2

521 73 7
                                    

"Selamat pagi, Jisungie. Sudah sarapan pagi ini?" Minho mengembangkan senyumannya begitu melihat kekasih manisnya tengah memasangkan tali sepatu pada tungkai kecilnya.

Jisung tersenyum simpul, membereskan urusannya menalikan tali sepatu sebelum mulai menaiki mobil Minho untuk berangkat menuju kampus bersama.

Sebuah kebiasaan kecil mereka yang Jisung rindukan.

"Sudah, hyung," jawab Jisung, hingga Minho mulai menjalankan mobilnya perlahan setelah mencuri sebuah kecupan kecil pada bilah cherry si manis.

Jisung telah berpikir semalaman, bahkan hingga kepalanya ingin meledak rasanya. Hubungannya dengan Minho sangatlah indah di masa-masa ini. Keduanya berada pada titik dimana tidak ada satu hal pun yang dapat menghambat hubungan mereka. Sehingga Jisung bingung bagaimana caranya untuk mengakhiri hubungannya dengan Minho.

Benar.

Si manis telah membuat keputusan untuk berhenti melanjutkan statusnya sebagai kekasih Minho.

"Tugasmu sudah selesai?" tanya Minho berbasa-basi. Ia tahu Jisung anak yang jenius, yang bahkan di usianya yang satu tahun lebih muda dari Minho, mendapatkan kelas akselerasi di masa sekolah hingga kini satu angkatan dengan dirinya. Jisung tak mungkin melewatkan tugasnya.

Sayangnya, itu sudah tujuh tahun lalu sejak Jisung mempelajari mata kuliah yang diambilnya sekarang. Ayolah, ia sudah melupakan semuanya!

"Um.." si manis mulai terbata. Ia bingung bagaimana harus menjelaskannya. Bayangkan saja kau kembali ke masa dimana kau pernah sangat jenius pada bidang akademik, sementara sebenarnya kau sudah lulus dan melupakan semua hal yang telah kau pelajari.

Minho menoleh sejenak dengan wajah bingung, sebelum kembali mengalihkan pandangannya pada jalanan. "Kau belum membuatnya?" tanya Minho.

Sejujurnya Jisung malu, memangnya anak jenius macam apa yang belum mengerjakan tugasnya di hari H? Salahkan takdir yang membangunkannya di masa-masa kuliah seperti ini.

Ia bahkan sudah lupa dengan isi skripsinya yang harus dilanjutkan di semester 8 ini.

Jisung mengangguk kecil, dan ia menundukkan kepalanya membuat Minho menggeram gemas.

"Tidak masalah. Kau bisa meminjam milikku," ucap Minho sembari menggenggam tangan mungil si manis. Ia memang sangat pengertian, hal yang membuat Jisung di masa lalu jatuh dan semakin jatuh padanya. Siapa pula yang akan mengira bahwa sosok seperti Minho dapat dimiliki oleh Jisung?

Dan siapa yang akan mengira bahwa Minho dapat merubah sikapnya 180 derajat?

"Terima kasih," ucap Jisung pelan.

Sungguh, ia selalu terkesima dengan sikap lembut Minho padanya, namun juga sangat sedih mengingat perlakuan Minho yang rupanya bisa juga menjadi kasar ketika tengah dilanda amarah yang memuncak. Padahal sebelumnya, Minho benar-benar tak pernah menunjukkan emosi yang mengerikan semacam itu, terutama pada Jisung.

Memandang jendela di sampingnya, Jisung menghela nafas kecil. Genggaman tangan Minho ia lepaskan perlahan, tanpa menoleh sekalipun.

Jisung tak ingin melihat bagaimana ekspresi Minho ketika ia melepaskan genggaman tersebut.

Minho? Tentu saja terkejut, apalagi Jisung tak melihat ke arahnya. Genggaman tangan tersebut terlepas bukan karena Jisung hendak melakukan sesuatu, namun memang si manis ingin melepaskannya.

Namun Minho tak ingin ambil pusing.

"Kau sedang memiliki masalah?" tanyanya lembut.

"Tidak," jawab Jisung kecil. Dalam hati ia merasa sangat bersalah, memberikan perlakuan buruk pada Minho di masa kini yang ia tahu sangatlah baik padanya.

SECOND LIFE [Minsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang