1

701 84 11
                                    

"Haah! Hah!"

Kedua mata bulat itu terbuka lebar begitu sinar matahari pagi menusuknya. Nafasnya terengah, berusaha meraup oksigen yang dirinya pikir takkan pernah lagi dihirupnya. Bahkan tangannya sampai berusaha untuk menekan dada. Ia yakin, terakhir kesadarannya menghilang akibat terkena bebatuan sungai yang membentur kepalanya kuat.

Han Jisung, sosok yang seharusnya sudah mati itu kini justru dapat kembali melihat dunia. Apakah ia gagal mati?

Namun, bukan hanya hal itu yang membuat pemuda dengan paras mirip tupai itu terkejut. Pandangannya melihat sekeliling, kamar yang familiar. Kapan terakhir kali Jisung melihatnya?

Tunggu.

Bukankah ini kamar apartemen Minho sebelum mereka menikah dulu?

"Minho.. hyung?" gumam Jisung begitu dirinya memandang seseorang yang tengah terlelap di sampingnya. Apakah ia baru siuman dari koma atau yang lainnya? Sudah berapa lama dirinya tertidur sejak percobaan bunuh diri itu?

"Aku merindukanmu.." sambungnya lirih.

Wajah Minho nampak lebih muda dan segar sejak terakhir kali Jisung melihat pemuda itu selalu pulang dengan wajah lelah akibat stress dengan pekerjaannya.

Tubuh si manis beralih menghadap Minho, pada mulanya berniat untuk menikmati bagaimana lekukan sempurna pada paras pemuda itu selalu berhasil membuatnya bingung. Bukankah Tuhan begitu baik hingga memberikan sosok sesempurna Minho pada dirinya?

Sempurna, ya?

Haha. Mungkin tidak.

Tengah asyik memandangi wajah pemuda Lee tersebut, Jisung bahkan sampai tidak sadar bahwa rupanya dirinya dan Minho--

"Astaga! Kemana perginya semua pakaianku?!"

--rupanya keduanya tertidur dalam keadaan telanjang di bawah selimut tebal milik Minho.

Akibat kebisingan yang dihasilkan dari mulut si manis, tidur Minho nampak terganggu. Oh, tentu saja pemuda itu tak keberatan sama sekali dengan gangguan tersebut. Toh, hal pertama yang Minho lihat ketika membuka mata adalah ekspresi panik Jisung yang selalu nampak menggemaskan di matanya.

"Selamat pagi, Jisungie," ucap Minho lembut, sembari menarik pelan tengkuk si manis untuk mendekat padanya sehingga dirinya dapat memberikan sebuah kecupan kecil.

Kecupan selamat pagi yang biasa Minho berikan pada Jisung, setidaknya sebelum keduanya bertengkar hampir setiap hari.

Pemuda Han tersebut hanya diam dengan ekspresi bingungnya. Sejak kapan Minho kembali bersikap lembut padanya setelah sekian lama? Bahkan seingatnya, sudah genap satu bulan sejak Minho memisahkan kamar tidur mereka. Dan mengapa kini dirinya kembali satu ranjang bersama pemuda tersebut? Terlebih lagi, tatapan yang Minho berikan padanya saat ini seolah membawa ingatan Jisung kembali, bahwa pemuda Lee tersebut pernah sangat menyayanginya.

Satu usapan lembut mendarat pada pipi gembil si manis, "ada apa, hm? Kau nampak sangat terkejut." Minho terkekeh pelan ketika ia melihat Jisung yang sungguh menggemaskan dengan mulutnya yang menganga kecil.

"Ugh.." Jisung menggelengkan kepalanya, tak lupa ia juga menarik selimutnya naik untuk menutupi tubuhnya.

Minho tersenyum, "baru malu sekarang? Memangnya siapa yang semalam memohon untuk dimakan?"

Semburat merah samar muncul pada pipi si manis, Minho selalu menggodanya seperti ini. Dan lagi Jisung selalu salah tingkah karenanya.

Tetapi itu adalah karakteristik mereka di masa lalu.

Minho sudah tak pernah lagi menyentuhnya sejak enam bulan yang lalu.

Lalu apa maksudnya ini? Apakah Minho bermain dengan tubuhnya disaat Jisung sedang dalam keadaan tidak sadar? Bukankah itu berlebihan? Mengapa pula mereka berada di apartemen lama Minho, bukannya di apartemen tempat mereka tinggal?

SECOND LIFE [Minsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang