CH 14

651 54 2
                                    

Suara pintu terbuka dengan keras mengagetkan Jisung dan Felix. Segera keduanya berdiri menyambut Minho yang sedang memapah Hyunjin. 

"Hyunjin?" Felix spontan mendekat, kaget dengan kondisi Hyunjin

Hyunjin langsung menarik Felix ke dalam pelukannya, menyingkirkan tangan Minho yang langsung mendengus.

"syukurlah kau baik-baik saja" Hyunjin mengeratkan pelukannya, merasa lega melihat kondisi Felix dengan mata kepalanya sendiri. Air mata Felix mulai meleleh, "kau terluka? ayo aku obati" Felix memandangi sendu wajah Hyunjin, mengelus pelan rahang tegas kekasihnya

"stt.. jangan menangis. aku baik-baik saja" Hyunjin menangkupkan kedua tangan besarnya di pipi Felix, lalu mengecup lembut bibirnya.

"ekehm.. tolong Hyungmu ini jangan dilupakan juga" Minho berpura-pura batuk, Felix menoleh dan meringis kecil, merasa bersalah melupakan kakaknya.

"ayo aku obati kalian berdua" 

Jisung mengekor ketiganya, wajahnya menunjukkan kecemasan.

"di mana Chan?" tanyanya pada Hyunjin yang tengah meringis menahan sakit saat Felix mencoba mengeluarkan peluru dari kakinya.

"dia masih di sana, kami tidak bisa membawanya" Minho yang menyahut

"Apaa?? bagaimana bisa kalian meninggalkannya??" Jisung spontan berteriak marah

"maafkan aku Hannie" Hyunjin memegang tangan Jisung yang langsung mendapatkan tepisan

"aku akan menyusulnya! kalian berdua tidak berguna!!" Jisung merebut kunci mobilnya yang dipegang Minho, dan segera berlari keluar dari gedung

"Jisung tunggu!" Felix hendak mengejar sebelum ditahan oleh Minho

"biar aku yang bicara, kau obati saja Hyunjin"

Minho berlari menyusul Jisung, mencekal lengannya untuk berhenti

"jangan gegabah!"

Jisung melotot, menatap tak percaya Minho "hah?? bisa-bisanya kau bicara seperti itu? Kekasihku belum kembali dan kau masih bisa menasehatiku? Sementara kalian tidak menepati janji untuk menolong Chan!" 

"aku tahu kau khawatir! tapi Chan di kondisi yang tertekan, ayo kita susun rencana untuk menyelamatkannya, kalau kita gegabah aku takut akan memperburuk keadaan" Minho mencoba meredam emosi Jisung

"ta-tapi Chan.." Jisung menutupi wajahnya, merasakan kesedihan dan kekhawatiran yang mendalam

"Chan orang yang kuat, setelah ini aku akan membawanya pulang, kau kesana hanya akan mengantarkan nyawamu sendiri" Minho menepuk pundak Jisung, mengantarnya kembali masuk kedalam gedung.

Felix langsung memeluk Jisung begitu keduanya masuk ke dalam. "maafkan aku, semua karena aku kalian jadi terlibat" suara sesegukan Felix membuat Jisung menjadi tidak tega

"tidak Felix, ini semua salah Minho" Jisung melirik tajam kearah Minho yang hanya mampu tersenyum getir, ya memang ini semua adalah salahnya dari awal.

.

"sudah sadar Tuan Chan?" 

Chan mengerjapkan matanya, disusul rasa sakit yang mendera kepalanya seperti sedang ditimpa sebuah batu besar dari belakang, sakit sekali. Ingin berusaha meredakan rasa sakit dikepalanya, namun kedua tangannya telah terikat keatas, dengan sebuah tali yang diikat di kepala ranjang. Seketika Bangchan memberontak, namun naas, kedua kakinya bernasib sama, terikat tak berdaya di sisi kanan kiri ranjang. Karena gerakan spontannya, seluruh badannya merasakan nyeri, terutama di kakinya yang terkena timah panas. 

Bangchan mengambil nafas dalam, lalu membuangnya kasar, mencoba meredakan kondisinya, dan mencerna apa yang baru saja terjadi sehingga ia bisa berhasil berada di kondisi mengenaskan seperti ini. Sesaat setelah ia memastikan Hyunjin dibawa Minho, ia merasakan sebuah pukulan keras ditengkuknya, yang ia yakin berasal dari majikannya, setelah itu tidak ada apapun yang ia ingat.

"halo, aku tak ingin dianggurkan seperti ini"

Suara seseorang membuyarkan lamunannya, Bangchan menoleh kemudian mendecik sebal melihat siapa sosok yang menemaninya di ruangan itu.

"apa maumu?" Bangchan bertanya malas

"hahahahaa.. kenapa judes sekali? bukankah kita ini satu tim?" 

"aku tidak pernah menganggapnya, Jeongin!"

"owh, aku merasakan sakit hati sekali" Jeongin memegangi dada kirinya, mendramatisir. "setelah apa yang kau lakukan, bahkan Tuan Hwang yang memintaku untuk merawatmu"

"apakah dengan mengikatku adalah yang kau maksud merawat?" Bangchan masih berusaha melepaskan ikatan di kaki dan tangannya

"yaa.. aku tidak ingin mati muda, merawatmu itu sama seperti merawat seekor singa, dan cara ini adalah yang terbaik, agar kau tidak bisa lari mengejar kekasihmu itu, yang aku yakin nasibnya tidak akan mujur" Jeongin mengusap lembut rahang tegas Bangchan, kemudian mengecup singkat pipinya.

"jangan  pernah kau bawa-bawa Jisung!" Bangchan mengeram menahan marah, mendengar nama kekasihnya meluncur dari bibir kotor Jeongin membuat darahnya mendidih.

"stt... jangan terlalu posesif pada pacarmu itu, kau saja tidak tahu bagaimana kelakuannya selama ini dengan Hyunjin kan?" Jeongin tertawa remeh

"Jisung bukan pelacur sepertimu Jeongin!! Jangan samakan dia denganmu yang sudah menjadi lacur pribadi Hyunjin!"

"Tutup mulutmu!" Jeongin marah kali ini, mencengkram erat rahang Bangchan, "aku tidak segan-segan menghabisi Jisung jika mulut mu ini tidak punya sopan santun, mengerti?!" Cengkraman di rahang Bangchan ia hempaskan kasar

"bekerjasama lah denganku, maka aku akan menjamin keselamatanmu dan Jisung. Urusanku hanya dengan Felix, jadi katakan kemana kau menyembunyikannya, maka semua akan selesai" tutup Jeongin sambil beranjak keluar dari kamar, membanting pintunya dengan keras. 

Bangchan menutup kedua matanya rapat-rapat, mencoba berfikir jernih, apa yang harus ia lakukan setelah ini.

.

.

Felix terhenyak dari lamunannya saat merasakan sepasang lengan yang hangat memeluknya dari belakang, ia berada di rooftop gedung tua, memandangi taburan bintang di kepalanya.

"bagaimana caranya kau bisa naik ke sini, Tuan Muda?" Felix menoleh, mendapati Hyunjin yang tersenyum, menyandarkan kepala di bahu sempitnya

"aku kan tidak lumpuh sayang" balas Hyunjin sambil mencuri sebuah kecupan di pipi kanan Felix, "dan jangan memanggilku Tuan Muda, aku tidak suka"

Felix terkekeh

"apa yang kau pikirkan?"

"Bangchan"

"hmm? kau mencemaskannya? aku cemburu Felix"

Sebuah toyoran mendarat di kepala Hyunjin 

"berhenti main-main"

Hyunjin mengeratkan pelukannya, "aku sudah mengirimkan orang-orangku, dini hari nanti mereka akan bergerak, tenang saja" bisik Hyunjin

"benarkah?" Felix langsung berbalik badan, "kau tidak bercanda kan?"

Hyunjin menggeleng, memajukan wajahnya, melumat bibir merah Felix dengan bibir penuhnya, begitu manis, rasanya tak ingin Hyunjin akhiri.

Felix hanya bisa pasrah, memejamkan kedua matanya, menikmati cumbuan Hyunjin di bibirnya. Sejujurnya ia merindukan Hyunjin, sangat. Melihat bagaimana Hyunjin berusaha melindunginya, bagaimana Hyunjin memperlakukannya dengan lembut, membuat Felix akhirnya menghancurkan sendiri benteng pertahanannya.

"ayo turun, aku tak ingin kau sakit" 

Felix mengangguk, merasakan bibirnya yang sedikit bengkak, sial ia terlalu terlena.


TBC



Hide and Seek {HyunLix}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang