bab 13

3 1 0
                                    

Operasi transplantasi jantung telah dilaksanakan, Sabiru saat ini masih belum sadar dari bius sisa operasi.

Kedua keluarga juga sudah bertemu dan membahas apa yang nanti akan dikatakan pada Sabiru mengenai Awana. (Btw di sini ortu Sabiru belum tau kalau Awana punya kembaran).

Orang tua Sabiru tentu saja terkejut saat mengetahui orang yang mendonorkan jantungnya. Pantas saja mereka memberikan secara cuma-cuma, ternyata itu adalah bentuk cinta dan kasih sayangnya Awana pada Sabiru untuk terakhir kalinya.

Awalnya Kevin dan Aruna tidak percaya jika kekasih putrinya telah tiada, hingga mereka dibawa menuju ruang rawat Awana barulah mereka percaya dan melakukan transplantasi jantung secepat mungkin.

"Terima kasih, Awana. Jasamu akan saya kenang, berbahagialah di sana. Kami akan menjaga Sabiru sebaik mungkin," batin Nyonya Aruna menatap manik mata Sabiru yang masih terpejam.

"Jika tidak ada kamu, saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada Sabiru. Beristirahatlah dengan tenang di atas sana, ucapkan salam ku pada Sabrina, kakak Sabiru jika kau bertemu dengannya."

🍂

Berhari-hari Chika dan Lala terus menjaga Sabiru yang masih tidak sadarkan diri, mereka berdua bergantian dengan Tuan Kevin dan Nyonya Aruna. Di saat mereka bersekolah maka kedua orang tua Sabiru yang menjaga, dan jika kedua orang tua Sabiru pulang untuk mandi atau mengerjakan yang lainnya maka kedua sahabat Sabiru yang menjaganya.

Di alam bawah sadarnya, Sabiru tengah berada di sebuah taman bunga yang luas. Di sana dia menggunakan baju putih lajuran.

Dia berbaring di sana dengan mata yang terpejam serta senyuman yang terlukis indah di wajahnya. Matanya seketika terbuka saat mendengar ada suara orang yang mendekat ke arahnya.

"Kenapa kamu masih di sini, Ru?" tanya orang itu.

"Di sini enak, Na. Aku rasanya seperti kembali ke masa kecil." Masih dengan senyuman yang terukir, Sabiru bangun dari berbaring nya dan menatap orang yang mengajaknya berbicara.

"Di sana Mama dan Papa mu menunggu, ada juga teman-teman setia mu yang menunggumu untuk kembali. Kamu tidak ingin kembali ke mereka, hm?"

"Bukan, aku bukan ngga mau kembali. Tapi di sini aku merasa nyaman, apalagi aku bisa terus bersamamu dan kakak."

"Kamu sudah bertemu dengannya?"

Sabiru mengangguk kemudian berkata, "dia datang padaku. Wajahnya sangat cantik seperti Mama."

"Kembalilah, jangan seperti ini terus. Aku akan melihatmu dari sini jika kamu kembali."

Kening Sabiru berkerut mendengar ucapan sang kekasih, "Kamu ngga mau sama aku lagi, Na? Kamu udah ngga sayang lagi sama aku?" Matanya berkaca-kaca saat mengatakan itu.

"Tidak Sayang, Awana akan tetap sayang dan cinta pada Sabiru. Nama Sabiru akan terus berada di hati Awana, jangan sedih lagi, ya?" Lawan bicara Sabiru itu memeluk Sabiru, dia mengusap air mata Sabiru saat melihatnya menetes.

"Beneran?"

"Tentu saja, sekarang kembali oke? Jangan buat Mama Papa sedih karena kamu terlalu lama di sini. Sampaikan salam ku juga pada mereka." Sabiru mengangguk kemudian dengan cepat Sabiru menjauh seolah-olah seperti ditarik oleh sesuatu. Tubuhnya masuk ke sebuah cahaya yang begitu terang.

🍂

Seorang gadis yang tengah terbaring di atas ranjang pasien dengan beberapa alat yang berada di samping kanan kirinya mulai membuka mata, sinar dari lampu langsung menyambutnya.

Gadis lain yang tengah menjaganya pun tersadar, dengan cekatan dia meminta sahabatnya untuk memanggil dokter. Hingga tidak lama kemudian dokter pun datang seorang suster di sampingnya.

"Awana benar-benar abadi bersama Sabiru, dia akan bersama Sabiru sampai kapanpun."

"Jantungnya dia berikan pada Sabiru agar kekasihnya itu baik-baik saja, tapi sayangnya dia melupakan dirinya sendiri." Chika menyahut sembari menganggukkan kepalanya.

“Bagaimana kondisi sahabat saya, Dokter?” tanya Lala saat melihat sang dokter sudah selesai memeriksa.

“Nona Sabiru baik-baik saja. Hanya saja, mungkin tubuhnya akan sulit digerakkan, dan ingatan akan kejadian itu mungkin akan bermunculan. Jadi sebisa mungkin, tolong jangan tinggalkan Nona Sabiru sendirian. Apalagi, Nona Sabiru baru saja selesai melaksanakan transplantasi jantung.” Dokter itu menjelaskan, Lala dan Chika mengangguk.

"Terima kasih, Dokter."

Setelah dokter dan suster pergi, Lala dengan cepat meminta Chika untuk memberitahu orang tua Sabiru.

"Kalian?" Chika dan Lala berbalik, dia menatap Sabiru yang menatap rindu ke arah mereka.

"Bagaimana kabar kamu, Ru?" tanya Lala yang mendekat, disusul oleh Chika.

"Iya, bagaimana kamar kamu?" Chika ikut bertanya setelah selesai mengirimkan pesan pada orang tua Sabiru.

"Aku baik-baik aja. Awana ngga ke sini?" Mendengar pertanyaan Sabiru, Lala dan Chika saling pandang mencari jawaban yang tepat. Atau lebih tepatnya bingung memberikan jawaban apa. Tanpa mereka sadari, air mata mereka menetes membuat Sabiru terheran.

“Awana, di mana kamu, Na?” lirih Sabiru, dia melihat ke sekeliling, tetapi dia tidak menemukan apa yang dia cari. Dia hanya melihat ada dua sahabatnya yang tengah menangis di kanan dan kirinya.

“Chika, Lala, kalian tahu di mana Awana?” tanya Sabiru sekali lagi dengan lemah pada kedua sahabatnya.

“Sabiru, dia ....”

“Sayang, cintanya Mama.” Belum selesai Chika menjawab, Nyonya Aruna datang sembari berlari, terlihat khawatir, wanita paruh baya itu tergopoh-gopoh menghampiri sang putri.

"Sayang, kamu baik-baik saja, hm?"

"Biru baik-baik aja, Ma. Tapi hati Biru yang ngga baik-baik aja."

Empat orang yang ada di sana seketika saling menatap, "Apa Biru sudah tahu tentang kematian Awana?" Itu yang ada dipikiran mereka sekarang ini.

"Tadi pas Biru belum sadar, Biru sama Awana ada taman bunga yang indah banget. Awana tanya sama Biru kenapa Biru masih di sini?"

"Awana masih ada, kan, Ma? Soalnya Awana tadi di taman itu ganteng banget, dia pakai baju putih lajuran. Terus ada gadis lain, namanya Sabrina. Dia juga cantik banget, mirip sama Mama."

"Dia bilang kalau dia itu kakak aku, apa benar, Ma, Pa?"

Sabiru menatap manik mata Nyonya Aruna dan Tuan Kevin. Mencari jawaban yang dia inginkan walaupun dia tahu itu adalah jawaban yang sesungguhnya.

"Ru? Kamu istirahat dulu, ya? Nanti kita bahas itu. Yang penting kamu istirahat dulu, oke?" Alih-alih menjawab pertanyaan Sabiru, Nyonya Aruna malah mengalihkan topik pembicaraan.

"Tapi Ma?"

"Benar kata Tante Aruna, kamu harus istirahat dulu. Jangan berpikiran yang berat-berat, kamu baru operasi loh." Chika ikut menyahut, Lala dan Tuan Kevin mengangguk menyetujui.

"Papa beli makanan dulu, kalian pasti belum makan, kan?" tanya Tuan Kevin saat samar-samar dia mendengar suara perut yang keroncongan.

"Hehe, iya, Om. Kami memang belum makan," jawab Lala sembari terkekeh.














Haii, Awana lovers, Sabiru lovers, Alana lovers. Kalian tahu ngga? Hari ini tanggal 02 Awana, Sabiru dan Alana diciptakan.

Happy 5 months of making the novel Awan Biru Alana. 😻🎉

Terima kasih untuk kalian yang sudah dengan setia terus membaca novel ini, maafkan author apabila ada kesalahan yang entah di sengaja atau tidak.

Selamat pagi menjelang siang, sampai jumpa di bab selanjutnya. 🎉🍂

Awan Biru AlanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang