Akira pikir setelah dirinya diskors semuanya akan menjadi lebih baik, akan tetapi tidak semudah itu. Pasalnya banyak sekali notifikasi hujatan yang berceceran dalam berbagai media sosialnya. Awalnya sedikit, Akira biarkan. Namun belakangan ini notifikasi itu mulai menumpuk bagaikan gunung. Bagaimana cara mengatasi semua itu?
Jika semua ini adalah ulah Airru, maka ini sudah kelewatan. Namun tak ada bukti konkret yang menyatakan bahwa mantan sahabatnya yang bersalah.
Kupikir Akira hanyalah anak yang polos, namun ternyata iblis bermuka dua.
Sampah menjijikan sepertinya tidak pantas untuk bersekolah di sekolah elit seperti ini
Mentang-mentang prestasinya bagus, tapi bisa berbuat seenaknya? Harusnya anak kayak dia dikeluarin aja!
Aku malu pernah berteman sama anak kayak dia
Sialan. Kenapa orang-orang tak ada yang mau membelanya? Padahal kalau ada siswa yang meminta bantuannya, ia akan dengan senang hati memberikan yang terbaik untuk membantu. Mereka datang ketika butuh. Kemudian ketika kejadian buruk menimpanya, semua orang akan pergi dari Akira. Bersikap seolah-olah tak peduli dengan masalah Akira.
Manusia itu tidak punya rasa terima kasih. Begitu pikir Akira. Jika orang berpikir kalau kita harus berbuat baik dulu pada orang lain agar mendapatkan balasan baik, maka hal itu adalah hal yang naif. Manusia itu seringkali datang ketika butuh, dan jika kita balik membutuhkan bantuan malah tak ada yang membantu kita.
Ia harap semua manusia yang jahat mati. Kalau tidak, semua manusia saja pun tak masalah. Ia tak keberatan jika harus tinggal sendirian di bumi. Jika semua umat manusia mati, bukankah itu lebih baik?
"Manusia itu perusak bumi, kenapa tidak dimusnahkan semuanya saja?" gumam Akira dengan tatapan yang begitu kosong. Ia menatap luar jendela tanpa ekspresi selagi tangannya kini bergerak ke sana ke mari demi membuat origami hati.
Ia menulis origami itu.
'Semangat Akira. Kamu pasti bisa!'
Lantas setelah selesai, ia menumpuk semua kertas hasil origaminya itu ke dalam kotak kecil berbahan kardus. Jika saja origami itu dilihat oleh teman-teman sekelasnya, mungkin mereka semua akan familiar dengan ini. Terutama setelah kejadian Akira diskors. Takkan ada yang memberi mereka origami penyemangat. Sebab, diam-diam Akiralah yang membuatnya.
Kenapa sih di saat ia membutuhkan dukungan, orang tuanya tidak ada di sisinya? Orang tua Akira dan adiknya yang selisih lima tahun dengan Akira tinggal di negara lain. Meninggalkan Akira di sini. Mau dihubungi pun benar-benar susah. Karena itulah, gadis itu sudah tak mengharapkan apa-apa dari orang tuanya.
"Ayah, ibu, dan adek mau ke mana?"
"Kita mau pergi sebentar ke Malaysia. Masalah pekerjaan. Adek kamu kan masih kecil jadi izinkan kami membawanya ya. Kamu kan sudah 14 tahun, bisalah ya ngurus dirimu sendiri. Kamu bisa jaga rumah kan selagi kami pergi?" sahut sang ayah pada Akira kala itu.
"Bisa, ayah!"
"Bagus... Nanti ketika kami semua pulang, akan kami belikan 10 daftar buku yang kamu mau. Seneng nggak?"
"Seneng! Kalian kapan pulang?"
"Secepatnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hei, Apa Warna Kesukaanmu? (TAMAT)
Teen FictionBagaimana rasanya jika kalian tidak diperbolehkan mendaftar ke sekolah yang kalian inginkan? Bagaimana jadinya kalau kalian dipaksa untuk masuk ke sekolah pilihan orang tua kalian? Marah, sedih, kecewa? Itulah yang terjadi pada Valen. Sejak itula...