Sehari sebelum diskors...
Akira berdecak kesal. Pasalnya tiap ia melangkah, tiap gerak-geriknya seakan tengah diamati. Bukan hanya satu dua, tapi banyak yang memperhatikan gadis itu tanpa alasan. Tatapan intimidasi, ekspresi jijik, atau bahkan gumaman kecil yang sebenarnya masih bisa terdengar oleh Akira.
"Eh, dia itu bukannya yang kemarin ketahuan mencuri uangnya Bu Arinal ya?"
"Ih, kok sekolah elit kek gini ada yang berprofesi maling yah?"
"Weh, bukannya itu cewek yang kamu suka ya?"
"Nggak mau, ah. Amit-amit bangetlah pacaran sama maling. Udah gitu, kecil lagi."
"Menjijikan."
Terpaksa Akira berusaha menulikan telinganya. Demi keselamatan mentalnya, ia pun pura-pura tak mendengar itu semua dan terus melaju ke kelasnya.
Padahal hanya berjarak satu hari saja, beritanya sudah menyebar luas begitu. Begitu hebat sekali kemampuan menggosip SMA Cendekia Angkasa. Bukan hanya terkenal akan prestasinya, ternyata bakat-bakat siswa dalam mencari informasi boleh diberi acungan jempol.
Setiap langkah terasa berat buat gadis itu. Meski, perjalanannya menuju kelas tetap tak berbeda dari ketika ia berjalan. Tatapan penuh ketajaman tetap menusuk penglihatannya. Gadis itu mengembuskan napas berat.
'Sialan, padahal bukan aku yang salah.'
Berpuluh-puluh kali Akira menahan diri untuk tak mengumpat pada orang-orang ini. Hampir saja ia tak tahan, sebelum sebuah getaran mengurungkan niatnya.
'Ah, pesan dari Yuki,' ucap Akira dalam hati.
Yuki
Kamu nggak papa?
Soalnya sepanjang aku berangkat tadi banyak banget yang ngomongin kamu.
Kamu tadi sempet diganggu nggak?
Aku harap nggak.Nggak kok
Untung aja nggak
Aku nggak papa
Makasih dah khawatir sama aku
Btw, kenapa kamu percaya sama aku?Oh gosh, syukur deh klo gitu
Ehm... kenapa ya?
Feeling aku yang milih klo harus percaya kamu
Nggak tau jugaOh ya udah deh
Makasih banyak udah percaya sama aku di saat yang lain nggak
Soalnya itu bener-bener membantu aku bangettSama-sama:D
Tetap semangat yaa!
Anytime, kalau butuh aku panggil aja
Okeii
Hati Akira menghangat ketika ada yang mendukungnya seperti Yuki. Setidaknya ia takkan merasa jadi seseorang yang sendirian di dunia ini. Semoga. Setidaknya, untuk saat ini.
Dan juga, untunglah hal itu tak mempengaruhi Akira dalam belajar. Di sepanjang pelajaran itu, ia terus memperhatikan guru tanpa gangguan sama sekali.
Setidaknya sebelum ada yang mencolek punggungnya. Refleks, Akira menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang mencoba mengganggu konsentrasinya. Namun nihil, dua orang yang ada di bangku belakangnya tak ada yang mau mengaku.
Akhirnya Akira mencoba melupakannya dan kembali menatap guru mapel yang mengajar. Namun lagi-lagi colekan di punggung membuatnya merasa risih. Ketika ia menoleh, keduanya pura-pura menoleh ke arah lain agar tak dicurigai Akira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hei, Apa Warna Kesukaanmu? (TAMAT)
Teen FictionBagaimana rasanya jika kalian tidak diperbolehkan mendaftar ke sekolah yang kalian inginkan? Bagaimana jadinya kalau kalian dipaksa untuk masuk ke sekolah pilihan orang tua kalian? Marah, sedih, kecewa? Itulah yang terjadi pada Valen. Sejak itula...