Tidak ada perjuangan yang sia-sia, yang ada hanyalah takdir yang belum waktunya. Kisah yang awalnya indah tidak mungkin akhirnya akan indah juga, tetapi tidak selalu seperti itu. Ada yang awalnya indah dan akhirnya juga indah, tetapi ada pula yang a...
Jangan lupa vote dan komen ya! . . . . . Happy reading guys. . . . . .
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sabiru mendengus kesal melihat Chika yang mengusir nya, namun sedetik kemudian dia juga terkekeh melihat Chika yang terkekeh melihat wajah Sabiru.
"Udah, lah, aku mau ke depan dulu. Kasihan mamas Awana udah nungguin di depan," tukas Sabiru berdiri dari duduknya.
"Semoga lancar Sabiru, Sayang," teriak Chika agak keras saat Sabiru sudah agak jauh dari tempat duduknya.
"Ya!" balas Sabiru.
Sabiru melangkah keluar dari kelas dan mendapati ada Awana di sana yang sedang fokus bermain Hp. Tiba-tiba muncul ide di kepala Sabiru yang membuatnya langsung tersenyum lebar.
Sabiru berjalan dengan pelan berusaha untuk tidak bersuara, dan saat sudah hampir sampai di belakang Awana dia mengangkat tangannya hendak menutup mata Awana dari belakang. Namun rencana yang belum terlaksana hampir saja gagal saat ada salah seorang teman kelasnya memanggil Sabiru.
"Sabi ..." Teman kelas Sabiru yang hendak memanggil Sabiru terpotong kala Sabiru berjangkit kaget dan mendelik ke arahnya.
Sabiru mengisyaratkan agar diam dan melanjutkan langkahnya tanpa memanggilnya, dia juga melirik ke arah Awana, was was apakah Awana sadar dia ada di belakangnya atau tidak.
Teman sekelas Sabiru mengangguk paham dan langsung melanjutkan langkahnya menuju kelas yang sempat berhenti.
Sabiru menghembuskan nafasnya lega kala melihat Awana yang belum sadar kehadirannya itu.
"Satu ..."
"Dua ..."
"Ti ..."
"Ga!" Sabiru terkejut saat tangan Awana memegang tangannya yang hendak menutup mata Awana.
Awana berbalik dan berjalan mendekat ke arah Sabiru membuat Sabiru melangkah mundur.
Mundur dan terus mundur hingga akhirnya punggung Sabiru bertemu dengan dinding kelasnya dan tambah terkejut lagi saat Sabiru menyadari tangan Awana yang sedang melindungi kepalanya dari terbentur dinding kelas.
Sabiru menatap mata Awana dengan perasaan takut, karena wajah Awana yang mulai mendekat ke wajahnya, bahkan kedua tangannya juga menyentuh dinding mencari perlindungan.
Wajah Awana terus mendekat dan hidung nya hampir menyentuh hidung Sabiru, Sabiru sendiri sudah berkeringat, dia takut Awana akan melakukan hal-hal yang tidak baik padanya. Namun pikiran buruknya seketika langsung terbang entah ke mana bahkan pikiran nya sempat kosong selama beberapa detik untuk mencerna apa yang dilakukan oleh Awana tadi.
Sabiru merasakan ada sesuatu yang mendarat di bagian pipi nya, dia terdiam memikirkan apa yang menempel di pipinya tadi.
Iya! Sabiru langsung menegang dan pikirannya kosong saat Awana mengecup pipi kanannya, seketika Sabiru membulat kala dia menyadari apa yang dilakukan oleh kekasihnya, sedangkan Awana sendiri malah terkekeh melihat respons dari Sabiru.