6. Rumah sakit

110 51 26
                                    

Jangan lupa untuk di vote, komen.
Selamat membaca semua semoga suka
Aamiin...

happy reading all

***

"Selamat pagi sayang." ucap Sinta seraya mengolesi mentega pada roti.

Felisya duduk di meja makan dengan wajah yang tidak bersemangat. Ia tidak menjawab ucapan Mamanya.

"Fel, kamu berangkat sama papa yah, naik mobil." ajak Darma seraya memakan roti yang sudah di siapkan.

Di balas anggukkan oleh gadis itu sembari memakan roti isi coklat. Ia masih enggan untuk berbicara, sepertinya mood nya tidak bagus.

"Jadi kenapa kamu Fel kemarin?" tanya Sinta menatap anaknya.

Felisya termenung dengan raut wajah datar, dan menghela nafas panjang, ia menceritakan semua kejadian semalam pada kedua orang tuanya.

"Terus gimana sekarang?" tanya Sinta, Felisya hanya mengangkat kedua pundaknya, ia tidak tau kondisinya hari ini.

"Sarapannya sudah, kita berangkat yuk," ajak Darma seraya bangkit dari duduknya dan mengambil kunci mobil yang ada di nakas.

"Feli berangkat ya ma." ucap anaknya seraya mencium punggung tangan milik Sinta.

Di perjalanan Felisya hanya melihat ke arah  depan dengan langit yang membentang luas tanpa setitik awan, sinar mentari masuk lewat sisi jendela gadis itu, memberikan kehangatan pada tubuhnya.

"Fel, kamu lagi mikirin apa?, bengong terus." ucap Darma sesekali melihat ke arah putrinya.

Ia tetap melihat jalanan yang ramai pagi hari ini Di Bandung, "Felisya mikirin yang di rumah sakit pah."

"Hmm, ya udah pulang sekolah kamu kesana aja, biar ga kepikiran terus," ujar Darma.

Gadis itu melirik kepada Papahnya, dengan raut mukanya yang masih sama datarnya. lah iya kenapa ga gue jenguk, daripada ovt gini dari tadi.

Sesampainya di Sekolah Felisya langsung berjalan di koridor menuju lantai dua. Tak selang beberapa menit saat sedang menaiki tangga bel masuk berbunyi nyaring di telinga gadis itu, hingga ia menutup kedua telinganya dengan tangan.

***

Malam tadi laki-laki itu tersadar dari pingsannya. Sudah ada beberapa keluarganya yang hadir, ada yang sedang duduk di kursi besi, ada yang berjongkok sembari menyenderkan tubuhnya di tembok, dan ada yang berdiri menatap pintu ruangan tersebut.

"Saya periksa terlebih dahulu," ucap suster itu, "ada keluhan gak?" tanyanya. laki-laki itu menggelengkan kepalanya.

"Sus, maaf di luar ada keluarga saya?" tanyanya.

"Ada, saya panggil yah," ucap suster lalu keluar dari ruangan tersebut.

Saat keluar suster itu langsung memanggil keluarganya, "Maaf, ini dengan keluarganya?"

"Iya saya ibunya," ia bangkit dari duduknya, "Gimana kondisinya sus?"

"Alhamdulillah kondisinya mulai membaik, tetapi harus banyak istirahat Karena lukanya belum 100% kering," jelas suster.

"Boleh 'kan sekarang kita jenguk, Sus?" tanya cowok itu. "boleh."

Mereka bertiga masuk ke ruangan Pavilion 03.  Ibunya langsung menghampiri Anaknya yang terbaring di brankar rumah sakit, dengan beberapa luka lebam dan perban di kepala laki-laki itu.

Luka hati FelisyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang