14. Pertandingan

40 23 8
                                    

Jangan lupa untuk di vote & komen.
Karena vote kalian sangat berarti bikin aku semangat😻👊🏻

jgn silent readers ya!

Kalo ada typo/koreksi bisa tandain
Selamat membaca semua semoga suka
Aamiin...

happy reading all

***

Suara teriakan di dalam stadion Kalingga terdengar jelas di indra pendengaran, suasana dipenuhi oleh kegembiraan dan antusiasme yang luar biasa, sorakan ribuan suporter memenuhi udara, bergabung dalam satu suara gemuruh yang menggetarkan dada.

Pemain mulai memasuki lapangan, tapi tidak untuk pemain dengan Jersey berwarna hitam bernomor punggung 10, Kevin. Ia menepuk pundak Dereen yang sepertinya akan bergabung dengan timnya di lapangan.

Dereen menoleh lalu berhadapan, alisnya terangkat.

"Gue mau taruhan sama lo, kalo tim gue menang, lo ga usah deketin Felisya lagi. Tapi kalo tim lo yang menang, lo bebas mau lakuin apapun," ucap Kevin.

Dereen mendengus kesal. "Sebenernya gue ga takut sama taruhan lo itu. Gue juga yakin tim gue bakal menang." ia menjeda ucapannya, tatapannya ia pertajam, lalu berkata. "Lo pikir Felisya itu barang apa? Bisa lo jadiin taruhan gitu aja? Dia bukan milik lo, apalagi gue. Dia punya hak buat nentuin hidupnya sendiri." Jelas Dereen yang sudah muak dengan kelakuan Kevin.

Kevin menyeringai. "Dereen, Dereen, tapi kalo gue kalah, lo bebas mau deketin Felisya. Itu kan adil? Lagian, lo juga suka sama dia kan? Gue tau kok, lo diam-diam ngejar-ngejar dia." sahut Kevin menepuk pundak rivalnya.

Dereen menarik baju Kevin, emosinya sudah tidak stabil jika bersangkutan dengan Felisya. "Adil dari mana, hah? lo cuma mau menang sendiri, tanpa mikirin perasaan Felisya. Gue emang suka sama dia, tapi gue nggak bakal maksa dia buat suka sama gue. Itu hak dia, bukan hak lo ataupun gue!"

Kevin menghempaskan tangan Dereen lalu ia merapikan sedikit Jersey nya yang kusut. "Bangsat! Jadi bener dia suka sama cewek gue!" Kevin mengumpat dalam hatinya, lalu menatap mata teduh itu.

"Ck, bilang aja lo takut kan? Kalo gue menang, terus harus menjauh dari Felisya. Padahal Itu adil juga kalo lo menang?" suaranya terdengar tenang, namun ada nada sinis dan penuh percaya diri.

Dereen menggeleng tegas, "Nggak, itu sama sekali nggak adil. Lo nggak bisa seenaknya ngebatasin hak orang lain cuma gara-gara taruhan konyol lo, bangsat!" nafasnya sudah menggebu-gebu, emosinya naik pitam. Ia langsung melenggang pergi dari hadapan cowok itu dan bergabung dengan timnya yang sedang berdiskusi.

Kevin menatap tajam punggung itu yang lama kelamaan jauh dari pandangannya, ia mengepal kuat, rahangnya ikut mengeras serta gigi yang bergemeletuk.

Di tribun bagian barat Felisya bergabung dengan temannya, sedari tadi ia menatap lurus termenung dalam pikirannya yang bercabang setelah pertemuan dengan sahabatnya. Ia terkesiap saat tubuhnya diguncang oleh Lina yang sejak tadi memanggilnya tapi tak ada sahutan.

"Lo kenapa Fel?" tanya Gita.

"Iya, kenapa si? Lo budeg ya? Dari tadi gue panggil ga nyaut." gerutu Lina yang menautkan alisnya, ia diapit oleh Felisya dan Gita.

Luka hati FelisyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang