58

2.1K 90 7
                                    


°°°

Sore ini Arhan terlihat sudah sampai di rumah sakit. ia memarkirkan asal motornya. Setelah itu ia langsung berlari masuk untuk mencari ruang inap adara.

Sesampainya di depan ruang inap VIP. Arhan melihat adara dari kaca pintu, Adara terlihat sedang beristirahat, Wajahnya terlihat sangat pucat. Deril pun masih setia menemani adiknya.

Arhan menarik nafas dalam-dalam sebelum masuk. ia tau pasti deril tidak suka melihat kedatangannya, namun arhan tidak perduli, yang terpenting sekarang ia bisa menemui adara. Arhan pun langsung membuka pintunya.

Suara pintu terbuka. Deril langsung menoleh ke arah pintu. Pandangannya tertuju pada arhan yang berdiri di ambang pintu. Tatapan deril menjadi tajam begitu melihat arhan.

Deril langsung berdiri dan melangkah menghampiri arhan yang masih berdiri di pintu.

"Ngapain lo kesini!" Sentak deril.

"Gue Mau jengukin adara, bang."

Deril menyeringai. Setelah itu deril langsung memaksa arhan untuk keluar dari ruangan. Kini mereka berdua sudah berada di depan ruang inap.

"Bang! Please izinin gue buat nemuin adara!" Ucap Arhan penuh emosi.

Deril menatap tajam ke arah arhan. "Pergi lo! Adara gak butuh lo!"

"Adara butuh gue!" Saut arhan.

Plakkk

Deril langsung menampar arhan. Seketika Rahang arhan langsung mengeras, Tatapan Arhan menjadi sangat tajam.

"Ini terakhir kali gue peringatin lo! Jangan pernah deketin adara!" Ucap deril penuh penekanan.

Arhan menyeringai. "Perlu di garis bawahi, gue gak akan pernah jauhin adara, sampai kapanpun!"

Rahang deril mengeras setelah mendengar ucapan arhan tersebut. Kedua tangannya sudah menggepal. ia menatap tajam arhan. deril ingin meluncurkan tinjuan ke wajah arhan, namun tiba-tiba Wijaya datang.

"Bang!" Teriak Wijaya.

Tangan deril sudah mengepal tepat di depan wajah arhan. Deril langsung menurunkan kembali tangannya begitu melihat kedatangan ayahnya.

Untung saja wijaya datang. Jika tidak, bisa-bisa mereka berdua berantem. Wijaya pun langsung menatap tajam ke arah deril.

"Ada apa ini!" Sentak Wijaya.

Deril hanya diam saja.

"Jawab! Tadi ayah ngeliat kamu mau nonjok dia, Kalian ada masalah apa!?"

"Maaf, om. Tadi niatnya aku cuma mau jengukin adara, Tapi gak di bolehin sama bang deril." Jelas arhan.

Wijaya menatap deril. "Cuma gara-gara itu kamu sampe mau nonjok dia?! Bener-bener berlebihan!"

"Yah, Aku kaya gini karna aku gak mau ada sembarang orang yang berani deketin adara."

Wijaya benar-benar tidak habis fikir dengan pemikiran deril. Deril begitu sangat posesif terhadap adara. Wijaya pun langsung menatap laki-laki yang berdiri di sampingnya.

"Nama kamu siapa?" Tanya Wijaya.

"Nama aku arhan, om. Aku temennya adara, Kita berdua sekelas." Ucap Arhan.

[POSSESIF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang