bab 9

9 5 0
                                    

Mentari telah menunjukkan dirinya, Sabiru, Chika dan Lala juga telah bangun dari tidurnya. Benar, mereka berdua menginap di rumah Sabiru karena hari ini adalah hari Minggu.

Chika melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri sedangkan Sabiru dan Lala yang sudah mandi lebih dulu masih asyik mengobrol sembari menunggu Chika selesai.

“Haha bisa aja kamu, La, aku ga sangka loh kalau Pak Bima bakal di marahi sama kakek,” celetuk Sabiru yang tertawa mendengar aduan dari Lala mengenai pak Bima yang beberapa hari lalu memarahi Sabiru.

“Kamu yang sebagai cucunya aja ga percaya, apalagi aku, Ru. Lebih-lebih ga percaya,” sambung Lala yang ikut tertawa, dia memang tidak menyangka pak Bima yang notabene guru paling galak itu bisa dimarahi oleh pak Keenan selaku kepala sekolah di tempat mereka bersekolah.

By the way kakek tahu Pak Bima marahin aku emang dari siapa?” tanya Sabiru mengerutkan keningnya, dia baru ingat kalau sang kakek bisa tiba-tiba tahu dirinya di marahi, tapi beliau tahu dari mana?

“Chika, kamu tahu? Dia itu mata-matanya mama kamu loh, aku juga baru tahu kemarin pas dia tiba-tiba telfon mama kamu,” papar Lala memberitahu kenapa Pak Keenan bisa tahu Sabiru di marahi.

“Kalau tentang Chika aku tahu, tapi aku benar-benar ga sangka loh kalau Chika juga bakal ngasih tahu ke kakek,” ujar Sabiru mengubah duduk nya yang semula bersila menjadi lurus.

Mereka berdua terus mengobrol sembari menunggu Chika yang sedang mandi, hingga tak lama kemudian terdengar suara Nyonya Aruna dari luar.

“Sayang, ajak teman-temanmu turun ya, kita sarapan bareng-bareng. Tapi nunggu papa selesai mandi, ya,” ucap Nyonya Aruna dari luar kamar Sabiru.

Sabiru bergegas turun dari ranjangnya dan berjalan menuju pintu.

“Ah iya, Ma, bentar lagi kami turun. Lagi nunggu Chika mandi,” jawab Sabiru yang membuka sedikit pintu kamarnya.

“Oh, oke. Mama tunggu di bawah, ya,” ucap Nyonya Aruna, Sabiru hanya mengangguk saja sebagai jawabannya.

Tiga puluh lima menit berlalu, Sabiru, Chika dan Lala berjalan menuruni tangga menuju lantai satu. Mereka bertiga beriringan menemui Nyonya Aruna dan Tuan Kevin yang sudah menunggu di meja makan.

Sabiru, Lala dan Chika menyapa kedua orang tua Sabiru yang tersenyum ke arah mereka secara bersamaan.

“Pagi ma, pa.”

“Pagi om, Tante.”

“Pagi juga semuanya,” balas Nyonya Aruna dan Tuan Kevin bersamaan.

“Ayo duduk, kita mulai sarapannya,” sambung Tuan Kevin mempersilahkan mereka bertiga untuk duduk dan segera memulai sarapan.

🍂

Ruangan yang serba putih dengan peralatan seadanya tak membuat dua orang laki-laki yang tengah mengobrol itu terganggu, ruangan yang terdapat foto seorang gadis cantik dengan balutan gaun warna merah muda dan renda bordir yang membuat gaun itu tampak lebih indah, gadis yang tersenyum manis walaupun tidak menatap ke arah orang yang memfotonya. Gadis yang berhasil membuat salah satu dari dua laki-laki itu insaf dari perbuatan yang tidak baik, gadis yang selalu di cari saat laki-laki itu tengah kesepian, menghadapi masalah, jalan buntu dan sebagainya. Tapi sayang seribu sayang, walaupun laki-laki itu mencari gadis yang ada di foto, dia tidak pernah tahu di mana gadis itu tinggal, bahkan dia hanya tahu nama gadis itu.

“Bro, lo udah ketemu sama cewek yang dulu bantu lo waktu itu?” Tanya seorang laki-laki yang memakai kaos warna putih pada laki-laki yang tengah duduk menatap jauh ke arah luar jendela.

Awan Biru AlanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang