9

509 69 19
                                    

Beberapa hari berlalu setelah keputusan Jisung untuk berhenti menjadi partner tari Minho dan bahkan menegaskan bahwa hubungan mereka tak bisa kembali seperti semula, Minho merasa perlu mencari kejelasan. Ia memutuskan untuk mengunjungi rumah orang tua Jisung, berharap menemukan jawaban atas pertanyaan yang mengganjal hatinya.

Rumah Jisung terletak di tak jauh dari kota tempat mereka tinggal, bahkan rumah itu berada di antara pepohonan yang rimbun. 

Minho masih mengingat dengan baik kenangannya bersama orang tua si manis di rumah ini. Ia tak ingat pernah memiliki hubungan yang buruk dengan keluarga Jisung. 

Pemuda Lee itu memarkirkan mobilnya dan keluar. Ia melangkahkan kakinya menuju pintu rumah tersebut dan mengambil nafas panjang.

Ia sedikit gugup setelah cukup lama tak berkunjung ke rumah ini, apalagi kini Jisung tak bersamanya.


Tok! Tok! Tok!


Minho pun mengetuk pintu dengan perasaan campur aduk. Ia tidak tahu apa yang akan dihadapinya dan jawaban apa yang akan didengarnya, tetapi ia harus mengetahui suatu kebenaran.

Seorang wanita paruh baya nampak membuka pintu. Wajahnya lembut, dan matanya menatap Minho dengan penuh kehangatan, bahkan terlihat gembira begitu menyadari Minho-lah yang mengunjunginya. "Astaga, Minho? Apa yang membuatmu datang kemari? Dimana Jisungie?" tanyanya.

Minho mengembangkan senyumannya. Nyonya Han memang selalu bersikap lembut padanya seperti ini, "Mama Han, apa kita bisa mengobrol sebentar? Minho ingin menanyakan sesuatu soal Jisung."

Sudah biasa bagi Minho untuk memanggil Ibu si manis dengan sebutan 'Mama Han' karena kedekatan mereka. Oh, astaga. Bahkan Nyonya Han sudah menganggap Minho seperti anaknya sendiri.

"Ah, tentu saja. Masuklah. Papa Jisung masih belum pulang dari kantornya. Tidak masalah kan hanya berdua dengan Mama?" tanyanya yang segera dibalas anggukan kecil oleh Minho.

Ibu dari Jisung itu mempersilahkan Minho untuk segera masuk, bahkan ia sempat permisi sebentar untuk sekedar membuat teh hangat. Minho mendudukkan dirinya pada sofa, memandang sekeliling untuk mengamati foto-foto yang terpajang di ruang tamu tersebut. Rumah mereka terasa hangat dan penuh dengan kenangannya bersama Jisung. Minho mengepalkan kedua tangannya, menunggu dengan perasaan gugup.

Nyonya Han menyajikan teh hangat yang telah selesai dibuatnya sebelum kemudian duduk di hadapan Minho. "Apakah terjadi sesuatu pada Jisung?" tanyanya.

Minho menelan ludah. "Mama, apa benar Mama melarang hubunganku dengan Jisung? Apa itu sebabnya Jisung tiba-tiba ingin berpisah denganku?" Minho mengigit bagian dalam pipinya kecil. Ia merasa tidak sopan langsung menanyakan hal seperti ini. Namun apa boleh buat? Pemuda Lee itu sudah sangat penasaran dengan jawaban dari ibunda si manis.

Nyonya Han nampak terkejut, "tidak, Minho. Itu tidak benar sama sekali." Kedua matanya terbuka --persis seperti Jisung-- menatap Minho dengan tulus. "Mama hanya ingin yang terbaik untuk Jisung. Mama dan papa tidak pernah melarangnya untuk menjalin hubungan dengan siapa pun."

Apa?

Apa maksudnya itu?

Jisung berbohong padanya?

"Lalu.. mengapa Jisung berbohong padaku?" tanya Minho lirih. Ia benar-benar bingung dengan sikap sang tupai belakangan ini. Kemana perginya Jisungnya yang ceria dan selalu tersenyum?

Nyonya Han menatap iba kekasih --atau mungkin mantan?-- dari anak semata wayangnya itu. Kesedihan terlihat jelas pada ekspresi Minho, dan ia tak mengerti penyebabnya.

SECOND LIFE [Minsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang