bab 8

11 6 0
                                    

Jam sekolah telah selesai, Sabiru tengah menunggu jemputan dari sang ayah, dia menunggu di tempat yang disediakan bersama dengan Chika dan Lala yang katanya mereka akan bermain ke rumahnya. Tentu saja Sabiru mengizinkan mereka untuk bermain, selain di rumah dia tidak ada teman dia juga merasa kesepian saat mama dan papanya tidak berada di rumah, apalagi saat ini mamanya sedang pergi ke rumah orang tuanya.

“Kalian udah dapat  kabar Awana belum? Dia udah dua hari ga ngasih kabar apalagi sekarang dia ngga berangkat,” tanya Sabiru yang memulai percakapan, di nada bicaranya terlihat dia sangat sedih dan khawatir tentang kekasihnya yang sudah dua hari tidak memberi nya kabar.

“Ngga tahu, Ru, aku tanya Bayu yang ketua kelas di 12 IPS satu katanya ngga tahu,” jawab Lala, kalian masih ingat candaan Awana dan Bayu? Sejak saat itu Bayu berusaha mendekati Lala dan akhirnya mereka berdua sekarang sudah lebih dekat dari biasanya.

“Loh kamu lagi dekat sama Bayu, kah?” tanya Sabiru pada Lala yang langsung menatapnya dengan sorot mata yang penasaran. Aneh kan? Harusnya Sabiru yang sorot matanya penasaran eh ini malah Lala.

“Engga tuh, kita cuman teman,” elak Lala yang masih tidak mengakui kedekatannya dengan Bayu.

“Bohong ah, bilang aja backstreet,” goda Chika pada Lala, dia seratus persen memang tidak percaya kalau seorang Lala itu tidak dekat dengan Bayu di ketua kelas di 12 IPS satu.

“Ga percaya ya udah lah, lagian aku juga ga maksa, kok,” ketus Lala, dia memalingkan wajahnya dari Chika dan Sabiru.

“Cie yang marah, semoga backstreetnya cepat terbuka, ya,” goda Sabiru, dia malah ikut-ikutan seperti Chika yang menggoda Lala.

“Udah ah, lupakan itu semua mending kita pikirkan di mana Awana berada,” ujar Lala mengalihkan arah pembicaraan.

“Bilang aja biar ga di goda lagi,” imbuh Chika tertawa kecil.

“Chika!” geram Lala mendelik ke arah Chika yang langsung membuatnya bungkam.

“Iya deh, maaf,” cicit Chika, Sabiru tertawa melihat Chika yang seperti anak kecil yang sedang dimarahi oleh ibu nya.

Ternyata Chika itu takut juga ya ke Lala, kira-kira mereka berdua juga takut ke Sabiru ngga ya?

Sembari terus menunggu jemputan, mereka bertiga masih mengobrol membahas Awana yang tiba-tiba menghilang bak ditelan bumi.

Di tengah-tengah keasyikan mereka bertiga, tiba-tiba Chika terdiam menatap lurus ke arah depan, karena posisi mereka saat itu adalah Chika di sebelah kanan Sabiru dan Lala di sebelah kiri Sabiru. Dia yang saat itu tengah menyerong menghadap Lala dan tidak sengaja melihat seseorang yang sangat dia kenal berada tak jauh dari mereka.

“Chik ...?” panggil Sabiru saat dia bertanya pada Chika tapi Chika tak kunjung menjawab.

“Chika, kamu baik-baik saja kan?” sambung Lala bertanya, dia juga ikut menatap Chika yang masih terdiam menatap ke belakang Lala.

“Kamu lihat apa Chik?” tanya Lala, namun nihil. Tidak ada jawaban dari Chika yang masih terdiam.

“A-Awana Ru ....” lirih Chika sembari menunjuk seseorang yang tengah membelakangi mereka, iya orang itu tengah membeli sesuatu di ujung jalan sekolah mereka.

Seperti mendapatkan lotre yang nilainya sangat banyak Sabiru langsung tersenyum dan melihat ke arah yang ditunjuk oleh Chika.

“Biru ....” panggil Lala dan Chika bersamaan saat Sabiru berlari meninggalkan mereka menuju orang yang ditunjuk oleh Chika.

“Chik, kamu bener liat Awana?” tanya Lala, dia memang belum menyusul Sabiru yang sudah agak jauh dari mereka.

“Bener, La! Tadi aku liat Awana, wajahnya mirip banget. Ga mungkin kan, kalau ada orang yang punya muka mirip dengan kita?” jawab Chika, dia masih membenarkan penglihatannya tadi.

Awan Biru AlanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang