CH 8

473 51 4
                                    

Hampir setengah hari sudah Felix 'terdampar' tak tahu arah akan pergi kemana. Selepas pergi dari apartemen Hyunjin, ia tidak punya tujuan. Apartemen yang ia beli dari uang beasiswa sudah disita anak buah Tuan Hwang. Kini, Felix hanya bisa beristirahat di sebuah mini market sambil memakan mie instan, uangnya terlalu sayang untuk dihamburkan dalam kondisi seperti ini.

"apakah aku harus ke luar kota? tapi bagaimana dengan kuliahku? dan juga hutang Minho Hyung?" Felix terus berfikir tentang apa yang seharusnya ia lakukan. Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, ada 20 panggilan tak terjawab dari Hyunjin, dengan berat hati Felix harus mengabaikannya. Mau tidak mau ia harus mencari motel murah untuk bermalam sembari memikirkan rencana selanjutnya. Dengan berat hati Felix melangkahkan kaki menuju motel yang sebelumnya sudah Felix hubungi. Sebenarnya berjalan seorang diri di malam hari sudah menjadi hal biasa bagi Felix sejak ia bekerja di bar milik Hyunjin, namun karena kondisinya saat ini yang sedang lari dari Tuan Hwang dan Hyunjin membuat Felix sedikit cemas. Ia mempercepat langkahnya saat melihat papan motel tujuannya tinggal beberapa puluh meter lagi, namun secara cepat sebuah tangan membekap mulut Felix dari belakang dan menyeretnya ke sebuah gang yang gelap di dekat motel.

"Hmffpp..." Felix berusaha melepaskan bekapan di mulutnya.

"stt.. Felix, tenanglah.."

Felix tercengang mendengar suara orang yang masih membekap mulutnya, "suara ini.."

Segera Felix berbalik saat dirinya merasakan pegangan orang itu melemah, memastikan indera pendengarannya tak salah tangkap

"Hyung?? Minho Hyung???" Felix meraba wajah lelaki di hadapannya, remangnya gang itu membuatnya kesulitan memastikan apakah orang tersebut adalah benar Hyungnya

"ini aku Felix, Hyungmu.." 

Air mata lolos begitu saja saat Felix ditarik dalam pelukan hangat Minho yang sudah 2 tahun ini menghilang dari kehidupannya. Sedih, marah, bahagia, rindu, terharu semuanya bercampur menjadi satu dan meledak bersamaan dengan kemunculan Minho yang tiba-tiba di saat kondisi Felix yang memprihatinkan.

"sstt.. Felix, aku sudah pulang, jangan menangis lagi adik manisku" Minho mengusap lembut rambut Felix, "di mana sekarang kau tinggal? apartemen kita tidak bisa dibuka?" Minho melepaskan pelukannya, menangkupkan kedua tangannya di pipi adiknya yang terasa lebih tirus dari terakhir mereka bertemu.

"hiks.. apartemen disita Tuan Hwang, Hyung.. aku tidak punya tempat tinggal lagi"

Minho menggeram menahan amarah, "ayo ikut aku, kita tinggal sementara di motel itu" Minho segera menarik masuk Felix, takut kalau ada orang lain yang melihat mereka berdua.

.

Selepas Minho mandi, mendapati Felix yang terduduk di pinggir ranjang sempit motel, melamun. "hey, jangan melamun" Minho menepuk pelan kepala Felix. Membuat Felix terkaget

"aku benci kamu Hyung"

Minho tersenyum getir, "aku tahu, aku minta maaf padamu Felix, dosaku terlalu besar untuk kau maafkan, tapi aku akan bertanggungjawab atas apa yang sudah kuperbuat. Kau tidak perlu khawatir" Minho bersimpuh di depan Felix duduk, menggenggam erat kedua tangan mungil Felix.

"bagaimana caranya? Tuan Hwang sangat kejam Hyung"

"kau benar, aku akan menemui dia, aku sudah menyiapkan mungkin separuh dari hutangku, aku akan membayarnya sisanya. Yang terpenting keselamatanmu. Dan juga, besok kita harus pergi dari kota ini, aku sedang diawasi oleh anak dari Tuan Hwang"

"pergi dari kota ini? lalu bagaimana dengan kuliahku? lalu Hyung bilang anak dari Tuan Hwang?"

"soal kuliah nanti kita teruskan di kota lain, aku akan membiayaimu Felix. Dan kau tau, aku baru saja lolos dari tangkapan anak Tuan Hwang yang berhasil menemukan keberadaanku di luar kota, lalu dia menyeretku ke sini, Tapi yang aku bingungkan, seingatku aku tidak pernah berurusan dengannya, tapi kenapa dia begitu marah saat bertemu denganku? Itu yang aku bingungkan"

Felix terdiam, tidak tahu harus menjawab apa, ada keraguan dalam dirinya, haruskah ia menceritakan hubungannya dengan Hyunjin? Pikirannya berkelana, jadi Hyunjin benar-benar menepati janjinya untuk mencari Minho.

"kau percaya padaku kan Felix?"

Felix masih terdiam, dirinya ragu, dan Minho menangkap keraguan itu. "aku tahu kau sudah melalui hal yang berat selama aku tinggal. Aku minta maaf Felix" Minho kembali menarik Felix dalam pelukannya sembari mencium kecil kedua pipi bersemu adik manisnya.

"sekarang istirahatlah, besok pagi kita akan perjalanan jauh" Minho merebahkan tubuh lelah Felix dan menyelimutinya, "aku keluar membeli rokok sebentar" 

.

Minho tidak membeli rokok, ia masuk ke dalam sebuah gang di sebelah mini market dekat motel tempat mereka menginap. Di sana seseorang telah menunggunya

"aku menepati janjiku. Berikan ini pada Tuan Hwang" Minho menyerahkan sebuah amplop coklat berisikan sejumlah besar uang tunai. 

"aku akan melunasi sisanya, jadi jauhkan Tuan Hwang dari Felix"

"aku tidak bisa berjanji"

"kumohon Chan, jagalah Felix" 

Bangchan menghela nafas panjang, "ada Hyunjin yang bisa menjaga Felix"

"hm? Hyunjin? Siapa dia?"

Bangchan menunjukkan foto Hyunjin di ponselnya, MInho melotot "dia-dia anak Tuan Hwang kan" Bangchan mengangguk

"si keparat ini yang tadi pagi menangkapku dan menyeretku ke sini, tapi aku berhasil kabur"

"benarkah? ternyata Tuan Muda tidak tinggal diam"

"ada hubungan apa dia dengan adikku?"

"hmm.. aku tidak begitu yakin, mereka tinggal bersama karena Tuan Muda yang menolong Felix. Baiklah Minho aku pergi, jangan lupa bayar sisa hutangmu dan lekas bawa Felix pergi" Bangchan menepuk pundak Minho dan berlalu meninggalkannya.

Tak berapa lama setelah Bangchan meninggalkan tempat itu, Minho juga beranjak keluar dari gang, namun kemudian badannya tertarik dan terbanting membentuk tembok, sebuah pukulan mengenai pipi kanannya telak.

"MAU KABUR KEMANA KAU BANGSAT??"

Terdengar teriakan emosi Hyunjin sebelum kembali melayangkan bogem mentahnya, kali ini ke perut Minho, membuat Minho terbatuk darah.

"Hyun.. ada Felix di motel itu" sebuah tangan menahan bahu Hyunjin menghentikannya sebelum ia kembali menyerang Minho, 

"Ck! kau tunggu di sini, Kau jaga dia!" Hyunjin memerintahkan kaki tangannya untuk mengamankan Minho agar tidak kabur, sementara ia berlari masuk ke dalam motel memeriksa setiap kamar sampai menemukan kamar yang tidak terkunci. Felix tengah berbaring di dalamnya.

"FELIX"

Felix terperanjat kaget saat tiba-tiba sebuah suara memanggilnya, suara Hyunjin yang langsung masuk dan memeluk tubuhnya

"kenapa kamu pergi Lixie? aku mengkhawatirkanmu! kau baik-baik saja kan? apakah Minho menyakitimu?" Hyunjin memaksa Felix untuk berdiri, memeriksa keadannya dan menemukan sebuah bekas cekikan di lehernya, membiru

"siapa yang melakukan ini Felix? apakah Hyungmu yang biadab itu?" Hyunjin menggeram marah

"bukan Hyunjin.. aku baik-baik saja. Tenangkan dirimu" Felix merasa sedikit ketakutan, melihat Hyunjin yang emosional.

"ayo pulang! Minho biar aku yang memberinya pelajaran Felix" Hyunjin hendak menarik tangan Felix untuk pergi, namun Felix menahannya, enggan bergerak

"aku tidak mau ikut denganmu" Felix menatap lurus Hyunjin

"apa maksudmu?"

"aku akan ikut Minho Hyung"

"apa kau gila Felix? Hyungmu telah membuatmu tersiksa selama ini! membiarkanmu menanggung semua masalahnya, dan sekarang kau akan ikut dengannya?" Hyunjin memegangi kedua pundak Felix, menggoyang-goyangkannya seolah ingin membuat Felix sadar pada keputusan gilanya.

"maafkan aku Hyunjin, dan terima kasih sudah menolongku" Felix melepaskan kedua tangan Hyunjin dari bahunya. Hyunjin menatap tak percaya Felix. Setelah semua yang sudah dia lakukan untuk Felix, pada akhirnya dirinya akan ditinggalkan?


TBC


note : sepertinya buku ini akan slow update karena aku masih mikirin akan seperti apa cerita ini, jadi gak perlu ditungguin yaak. tapi makasih banyak yang udah baca sampai bab ini

Hide and Seek {HyunLix}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang