8. Pertemuan di halte

86 40 21
                                    

Jangan lupa untuk di vote, komen.
Selamat membaca semua semoga suka
Aamiin...

happy reading all

***

Seperti senja yang selalu menanti matahari, seperti itulah aku menanti mu kembali.

***

"FELISYA" panggil seseorang itu.

Felisya langsung menoleh ke arah suara itu, dan, ya. membuat gadis itu terperanjat dan matanya terbelalak, jantungnya berdebar tak karuan, badannya terlihat kaku.

"Gue mimpi apa gimana, woy? serius ini? oke, Felisya tenang jangan gugup." batin Felisya matanya seperti hanya fokus pada seseorang itu, membuat dirinya seakan ingin pingsan melihatnya.

"D-Dereen." ucap Felisya sangat gugup.

Dereen langsung turun dari motornya dan berjalan menghampiri Felisya. Dan sekarang mereka berhadapan, saling menatap seolah ada kehangatan.

"Jangan gugup, please jangan!" batin Dereen yang masih menatap lekat sang empu. terlihat jelas di keningnya masih ada luka yang di plester, tapi tak membuat ketampanannya mengurang.

"Ekhem," Dereen berdehem untuk mengusir kegugupannya.

"H-hai gimana kabar lo?" jantungnya berdebar tak karuan saat ini, suhunya badannya tiba-tiba menjadi dingin.

"Baik ... baik. kamu?" tanya Felisya seraya mengangguk anggukkan kepalanya agar tidak terlihat gugup.

"Baik." ucap Dereen terlihat sudut bibirnya terangkat.

"Cari topik ayo," batin Dereen.

"Ouh iya," ucap Felisya dan Dereen bersamaan membuat mereka salah tingkah. Dereen menggaruk tengkuknya padahal tidak gatal. Felisya, ia tersenyum canggung, matanya bergerak-gerak mencari sesuatu untuk di lihat.

"Lo dulu," ucap Dereen.

"kamu dulu," lanjut Felisya.

Menyerah, "Yaudah gue dulu," final Dereen.

"Lo sekolah dimana, sya?" tanya Dereen yang sedang mengontrol gugupnya.

Felisya mematung, "Sya?" batinnya. Tanpa permisi pipinya tiba-tiba merona.

Felisya mendengar panggilan namanya 'Sya' membuat gadis itu terdiam. Dejavu itulah yang sekarang ia rasakan, memori-memori yang hampir terlupakan, kini momen masa lalu seperti terulang di benak gadis itu.

Dereen mengerutkan alisnya menatap intens gadis yang berada di depannya, ia melambai-lambaikan tangannya. Gadis itu tak
mengindahkan, ia masih berdiri mematung, matanya seperti ingin mengeluarkan bulir-bulir bening.

"Felisya Abila." lirih Dereen seraya melambaikan tangannya di dekat wajah gadis bermata lentik.

"Sya." ucap Dereen suaranya sedikit meninggi. gadis itu langsung tersadar dari lamunannya.

"E-eh maaf, tadi nanya apa?" tanya Felisya sangat kikuk.

Dereen hanya tersenyum dan mengulang katanya, "Lo sekolah dimana, sya?"

"Di SMA Mutiara Agung," jelas Felisya.

Dereen mengernyit, "Ko gue ga pernah liat lo, sya."

"M-Maksudnya?" gadis itu tidak mengerti apa yang dikatakan cowok bermata teduh itu.

"Gue sekolah di SMK Pelita Jaya, sya," lanjutnya.

Mata Felisya terbuka lebar-lebar, "Kita seberangan?" ucapnya. "Oh mungkin aku baru pindah, jadi jarang ketemu, Der."

Luka hati FelisyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang