebuah senyum jahil di wajahnya.
"i-itu.."
"sudah! ikut aku.."
"tu-tunggu..."
Hyunjin tak menggubris teriakan penolakan itu dan tetap memaksanya untuk ikut pulang ke apartemennya sendiri. 'hah? apa yang kau pikirkan Hyunjin?' entah kenapa logikanya masih sempat bertanya.
-apartemen-
Hyunjin menyalakan lampu ruang tamu dan menoleh kebelakang, ia menghela nafas saat menemukan laki-laki itu masih berdiri diam diambang pintu.
"kau memilih tidur di luar?" tanya Hyunjin
Lelaki itu mendengus, melepas mantel merah berbulu nya dengan kasar dan melangkah masuk kedalam. Mengacuhkan Hyunjin yang tersenyum jahil di pintu.
"aku mengantuk, kau bisa tidur di sofa" kata Hyunjin sebelum dirinya masuk kedalam kamar dan menutup pintu nya rapat. Meninggalkan laki-laki itu sendirian. Dengan malas ia merebahkan tubuh lelahnya ke sofa yang besar itu, setelah melepas sepatu high heelnya.
"ah! aku lupa bertanya!"
Terlonjak kaget, laki-laki itu baru saja akan memejamkan kedua matanya sebelum Hyunjin tiba-tiba melongok dari balik pintu kamarnya dan bertanya.
"apa?"
"siapa namamu?"
"Felix!"
"oh! oke, selamat tidur Felix"
Felix menghela nafas panjang dan kembali memejamkan kedua matanya, berusaha menenangkan pikirannya yang kalut. Setidaknya untuk malam ini, ia tidak harus tidur di jalanan.
-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
Hide and Seek {HyunLix}
FanfictionKarena hutang kakaknya, Felix menjadi terjebak diantara Tuan Hwang dan putranya