[POSSESIF]

81

°°°

Pagi ini arhan terlihat sedang berkaca di depan cermin, ia memandangi penampilannya yang sedikit terlihat aneh menurutnya. Hari ini ia memakai Jas hitam, dasi, dan sepatu hitam mengkilap.

"Ck, Ribet banget sih harus pake jas-jas kaya gini segala. tapi ga papa deh, emang dasarnya gue ganteng, jadi mau pake apa aja tetep aja cocok." Arhan mulai tersenyum pd.

Arhan pun langsung mengambil ponselnya lalu ia mencoba menghubungi sang pacar. Tidak lama kemudian panggilan video terhubung.

📱: "Morning, sayangku." Ucap Arhan girang.

📱: "morning to, sayang. Aku baru bangun tidur nih."

📱: "huu dasar. Liat nih, calon suami mu aja udah rapi gini. Sayang aku cocok ga pake jas kaya gini?"

📱: "cocok, jadi lebih keliatan berwibawa. Eh, tapi ngomong-ngomong itu kamu mau ke mana?"

📱: "aku mau berangkat kerja di kantor ayah, yang. Aku di suruh ngurusin perusahaan ayah."

📱: "ha? Serius? Emang kamu bisa?"

📱: "Ya aku sih ga bisa, aku juga sebenernya ga mau, tapi ayah tetep maksa. Lagian setelah di pikir-pikir dari pada nganggur mending aku kuliah sambil belajar ngurus kantornya ayah. Ini juga demi kamu, yang."

📱: "kok demi aku?" Tanya adara.

📱: ya karna mulai dari sekarang aku mau ngumpulin duit buat nikahin kamu, hehe."

Adara tersenyum mendengar ucapan kekasihnya tersebut.

📱: "semangat ya, sayang."

📱: "iya, sayang. Yaudah aku matiin dulu ya, yang. aku mau nyamperin ayah sama bunda."

Adara mengangguk sembari tersenyum.

📱: by, sayang. Muach." ucap arhan.

Arhan pun menutup panggilannya. Setelah itu ia langsung keluar dari kamar, lalu ia melangkah menuju ke ruang makan untuk sarapan.

°°°

Sesampainya di ruang makan. Ternyata bram, Anita, dan Deril sudah berada di meja makan. Mereka tengah sarapan. Arhan pun langsung duduk bergabung dengan mereka.

Bram menatap arhan yang sudah rapi memakai seragam kantor. "Widihh, mau ketemu klayen ya, pak? Tumben pagi-pagi udah rapi gini." Ejek wijaya sembari terkekeh.

"Ck, apaan sih, gak lucu." Saut arhan kesal.

"Kamu cocok loh pake jas kaya gini, Jadi keliatan berwibawa." Puji Anita.

"Hehe, iya, bun. Tadi adara juga bilang gitu."

"Adara udah tau kalo kamu bakal ngurusin kantor ayah?" Tanya anita.

Arhan mengangguk. "Tau dong, aku juga udah bilang sama dia, kalo duit hasil kerja nanti bakal aku tabung buat nikahin dia."

Mendengar kata-kata tersebut, deril langsung menatap datar arhan.

"Ya bagus kalo kamu punya pemikiran kaya gitu." Ucap Anita.

"Iya dong, bun. Aku tuh pengen banget bisa secepatnya nikah sama adara."

"Masuk kuliah aja belom, sok-sok an udah mikirin nikah." Sindir deril.

Arhan langsung menatap deril. "Ya terserah gue lah, kenapa? Lo ga suka?"

Karna deril sudah tidak nafsu makan, akhirnya ia langsung minum, setelah itu ia beranjak dari duduknya.

"Yah, bun, sekarang aku lagi libur kantor, terus hari ini aku mau ke rumahnya ayah wijaya, boleh kan?" Tanya deril.