°°°Mobil deril terlihat baru memasuki pekarangan rumah, ia pun menghentikan mobilnya di halaman rumah. Deril langsung turun dari mobil, setelah itu ia langsung melangkah untuk masuk kedalam rumah.
°°°
Wijaya sedang duduk di ruang tamu sembari menatap layar laptop. Tidak lama kemudian deril pun datang.
"Assalamualaikum." Ucap deril lirih.
Wijaya langsung menoleh ke arah deril yang baru datang. Tatapan Wijaya terlihat sangat datar ketika melihat deril. Deril langsung megulurkan tangannya untuk bersalaman dengan wijaya, namun wijaya tidak meresponnya.
wijaya menutup laptopnya, setelah itu ia berdiri. wijaya menatap tajam ke arah deril, Tidak lama kemudian ia langsung menampar deril.
Plakkk
Deril langsung menundukan wajahnya. Deril memejamkan matanya sejenak. Selama deril tinggal bersama dengan wijaya, Baru kali ini Wijaya menampar dirinya, Namun deril tidak marah sama sekali, ia tau pasti wijaya benar-benar sangat emosi dengan dirinya.
"Duduk!" Perintah wijaya.
Deril pun menurut, ia langsung duduk di sofa. Wijaya pun juga langsung duduk.
"Semenjak kapan kamu punya prasaan sama adara?" Tanya Wijaya.
"Semenjak adara masuk SMA, yah." Jawab deril lirih.
Wijaya memejamkan matanya sejenak mencoba untuk menahan emosinya.
"Kamu lupa sama peringatan ayah dulu?!"
Deril langsung menggeleng.
"Terus kenapa sekarang kamu langgar!" Sentak wijaya.
Deril tertunduk, deril tidak berani menatap ayahnya yang sedang marah.
"Dulu kamu udah janji gak bakal punya perasaan lebih ke Adara! Tapi Sekarang apa? Sekarang kamu malah bilang ke ayah kalo kamu jatuh cinta sama adara!" Ucap wijaya menggebu-gebu.
Deril langsung memberanikan diri untuk menatap wijaya. "Aku juga gak tau kenapa aku bisa punya prasaan lebih ke Adara, yah."
"Ya itu karna kamu terlalu posesif sama adara! Kalo aja selama ini kamu gak berlebihan! Mungkin kamu gak bakalan punya prasaan lebih ke adara!" Saut Wijaya penuh emosi.
Deril langsung menghampiri Wijaya, ia langsung bertekuk lutut di hadapan wijaya. Deril menangis sejadi-jadinya di hadapan wijaya.
"Yah, maafin aku. Aku tau aku salah, Aku bener-bener gak tau diri. Padahal ayah udah tulus ngurusin aku dari kecil, Tapi aku malah bikin ayah kecewa, Maafin aku, yah. Tapi Aku bener-bener sayang banget sama adara, yah. Ayah boleh pukul aku, ayah boleh tampar aku, ayah boleh hukum aku sepuas ayah. Aku bakal turutin semua kemauan ayah, Tapi tolong jangan pisahin aku sama adara, jangan suruh aku buat jauhin adara, Aku bener-bener gak bisa kalo harus jauh dari Adara, yah."
Air mata deril terus mengalir. Selama bertahun-tahun, Baru kali ini wijaya melihat deril menangis di hadapannya. Mata wijaya juga sudah mulai berkaca-kaca. Wijaya sangat kecewa. Namun ia juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan deril.
Tuhan maha membolak-balikkan hati manusia. Lagipula tidak ada yang salah jika deril mempunyai perasaan lebih terhadap adara, Karna status mereka berdua bukan saudara kandung.
"Aku bener-bener minta maaf, yah. Makin hari prasaan aku ke adara semakin bertambah, Jadi akhirnya kemaren aku mutusin buat pergi ke Prancis, supaya lama-lama prasaan aku ke adara bisa ilang. Setiap adara nelfon, sebisa mungkin aku tahan buat gak angkat telfon dari dia. Aku udah berusaha buat menghindar dari adara, Tapi aku gak bisa, yah. Justru aku malah ngerasa tersiksa sendiri." Ucap deril sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[POSESIF BROTHER]
Teen Fictionpengen ga sih punya kakak kaya deril? Atau malah sebaliknya? Risih karna selalu ngelarang-ngelarang & ngatur-ngatur?🚷🚻