bab 7

10 4 0
                                    

Hai hai hai, assalamualaikum.
Kembali lagi dengan saya, Raden Ayu.
Bagaimana kabar kalian? Sudah lama ya tidak update.
Kira-kira di bab kali ini bakal ada apa ya? Yuk, capcus dibaca!!❤️
Happy reading. 🍒
.
.
.
.
.
.

 🍒

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

Keesokan harinya Sabiru bangun dari tidur lelapnya saat sinar sang mentari menembus jendelanya dan mengenai wajahnya.

“Udah pagi? Kenapa rasanya cepat banget, perasaan baru aja tidur deh,” gerutu Sabiru saat dia meregangkan tubuhnya, dengan malas dia turun dari ranjangnya dan menyeret kakinya menuju kamar mandi dengan kondisi yang masih mengantuk.

“Kenapa acak-acakan seperti ini? Sejak kapan aku tidur tapi acak-acakan?” celetuk Sabiru ketika dia tidak sengaja melewati cermin dan melihat rambut serta baju nya yang acak-acakan. “Tahu lah, mending mandi habis itu makan dan berangkat,” sambung Sabiru, dia menguap sembari melanjutkan jalannya menuju kamar mandi.

Tiga puluh menit telah berlalu Sabiru keluar dari kamar mandi dengan mengenakan seragam sekolah. Sabiru berjalan menuju meja riasnya dan mulai menyisir rambut.

Selesai menyisir rambutnya dan mengikatnya menjadi satu Sabiru langsung merias wajah nya dengan natural alias hanya memakai bedak padat dan lipcream andalannya agar bibirnya tidak terlalu pucat.

Perfect,” puji Sabiru pada dirinya sendiri kala dia melihat hasil riasannya yang sangat-sangat terlihat natural.

Sabiru berdiri dari duduknya setelah merapikan alat-alat yang dia pakai, Sabiru melangkah menuju rak yang berisi tas ransel miliknya dan beberapa koleksi buku yang dia punya. Sedangkan buku mata pelajaran miliknya dia letakkan di meja belajarnya.

Dia menuruni anak tangga dengan malas namun langsung tersenyum begitu dia melihat sang papa sudah menunggunya di meja makan.

“Tumben papa ikut sarapan, Pah?” celetuk Sabiru, dia duduk di kursi sebelah kanan sang papa yang membuatnya berhadapan dengan sang mama.

“Loh, memangnya tidak boleh kalau papa ikut sarapan di rumah?” tanya sang papa, dia mengulum senyumnya melihat wajah sang putri yang langsung cemberut. “Ngga, papa cuman bercanda, Sayang. Iya hari ini papa agak siang ke kantornya jadi ikut sarapan,” sambung Kevin, papa Sabiru. Sedangkan Aruna dia hanya terkekeh melihat interaksi antara suaminya dan putri mereka.

“Sudah ayo dimakan sarapan, lihat sudah pukul setengah tujuh kurang, nanti Sabiru telat loh,” ujar Aruna membuat Sabiru dan Kevin mengangguk bak terhipnotis dengan ucapan Aruna.

“Mama, papa, nanti Biru ada kelas tambahan jadi kemungkinan pulang terlambat,” ucap Sabiru memberitahu kegiatannya pada mama dan papanya di sela-sela sarapan mereka.

Awan Biru AlanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang