Bab 9: Pemilihan Ketua Kelas

41 19 8
                                    

Maafkan aku yang baru upload... Kemarin ada urusan mendadak di sekolah yang menjadikan saya ke sekolah malem². Maaf yaa

Kelas X IPS 4 adalah kelas bermasalah. Sudah satu bulan yang lalu, tapi kelas mereka belum memiliki struktur organisasi kelas. Bagi mereka semua, begituan bukanlah sesuatu yang berguna. Buat apa punya pengurus kelas kalau anak-anak di sana modelan berandalan semua? Tukang boloslah, tukang bully, dan lain sebagainya.

Akhirnya guru wali kelas mereka sampai harus turun tangan dalam pemilihan ketua kelas ini. Pak Diyon, namanya. Namun banyak anak kelas ini yang memanggilnya Dian.

"Astaga, bagaimana  bisa aku berada di sini? Dasar, anak-anak bandel. Bisa-bisanya sebulan belum menentukan struktur organisasi kelas kalian. Nanti kalau ada event dan lomba-lomba, kelas ini mau gimana, hm?" tanya Pak Diyon menatap satu per satu anak begitu intens.

Salah satu dari kelas itu mengangkat tangannya. "Ya nggak usah ikut ajalah. Cuma bakal disuruh bayar denda, kan? Kalau itu mah, kecil..."

Wali kelas mereka itu tergelak mendengarnya. Bukan seperti itu juga, astaga. Tak habis pikir pada pemikiran anak kelasnya.

"Setiap acara, setiap organisasi pasti ada struktur organizer-nya. Mau kamu semua bakal suka apa nggak, tapi struktur organisasi itu sangat diperlukan buat kelas kita. Biar kelas kita aman dan teratur juga. Makanya, ayo bareng Pak guru buat bikin struktur organisasi kelas."

"Nggak mau..." sahut murid bersamaan yang membuat Pak Diyon tersenyum tertekan. Okei... tenangkan dirimu, Diyon. Bisa kok ngatasin murid-murid bandelmu yang begini. Yang beginian mah bukan apa-apa. Ya, kan?

"Nah, kita mulai dari pemilihan ketua kelas dulu. Siapa yang berminat?" Tak ada suara apapun setelahnya. Sama sekali tak ada yang mengangkat tangan. Ada yang mengobrol, ada yang diam-diam bermain hp, ada yang makan jajan terang-terangan sembari menyimak.

Astaga, semua ini membuat Pak Diyon marah.

'Baik, Diyon, tarik napasmu perlahan. Kepala sekolah tahu kalau kau bisa melakukannya, karena itulah dia yang memilihmu. Oke, semangat!' batin Pak Diyon menyemangati dirinya.

"Ya sudah gini aja deh. Bapak akan membuatkan kalian link pemilihan. Terserah kalian mau memilih apa dan siapa, menjawab ngasal pun juga terserah. Asalkan struktur organisasi kelas ini jadi. Titik. Sebentar ya, saya buatkan."

Selagi Pak Diyon membuatkan link pemilihan, para siswa boleh melakukan apa saja. Airru dan teman satu gengnya bermain poker dengan kumpulan anak lelaki. Yoichi mengerjai para murid perempuan dengan beberapa serangga mainan yang bisa menempel ke dinding.

Pokoknya kelas jadi amat riuh lantak layaknya kapal pecah. Korban Yoichi dan teriakan histerisnya. Juga gerombolan Airru yang begitu heboh memainkan poker. Saking ributnya, semua murid yang mengantuk jadi tak dapat mengunjungi alam mimpi.

Sementara itu, Valen menatap ke luar jendela kelas. Ada Akira dan Kak Yui. Lelaki itu menyipitkan mata. Sebenarnya apa yang dilakukan oleh dua siswi itu?

Akira memberikan sebuah bungkusan pada Kak Yui. Bungkusan apa itu? Lelaki itu diam-diam jadi penasaran dengan isinya.

"Valen, ada kelabang!" pekik seseorang.

Lelaki itu sontak menoleh ke sumber suara. Tepat di atasnya ada sesuatu yang kelihatan seperti kelabang. Terlihat menggantung. Ditempel di sebuah penggaris besi yang disodorkan di atasnya.

"Oh?"

Yoichi langsung memekik tak terima. "KOK OH DOANG SIH?! TERIAK KEK SAMPAI MAU NGOMPOL DI CELANA. MASA GINIAN NGGAK TAKUT?!"

"Huwa! gitu?"

"KALAU NGGAK BISA TERIAK, NGGAK USAH DIPAKSAIN TERIAK JUGA!"

Bruk!

Salah satu murid menjatuhkan kepalanya ke meja. Tepat di waktu itu, Airru mengepalkan tangannya kuat-kuat. Ia mengangkat kepalan tangan itu tinggi-tinggi. "Akhirnya... aku menang juga! Cihuy!"

Lelaki yang tertunduk itu merengek, "Masa... aku... kalah sama cewek?"

Teman laki-lakinya yang lain menepuk pundak siswa yang tertunduk itu. "Nggak jantan, ah. Masa kalah sama cewek?" sindirnya meledek.

"Berisik."

Airru bersorak begitu riang. Satu dua kali ia menari kecil. "Aku menang. aku menang. Aku menang. Aku menang."

Gayanya begitu riang sampai-sampai membuat yang lain menatap datar Airru. Padahal gadis itu baru menang sekali, tapi lagaknya sudah sangat percaya diri.

'Sampai joget pargoy astaga!'

Tapi terlepas dari itu...

'Airru, cantik banget! Astaga, astaga!Suka! Kenapa sih lucu banget?!' Begitulah yang ada di pikiran anak-anak lelaki yang jadi teman bermain pokernya.

Pak Diyon meregangkan otot-ototnya. Akhirnya selesai juga. Ia lalu mengirimkannya ke tiap-tiap nomor telepon murid kelas ini. Semua yang tadinya sibuk sendiri kini mengalihkan perhatiannya pada ponsel mereka.

Link dari Pak Diyon telah beliau kirimkan. Tanpa banyak basa-basi, siswa sekelas itu langsung membuka link yang dikirimkan.

"Weh, kambing, minta hotspot buat buka link!"

"Sabar, babi!"

Link akan menunjukkan beberapa pertanyaan seperti tipe kesukaan, sifat yang paling disukai, mata pelajaran kesukaan dan sebagainya. Pak Diyon sengaja tak langsung memberikan siapa yang layak menjadi siapa. Ia hanya menyisipkan tiap-tiap data anak murid yang ia ketahui. Hasil dari jawaban para siswa yang akan menentukan siapa yang layak menjadi ketua kelas. Sebab, data-data yang paling cocok akan dipasangkan dengan posisi ini, ini, atau ini.

Misal di bagian ketua kelas Valen menjawab tipe paling disukai adalah setia, penyayang. Maka algoritma komputer akan mencari tipe siswa yang semacam itu untuk menjadi ketua kelas. Begitu terus hingga semua siswa selesai.

"Sudah semua?"

"Sudah..."

"Baik, mari kita lihat persentase orang yang cocok untuk jadi ketua kelas."

Which your best choice?
Airru: 54%
Valen: 24%
Gamma: 5%
Fika: 5%
Yoichi: 4,7%
Jevan: 4%
Dela: 2.3%
Indah: 1%

Valen begitu terkejut melihat namanya yang ikut muncul di layar. Bagaimana bisa ia masuk di sana? Sebetulnya tak heran jika Airru masuk ke daftar itu, namun gadis itu juga betul-betul tak menduganya. Bahkan persentase kecocokannya yang paling banyak. Siswa yang terpilih itu juga tak kalah herannya. Kok bisa masuk di daftar itu?

Pak Diyon tersenyum puas menatap semua angka-angka itu. Hanya dengan beberapa data, dapat memperoleh persentase orang-orang yang cocok untuk hal ini. Dengan begini, akan mudah menentukan siapa yang cocok menjadi ini, ini, dan ini.

"Dengan begini, bapak akan mengumumkan siapa yang cocok untuk menjadi ketua kelasnya. Karena persentase yang paling cocok untuk posisi ini adalah Airru, maka dialah yang akan jadi ketua kelas di kelas X IPS 4 ini. Bagaimana? Apakah kalian setuju?"

"Setuju!" sahut semua siswa, kecuali orang-orang yang masuk ke daftar pilihan.

Struktur Organisasi Kelas X IPS 4
Ketua kelas: Mitsuko Airru
Wakil ketua: Valentino Dzaki Rajendra
Bendahara: Gamma Putra Haidar
Sekretaris: Afika Humairah Megantara
Seksi keamanan: Hitori Yoichi
Humas: Jevandra Alasteir Fiere
Seksi kebersihan: Inthara Delavita Ravanthana

Pak Diyon mengukir senyumnya senang menatap hasil yang ia tulis. "Selamat bertugas, struktur organisasi kelas X IPS 4 yang baru."

Hei, Apa Warna Kesukaanmu? (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang