11

276 48 9
                                    

Cahaya sore menyinari ruangan kecil yang menjadi tempat Chan mengerjakan segala hal yang berhubungan dengan klub vokalnya. Suara gemericik air dari dispenser menjadi satu-satunya iringan dalam kesunyian itu selama beberapa waktu, hingga suara ceria milik sosok pemuda tupai tiba-tiba saja memecahkan keheningan.

"Chan-hyung!" sapa Jisung dengan riang, wajahnya berseri-seri seperti matahari pagi. Chan yang tengah asyik mencatat data pun menoleh, senyum tipis terukir di bibirnya.

Ah, sosok yang belakangan ini selalu bersamanya.

"Oh, ada apa?" tanya Chan lembut. Ia merasa gemas dengan kedatangan si manis yang menyembulkan kepalanya dari balik pintu. Lihatlah rambutnya yang fluffy itu, ingin sekali Chan mengelusnya.

Jisung menggaruk tengkuknya, terlihat sedikit gugup. "Uhm, aku ingin mengatakan sesuatu," ucapnya pelan. Ia mulai melangkahkan kakinya masuk, mendekat pada meja pemuda Bang tersebut.

Sementara itu, Chan sebenarnya tidak sendiri. Ia bersama junior kesayangannya, Jeongin --yang kini mulai terbangun dari lelapnya akibat suara nyaring Jisung--.

"Wah, wah. Apakah aku mengganggu kalian?" suara Jeongin yang baru bangun itu tiba-tiba terdengar. Ia menggosok matanya pelan, sebelum kemudian berusaha bangkit dari posisi rebahnya.

"Ah- tidak.. kau tidak perlu pergi kemanapun, Jeongin-ah," Jisung buru-buru menyangkal, ia menahan pemuda rubah itu untuk terbangun. Biar saja Jeongin tetap pada posisinya.

Jeongin terkekeh kecil, sebelum kemudian kembali menutup mata karena masih mengantuk. Tetapi tentu saja telinganya masih ingin mendengarkan.

"Uh, jadi.. mengapa memanggilku, Jisung-ah?" tanya Chan penasaran. Mengapa wajah Jisung nampak serius sekali, ia jadi gugup.

Pemuda Han tersebut kembali menghadap Chan. Ia menghela nafas kecil, lalu menatap Chan dengan serius. "Aku... aku ingin tampil di festival kampus bersamamu," ujarnya. Ia tahu bahwa pemuda Bang tersebut akan menampilkan suatu lagu solo di festival nanti.

Lalu entah pikiran dari mana Jisung memiliki keinginan untuk tampil bersamanya.

Chan tertegun sejenak. "Eh? Kau yakin?" tanyanya memastikan. Tiba-tiba saja? Mengapa Jisung ingin tampil dengannya? Bukankah pemuda tupai itu akan menampilkan tarian bersama Minho?

Jeongin yang sedari tadi hanya mendengarkan, tiba-tiba berseru, "astaga, kukira kau akan menyatakan perasaan!" Ia kecewa, jadi lebih baik kembali tidur saja.

Jisung hanya menggeleng ribut, sementara Chan tertawa kecil mendengar celetukan Jeongin. "Bagaimana dengan penampilanmu dan Minho?" tanya Chan lagi. Ia tak ingin harus repot melakukan perdebatan dengan pemuda Lee itu nantinya.

"Aku tidak akan tampil dengannya," jawab Jisung tegas. Ayolah, ia sudah memikirkan ini semalaman.

Jawaban yang menarik, namun tetap saja meragukan. "Jisung-ah, apa kau serius?" tanya Chan kembali, kali ini dengan nada yang lebih serius.

"Iya," jawab Jisung, yakin.

Chan menghela napas panjang. Ia memang tahu betapa rumitnya hubungan Jisung dan Minho. Namun ia tak menyangka pemuda Han itu benar-benar akan bertindak sejauh ini. "Baiklah," jawabnya akhirnya.

Jeongin yang mendengarkan interaksi mereka hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. "Wah, sepertinya akan ada drama?" gumamnya pelan.

Aku akan mencoba untuk mulai menyukai Chan-hyung dan melupakan Minho-hyung, batin Jisung.


***


Minho-hyung
Datanglah ke apartemenku. Setidaknya katakan selamat tinggal pada Soonie, Dongie, dan Dori.

SECOND LIFE [Minsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang