6

400 62 11
                                    

"Sial, aku lupa masih mengikuti klub dance," Jisung merutuki dirinya yang baru ingat bahwa memang masa kuliahnya dihabiskan dengan fokus pada materi ketimbang kegiatan lain seperti klub. Ayolah, ia terlalu malas untuk mengikuti semuanya, namun kampus sialan ini mewajibkan mahasiswanya untuk mengumpulkan poin keaktifan sebagai syarat kelulusan.

Jisung memutuskan untuk mengikuti klub ini di semester akhir ini karena kedekatannya dengan Minho.

Ia ingin mengabaikan pesan yang Minho kirim untuknya, namun kelulusannya bisa tertunda karena Minho memberikan ancaman halus bahwa sertifikatnya takkan turun jika Jisung tak datang siang itu.

Maka dari itu, dengan langkah gontai Jisung berjalan menuju ruangan klub, dimana ada banyak anggota tak terkecuali Minho akan berada di sana.

Sebenarnya Minho sendiri merupakan anggota biasa saat ini karena ia sudah menginjak semester tua. Sempat dirinya mengambil jabatan tertinggi dalam klub tersebut, yakni ketua. Tetapi itu sudah berakhir dua tahun yang lalu. Meski hanya sekedar anggota, namun jelas Minho merupakan senior yang dihormati di sana.

Tak ada yang tak mengetahui bahwa Minho berbakat dalam tarian modern.

"Selamat datang, Jisungie," sambut Minho ketika si manis memasuki ruangan klub tersebut. Senyumannya mengembang lembut sebelum kemudian menghampiri Jisung dan mengusak rambutnya pelan.

Seperti biasa, Jisung kembali menepisnya.

"Jangan melakukan itu," ucap Jisung, berusaha untuk terlihat ketus.

Minho masih tetap tersenyum, "tumben sekali kau berangkat awal pagi tadi. Lain kali aku akan menunggu di depan apartemenmu tiga jam sebelum kelasmu dimulai."

Oh, pagi ini Jisung berada satu langkah di hadapan Minho, karena rupanya pemuda manis itu berangkat lebih awal sebelum Minho menjemputnya. Padahal Jisung merupakan tipe mahasiswa yang seringkali berangkat mepet karena terlalu lama bersiap-siap. Tetapi kali ini, untuk menghindari Minho, Jisung rela bangun jauh lebih awal ketimbang biasanya.

Bibir Jisung mengerucut begitu saja, jika ia harus berangkat lebih awal lagi maka itu artinya ia harus mengorbankan banyak jam tidurnya. Ah, menyebalkan sekali memang Minho ini.

"Berhentilah bertindak konyol," Jisung berjalan melewati Minho dan berjalan menuju anggota klub lainnya. Ada Felix disana, dan ia lebih memilih untuk mengobrol dengan pemuda itu daripada harus meladeni Minho yang semakin hari semakin keras kepala saja.

"Jangan lupakan semua yang sudah kuajarkan minggu lalu!" teriak Minho dari jauh.

Sementara itu, Jisung meratapi nasibnya. Bagaimana mungkin dirinya masih mengingat semua hal yang pernah ia pelajari di klub ini? Yang dirinya ingat saat bergabung dengan klub dance hanyalah bagaimana baiknya Minho dalam mengajarinya menari, atau bagaimana menakjubkannya dirinya ketika tengah tampil di atas panggung.

Jika terus berada disini, Jisung bisa-bisa kembali terpesona dengan keahlian Minho.

"Mengapa wajahmu murung begitu?" tanya Felix begitu Jisung berjalan mendekatinya. Pemuda itu tengah terduduk di sebuah bangku sembari meneguk air mineral. Ia sudah datang sejak satu jam yang lalu dan melakukan pemanasan.

Sial, bahkan tubuh Jisung sudah tak terbiasa bergerak banyak, terutama sejak dirinya mengandung Minji.

Ah, Lee Minji.

Jisung merindukannya. Tetapi di dunia ini, anak itu takkan lahir.

"Tidak apa-apa," jawab Jisung sembari mendudukkan dirinya di samping pemuda dengan freckles yang menghiasi wajah cantiknya itu.

"Seharusnya Minho yang murung karena kau mengabaikannya terus-menerus. Tetapi mengapa yang terlihat lemas seperti ini?" pandangan Felix lurus ke arah Minho, dimana pemuda dengan rahang tegas tersebut sibuk mengobrol dengan ketua klub dance yang merupakan juniornya.

SECOND LIFE [Minsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang