5

451 71 12
                                    

"Minho-hyung?" Jisung terkejut begitu dirinya keluar dari gedung apartemen dan mendapati mantan kekasihnya itu tengah menunggunya seperti biasa untuk berangkat bersama ke kampus.

Minho nampak tersenyum dan menghampiri si manis, "selamat pagi, Jisungie. Mari berangkat bersama."

Apakah kepala Minho terbentur sesuatu sampai ia melupakan percakapan mereka tempo hari? Mengapa pemuda itu bersikap seperti biasa pada Jisung?

"A-apa yang kau lakukan? Kita sudah bukan--" ucapan Jisung dipotong begitu saja.

"Memangnya kapan aku mengiyakan perkataanmu kemarin?" Minho tetap tersenyum lembut, namun ada penekanan dalam nada bicaranya, menandakan bahwa ia tak pernah menyetujui bagaimana Jisung memutuskan hubungan mereka secara sepihak tanpa adanya penjelasan apapun.

Minho akan terus bertindak seperti biasa, sampai Jisung mengatakan alasan yang jelas padanya.

Sang tupai mengalihkan pandangannya ke arah samping, tak ingin melihat Minho yang berada tepat di hadapannya. Hatinya bisa meleleh jika berlama-lama menatap pemuda itu. Dalam dunia ini, Jisung harus bisa mengeraskan hatinya.

"Meski begitu, kau tak bisa memaksaku.." gumam Jisung.

"Kau pun tak bisa memaksakan bahwa hubungan kita sudah berakhir," jika Jisung keras kepala, maka Minho pun akan melakukan hal yang sama. Ia tak ingin dibuang begitu saja tanpa alasan, ia tak terima dengan keputusan kekasihnya itu.

Ia tak ingin disebut sebagai mantan kekasih Jisung.

"Hyung, kumohon.." wajah Jisung menjadi memelas, tak tahu harus mengatakan hal apa lagi pada pemuda di hadapannya ini.

"Aku akan menunggumu menjelaskan semuanya, Jisungie. Sampai saat itu aku akan tetap seperti ini," Minho menggenggam lembut tangan si manis, menuntunnya untuk masuk ke dalam mobil. Jisung ingin menolak, namun lidahnya kelu. Ia tak bisa membalas perkataan Minho.

Ternyata tak semudah itu untuk bisa lepas dari pemuda yang sangat mencintainya ini.

Jisung menghela nafasnya berat. Ia memilih untuk menyenderkan punggungnya pada kursi mobil dan menyerah untuk sejenak. Setelah ini dirinya harus memikirkan hal apa yang dapat ia lakukan untuk membuat Minho berhenti menempelinya seperti ini.

Ketika Minho mulai menjalankan mobilnya, tangannya mengambil sesuatu dan menyodorkannya pada Jisung. "Ambillah, setidaknya jangan membuat makanan yang sudah kubeli terbuang sia-sia seperti kemarin. Jika kau tidak mau, lebih baik kau berikan pada kucing," ucapnya.

Jisung merasa sedikit tidak enak. Tentu saja ia melihat insiden dimana Minho menjatuhkan cheesecake kesukaannya itu. Tetapi Jisung masih tetap pada pendiriannya. Jika di hari pertama saja ia sudah gagal, bagaimana dengan hari-hari selanjutnya.

"Besok berhentilah melakukan semua ini," ucapnya, namun tetap menerima pemberian Minho. Katakanlah ini akan menjadi yang terakhir, semoga saja.

"Aku takkan berhenti," gumam Minho kecil. Mungkin kedepannya segala usahanya akan sia-sia, namun ia ingin melihat sejauh apa Jisung dapat bertahan. Toh ia ditinggalkan tanpa alasan, bukankah setidaknya Jisung harus menghargai Minho dengan mengatakan yang sebenarnya?


***


Kelas Jisung sudah selesai lebih dulu. Tentu saja karena dirinya memang hanya memiliki sedikit kelas di semester ini. Sementara Minho baru akan menyelesaikan seluruh kegiatan kuliahnya sore ini. Ini kesempatan Jisung untuk menyudahi pertemuannya dengan Minho di hari yang melelahkan ini.

Si manis membuka tasnya, memilih untuk duduk sebentar di kantin dan memakan cheesecake pemberian Minho. Diam-diam dirinya menyesal juga karena telah membuat Minho menjatuhkan makanan lezat tersebut kemarin. Setidaknya kali ini akan ia makan untuk menebus rasa bersalahnya kemarin.

SECOND LIFE [Minsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang