📝13.

412 34 3
                                    

-🖋️🖋️🖋️-

"Bu, salwa denger ares pulang?"

Dua orang kini sedang berbincang bersama disebuah caffe namun tidak tertutup apapun dan duduk menikmati suasana yang ditemani oleh beberapa suara ombak dan juga beberapa wisatawan yang bermain disana

"Iya, ibu gatau dia dateng sama siapa temennya mungkin, mungkin..."

"Hahaha bu bu, ga boleh bersangka ga baik, tapi setau salwa ares sama ayahnya kerja?"

Ibunya hanya memberikan tanda tidak tau atas hal itu dengan mengangkat kedua pundaknya, setelah ini mereka hanya terdiam dan kembali menikmati suasana.

Ia terus berlari menghindari ares yang terus mengejarnya dengan penuh tangisannya kini ia melewati dua orang ini dengan cepatnya ia terus saja menghindar dari ares, ares sendiri kewalahan dengan hal ini

"Ares ares kenapa?"

"Panjang bu, ares ngejar tuan vinden dulu"

Ia kembali mengejar vinden yang bahkan rambutnya saja sudah tidak terlihat oleh ares, mencari kesana dan kemari mengkhawatirkan majikannya ini sampai dimana terlihat seseorang yang sedang menyindiri menatap lautan dengan diam tidak dengan matanya.
Ia mencoba untuk menghampiri karna ia tau siapa dirinya, saat vinden tau bahwa dirinya akan didekati oleh ares ia mencoba untuk lari kembali namun kali ini tidak semudah itu karna ares yang tiba-tiba menghentikannya.

"Lepas ga res"

"Dengerin saya dulu tuan"

"APA!? apa yang harus gw denger lagi res? kematian orang tua gw? keadaan jasad orang tua gw? atau letak kuburan orang tua gw? IYA RES!?"

"Tuan... ini demi keselamatan tuan sendiri"

"Tapi lo ga nyelametin mama papa gw res, lo ga sayang sama gw"

"Tuan kalo saya ga sayang sama tuan, mungkin saya bakalan biarin tuan disana"

"Asal gw sama nyokap bokap gw? biarin gw res"

"GA SEMUDAH ITU TUAN!"
Kini nada bicara ares meninggi bukan sebuah bentakan ini hanya sebuah penegasan namun hal ini membuat vinden terdiam dan tak menjawab ares sama sekali

"Dengerin tuan, saya bisa meninggalkan tuan disana tertembak bersama orang tua tuan, menjadi bangakai bersama tapi kalo dipikir lagi saya ga sejahat itu tuan saya amanah saya siap menanggung apapun resiko saya nanti saya berkerja bersama ayah tuan untuk menjaga tuan yang artinya saya harus melindungi tuan bukan membiarkannya gitu aja"

Vinden masih dengan diamnya, kini ia hanya menangis dan menghadap kebawah entah kenapa gertakan dari ares barusan membuat dia takut? tidak namun sedikit mesuk kedalam hati vinden yang sama sekali tidak pernah dibentak oleh siapapun

"Maaf tuan, saya harus bentak tuan kaya tadi tapi saya harus ngomong gimana lagi? saya tau tuan sedih denger ini tapi apa untungnya kalo tuan juga ikut ketembak? tuan... nanti tuan bakalan tau kenapa ayah tuan mengerjakan saya, mempertugaskan saya tapi nanti tuan... sekarang biarkan saya menjalankan tugas saya dulu... tolong tuan saya juga gamau tuan kenapa napa, tuan terluka dan lain lain"

Perkataan ares membuat vinden menatap ares, penuh dengan pertanyaan, rasa bingung dan tak paham dengan ucapan ares ia hanya terus menangis sembari menatap ares begitu juga dengan ares yang menatap vinden kembali

MY BOY IS A CRIMINAL (nahyuck) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang