10

331 57 24
                                    

"Hyung, bisakah kau mengulangi kata-kata bodoh tadi?" Jisung mengedipkan kedua mata bulatnya bingung. Apa yang baru saja ia dengar? Tidakkah ia sedang berimajinasi atau memang Minho ini merupakan makhluk asing aneh yang sedang turun ke bumi?

"Apa kau ingin menjadi kekasihku? Satu hari saja, jika kau nyaman kita lanjutkan, jika kau tidak nyaman aku akan memaksamu, sih.." ucap Minho. Payah memang dalam mengungkapkan perasaannya.

Jika kau ingin tahu jenis manusia pengecut mana yang mengajak seseorang berpacaran dengan tidak elegannya, maka Minho-lah orangnya.

Jisung tertawa kecil mendengar kalimat yang dilontarkan pemuda Lee itu di hadapannya, "apakah tidak ada orang yang mengatakan padamu bahwa dirimu benar-benar unik, hyung?"

Tidak fokus. Minho terlalu terpesona dengan kecantikan paras si manis yang tengah mengeluarkan tawanya itu. Jika ia cukup pemberani, maka pipi gembil itu sudah habis diciumnya. Hanya saja Minho terlalu pengecut, kemana perginya aura dominan itu?

"Kau tidak boleh memaksa seseorang, hyung," ucap Jisung, sedikit menguji Minho.

"Apa itu artinya kau tidak ingin berpacaran denganku?!" Minho panik, berlebihan sebenarnya. Jisung hanya berkata demikian dan ia sudah takut akan ditolak.

"Ayolah, aku belum mengatakan apapun," pemuda tupai itu mengangkat tangan kanannya, mneyentuh rambut halus Minho dan mengusapnya perlahan. Sebenarnya siapa yang dominan disini?

Jantung Minho ingin meledak saja rasanya. Merasakan sentuhan lembut Jisung membuatnya menjadi sedikit lebih lega, "aku tidak akan memaksa. Jika kau menginginkannya, aku akan sangat senang. Jika tidak, aku mungkin akan mati karena aku sudah sangat mencintaimu--"

"Dasar bodoh!" Jisung yang semua mengusap kepala pemuda Lee itu, seketika saja mengetuk ubun-ubunnya cukup kencang sampai-sampai sang pemilik mengaduh kesakitan.

"Mengapa kau memukulku?" protes Minho sembari mengusap kepalanya. Lumayan juga tenaga bocah kecil seperti Jisung ini. Siapa sangka tangan mungil itu dapat membuat kepalanya sakit seperti itu.

Jisung cemberut, "siapa yang menyuruhmu gombal berlebihan?! Aku jadi tidak percaya padamu!"

Memandang wajah kesal tupai itu, Minho terkekeh pelan, "tapi itu benar. Aku menyukaimu, Jisungie. Sangat menyukaimu."

Jisung memalingkan wajahnya, pipinya memerah karena ucapan Minho. Apalagi kini tangan kanannya dipegang dengan erat oleh pemuda Lee itu. "Aku tahu itu, hyung. Tapi kau tidak perlu mengatakannya dengan cara yang aneh seperti itu."

Minho menghela nafas kecil, sebenarnya ia hanya bercanda, "aku memang canggung dalam hal ini. Maafkan aku, Jisungie."

Jisung terdiam sejenak, kemudian dia menatap Minho dengan mata bulatnya yang berkilau. "Katakan kembali dengan benar," pintanya kecil.

Tersenyum simpul, Minho mengecup sekilas tangan mungil si manis yang ada dalam genggamannya itu, "Jisungie, tak ada banyak hal yang bisa kuucapkan. Yang jelas, kau terlalu cantik untuk jadi sekedar teman. Maaf, aku mencintaimu--"

Saking jengkelnya karena pemuda Lee itu malah meminta maaf, Jisung seketika menarik rambut halus orang di hadapannya itu. "Sudah! Langsung ke intinya saja!" ucapnya kesal.

"Ah! Iya-iya..!" ucap Minho sembari berusaha melepaskan rambutnya yang sudah ditata rapi itu dari tindakan kekerasan yang dilakukan si manis. Sial, penampilannya jadi berantakan sekarang.

"Maukah kau menjadi kekasihku, Jisungie?"

Akhirnya.

Pemuda Han itu merona, menatap kedua mata Minho dengan binarnya yang bersinar, sebelum kemudian mengangguk dengan senyuman lebar di wajah.

SECOND LIFE [Minsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang