16. Dua cinta satu hati

42 16 15
                                    

Jangan lupa untuk di vote, komen.
Selamat membaca semua semoga suka
Aamiin...

happy reading all

***

Kevin yang sudah siap berangkat sekolah menyambar jaket kulit berwarna hitam yang ada disofa kemudian ia mengenakannya. Ia terkekeh kecil melihat dirinya dipantulan kaca lemari yang luas, menyugar rambutnya yang sedikit berantakan

"Ganteng gini masa Felisya ga klepek-klepek."

Ia melangkah keluar kamarnya dengan tas yang tersampir dipundak kanan menuruni satu persatu tangga yang menghubungkan dengan lantai satu sembari memutar-mutar kunci motornya dijari telunjuk.

"Hai Bunda, selamat pagi." ucap Kevin di samping Malya yang sedang memakan roti, dengan pakaian jas yang senada ditubuhnya siap untuk bekerja di perusahaannya.

"Kevin berangkat dulu ya."

"Loh, ga sarapan dulu? Kevin ga mau temani Bunda sarapan?"

Sebenarnya Kevin masih kesal dengan Bundanya soal kemarin, sampai malam tadi ia tidak berbicara sama sekali. Jujur saja Kevin tidak bisa lama-lama mendiamkan Bundanya, ia masih membutuhkan hangatnya kasih sayang dari perempuan yang paling kuat dimuka bumi. Toh dia dihukum karena ulahnya sendiri tidak menaati peraturan.

"Mau jemput Feli, Bun. Nanti Kevin sarapan di kantin ya." Kevin menyalami punggung Bundanya.

"Ya sudah, jaga anak orang baik-baik paham? Jangan ngebut terus Jangan bolos!" pesan Malya yang diacungi jempol oleh anaknya.

Meninggalkan meja makan, ia menghampiri motornya di bagasi saat akan hendak menjalankan motornya suara getaran dari saku jaket mengalihkan atensinya, ia rogoh benda pipih itu yang menampilkan notifikasi.

Feli it's mine❤️

Feli:
gue brngkt brg Ka Farzan

You:
okey syg

Setelah mengetik itu, ia kembali mengendarai menjauh meninggalkan pelataran rumahnya dengan kecepatan sedang menuju sekolah. Suara mesin motor menderu pelan saat berhenti di lampu merah. Di sampingnya ada sebuah motor sport dengan pengendara berjaket hoodie hitam memakai helm full face, sama seperti Kevin. Ketika lampu berubah menjadi hijau, pengendara itu melesat, seolah menantang Kevin untuk balapan.

Kevin menyeringai. "Mau main-main sama gue?" Tanpa pikir panjang, emosinya naik pitam. Ia memutar gas motornya dengan kecepatan tinggi, bermaksud untuk mengetahui siapa pengendara itu. Kevin tidak mengindahkan umpatan dan suara klakson dari pengendara lain. Jalan yang ramai kini menjadi arena balapan tak resmi bagi mereka berdua.

Akhirnya, mereka berhenti di pelataran sekolah masing-masing yang bersebrangan. Pengendara itu membuka helm full face nya lalu menyeringai-itu Dereen, membuat Kevin mengepalkan tangannya, rahangnya ikut mengeras, matanya memanas. Dereen dengan santai masuk ke area parkiran. Kalau saja bukan diarea sekolah mungkin sudah babak belur mereka berdua.

Kevin memukul setang motornya, menyalurkan emosi yang ia pendam. "BANGSAT!"

Kemudian ia memarkirkan motornya dengan kasar yang ditonton oleh sahabatnya. Mereka memang melihat Kevin di depan gerbang, tapi tidak mengetahui apapun membuat mereka bertanya-tanya.

Terlihat dari raut wajah Farzan khawatir. "Lo kenapa, vin?"

Kevin menggeleng. "Cabut." lalu ia melenggang pergi diikuti sahabatnya menuju kelas.

Kevin masih emosi sampai melupakan sesuatu untuk sarapan bersama Felisya.

***

Luka hati FelisyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang