17

224 40 4
                                    

Kali ini matahari pagi menyinari suasana kampus yang ramai seperti biasa. Burung-burung berkicau riang menyambut hari baru, namun suasana hati Jisung jauh dari ceria. Sejak kemarin, sahabatnya, Felix, terus menghindarinya. Pertengkaran kecil mereka saat itu masih terasa mengganjal di hatinya.

Jisung berjalan menyusuri koridor kampus bersama Chan. Mereka berniat untuk membeli minuman di vending machine sejenak sebelum pergi ke ruang klub vokal.

Ah, kebetulan sekali. Felix pun sedang berada di hadapan mesin itu, mengambil minuman kaleng dengan perisa jeruk yang sudah dijatuhkan dari tempatnya dipajang.

"Yongbokie--" panggil Jisung pelan, namun Felix seolah tidak mendengar. Ia memang menoleh sekejap, lalu kemudian memilih untuk pergi dari sana.

Matanya panas setiap kali melihat Jisung bersama dengan Chan.

"Ugh, dia mengabaikanku.." gumam Jisung pada dirinya sendiri. Rasa kecewa mulai menyelimuti hatinya. Mungkin Felix juga kecewa, mungkin Minho juga kecewa. Ah, itu sudah dapat dipastikan, kata 'mungkin' bahkan sudah tak lagi berlaku.

"Memangnya kalian membicarakan apa kemarin?" tanya Chan penasaran. Pasalnya, Jisung juga tak mengatakan apapun setelah ia kembali dari perbincangannya dengan Felix.

Jisung menggeleng kecil, tak berniat untuk menjelaskan. "Yah, hanya pertengkaran antar sahabat," jawabnya singkat. Ia maju mendekati vending machine dan mulai menimang-nimang minuman apa yang harus dibelinya.

"Soal?" tanya Chan lagi, mendesak. Ia juga ingin tahu.

Jisung ragu-ragu sejenak. "Ini rahasia persahabatan, hyung. Memangnya hyung tidak pernah bertengkar dengan sahabatmu?" Jisung memilih cola. Ia memasukkan sejumlah uang dan menekan tombol angka untuk mendapatkan minuman tersebut.

Pemuda Bang itu tersenyum tipis. "Ah, aku tidak pernah memiliki sahabat," ujarnya santai.

Jisung terkejut mendengar jawaban Chan. "Bagaimana bisa?" tanyanya heran. Chan terlihat seperti sosok yang ramah dan mudah bergaul. Apa sulitnya memiliki sahabat untuk orang sepertinya?

"Entahlah. Tidak pernah memikirkannya juga. Aku terlalu sibuk dengan semua hal yang kukerjakan," jawab Chan sambil mengangkat bahu.

Jisung mengangguk kecil. Mungkin Chan ini merupakan tipe orang yang ambisius sehingga tidak begitu memikirkan perihal persahabatan, tak sepertinya.

Begitu selesai mengambil minuman, keduanya kembali berjalan menyusuri koridor hingga sampai di tikungan. Tiba-tiba, tubuh Jisung terdorong oleh seseorang yang nampak sedang terburu-buru hingga cola di tangannya jatuh dan menggelinding seketika. 

Si manis menoleh dan mendapati rupanya Minho berdiri di hadapannya. "Ah, Jisungie. Maaf.." ucap Minho dengan nada menyesal. Ia segera saja mengambil cola tersebut, memandangnya sejenak karena bernostalgia, lalu mengembalikannya pada pemuda tupai itu.

Kau masih saja menyukai minuman tak sehat ini, batin Minho.

Jisung hanya bisa mengangguk kecil dan mengalihkan pandangannya. "Uh- um.. tidak apa-apa," jawabnya pelan. Ia berusaha bersikap biasa saja, namun jantungnya berdegup kencang.

"Um.. apa kau--" Minho ingin mengatakan sesuatu, namun kata-katanya terhenti saat Chan memotong ucapannya.

"Sudah selesai? Bisakah kau pergi?" tanya Chan dengan nada dingin.

Ah, Minho merasa Chan mulai bersikap angkuh padanya secara terang-terangan karena berhasil mendapatkan Jisung. Ia jadi kesal sendiri pada pemuda Bang itu.

"Tidak perlu mengusirku seperti itu," balas Minho, tatapannya tajam dan menusuk. Ia memilih untuk segera melenggang pergi melewati keduanya. Moodnya seketika buruk begitu Chan bersikap angkuh padanya seperti itu.

SECOND LIFE [Minsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang