19

294 43 19
                                    

Hari demi hari, bulan demi bulan, Minho tenggelam dalam dunia skripsinya. Ia berusaha sekuat tenaga untuk menyelesaikan tugas akhirnya itu, berharap bisa segera lulus dan memulai babak baru dalam hidupnya. Di tengah kesibukannya, ia sesekali teringat pada Jisung. Namun, ia memilih untuk memendam perasaannya dan fokus pada studinya.

Waktu berlalu begitu cepat. Hari sidang pun tiba. Dengan degup jantung yang tak menentu, Minho memasuki ruangan sidang. Setelah memaparkan hasil penelitiannya, ia dinyatakan lulus dengan nilai yang memuaskan. Rasa lega dan bahagia seketika menyelimuti hatinya.

Pemuda Lee itu menulis nama Jisung dalam skripsinya. Bukan sebagai kekasih, melainkan sebagai salah satu orang paling berharga dalam hidupnya.

Minho menatap kosong ke arah panggung utama. Toga wisuda terasa begitu berat memberatkan bahunya. Ia melihat Jisung, sosok yang pernah mengisi hari-harinya dengan warna, kini berdiri di sana, memancarkan aura kebahagiaan yang menyilaukan bersama keluarganya

"Kau cantik sekali dengan toga itu, Jisungie," gumamnya pelan.

Di samping si manis, ada Chan, kekasih barunya, yang senantiasa setia mendampinginya.

Sebuah senyum tipis tersungging di bibir Jisung saat ia berfoto bersama keluarga dan kekasihnya. Senyum itu menusuk hati Minho. Dulu, senyum itu hanya untuknya. Kini, senyum itu milik orang lain.

Ingatan Minho melayang ke masa lalu. Saat mereka pertama kali bertemu, saat mereka saling jatuh cinta. Namun, sebuah kesalahpahaman yang tak kunjung terselesaikan telah menjauhkan mereka.

Minho meneteskan air matanya. Ia tahu, ia harus merelakan si manis. Namun, hatinya tak bisa berbohong. Ia masih mencintai Jisung dengan sepenuh hati. Setiap hari, ia berharap pemuda tupai itu akan kembali padanya. Namun, harapan itu terasa begitu tipis.

"Kau terlihat bahagia.."

Dalam setengah tahun terakhir ini Minho merasa kesepian. Meski dikelilingi oleh beberapa temannya, ia tetap merasa kosong. Ia merindukan kehadiran Jisung dalam hidupnya. Ia merindukan pertengkaran kecil, candaan konyol, dan semua hal yang pernah mereka lakukan bersama.

Sementara itu, Jisung masih sibuk berbincang dengan keluarganya.

"Kau tidak pernah cerita sudah memiliki kekasih baru, Jisungie," ucap Nyonya Han. Memang selama ini ia tidak mengetahui perihal hubungan putranya dengan Chan.

"Oh, kau tidak memberitahu orang tuamu?" Chan menatap Jisung bingung. Ia pikir pemuda tupai itu sudah memberitahu keluarganya.

Jisung menatap mereka gugup, "ah, m-maaf. Aku hanya belum siap."

Orang tua Jisung mulai mengajak Chan mengobrol, berhubung mereka belum saling mengenal satu sama lain. 

"Rupanya kau lulusan terbaik, selamat ya, Chan," ucap Tuan Han sembari mengulurkan tangannya pada kekasih dari anaknya tersebut. Chan menerimanya dengan senyuman menghiasi wajahnya.

"Terima kasih," jawabnya.

Chan merupakan sosok yang ambisius, ia benar-benar memperjuangkan nilainya untuk menjadi lulusan terbaik.

"Omong-omong dimana keluargamu?" tanya Nyonya Han.

"Ah, ayahku sedang mengantar ibu ke toilet. Katanya mereka akan menunggu di luar jika kita sudah selesai," ucap Chan menjawab pertanyaan ibu dari Jisung tersebut.

Ah, keluarga?

Si manis memilih untuk mundur selangkah, mengamati ruangan aula yang penuh dengan keluarga kecil para mahasiswa yang sedang merayakan kelulusan itu.

Tubuhnya berputar, mencari keberadaan Minho.

Matanya tak sengaja bertemu dengan tatapan Minho dari kejauhan. Minho terlihat tampan dalam toga wisudanya, namun sorot matanya terlihat kosong. Jisung tahu bahwa Minho juga telah lulus dengan nilai yang baik. Namun, berbeda dengan dirinya, Minho terlihat begitu kesepian. Jisung tahu bahwa keluarga Minho tidak bisa hadir karena berada di luar negeri.

SECOND LIFE [Minsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang