20

187 32 12
                                    

Jisung's POV


Air mata terus mengalir deras membasahi pipiku. Kakiku terasa lemas, ingin sekali aku berlari sejauh-jauhnya dari sini. Dari apartemen ini, dari Minho-hyung, dari semuanya. Dadaku sesak, rasanya ingin sekali aku berteriak sekencang-kencang.

"Aku membencimu!" teriakku pada Minho-hyung yang masih terduduk di sofa. Kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku, tanpa kusadari betapa sakitnya hatiku saat mengucapkan itu.

Aku melihat Minho-hyung berdiri, tubuhnya terlihat sempoyongan. Aku tidak peduli. Aku hanya ingin pergi dari sini, sejauh-jauhnya. Aku berlari sekencang mungkin, tanpa menoleh ke belakang. Aku tidak ingin melihatnya lagi.

Aku berlari sampai nafasku memburu. Aku tidak tahu harus ke mana lagi. Aku hanya ingin menghilang, tidak ingin merasakan sakit ini lagi. Aku sampai di jembatan, angin malam menerpa wajahku. Dingin, tapi tidak sedingin hatiku saat ini.

Aku berdiri di tepi jembatan, memandang sungai yang mengalir deras di bawahku. Semua terasa begitu kosong. Aku merasa sangat kesepian. Aku ingin sekali mengakhiri semuanya.

"Jisungie!" suara Minho-hyung memanggilku dari belakang. Aku berbalik, memandang sosok yang selama ini merupakan kebahagiaanku, setidaknya sebelum semua masalah itu muncul.

"Hyung.." aku terisak, suaraku bergetar. Langkah Minho-hyung nampak melambat begitu melihatku berada di ambang kematian.

"Tahan disana, Jisungie. Tenanglah," ucapnya.

Ah, aku melihat air matanya mengalir.

Tetapi sudah cukup. Aku terlalu lelah menghadapi kehidupan ini.

Aku menggelengkan kepalaku. Aku tak dapat berpikir jernih, tetapi siapa peduli? "Aku berbohong--" ucapku.

Memangnya semua kejadian itu bisa membuatku membencinya? Aku memang bodoh. Setelah semua yang Minho-hyung lakukan padaku, aku bahkan tidak sanggup membenci sosoknya. Aku tahu Minho-hyung sebenarnya tidak sejahat itu, ia tak bermaksud melakukannya.

Tetapi, aku sudah berpikir seperti ini selama berbulan-bulan, dan ia tak berubah sedikitpun.

Ini menyakitkan. Tetapi..

Ia tiba-tiba saja kembali berlari ke arahku, maka aku segera menyelesaikan kalimatku sebelum ia menangkapku.

"Aku mencintaimu, Minho-hyung," ucapku--

--sembari menjatuhkan diriku ke belakang.


Ends of Jisung's POV


Sinar matahari pagi menembus celah tirai, menyinari wajah Jisung yang masih terlelap. Pelupuk matanya berkedut, seakan sedang mengalami mimpi yang tak menyenangkan. Tiba-tiba, suara Chan terdengar, namun kali ini terdengar dingin dan jauh dari nada lembut biasanya. "Jisung-ah...?" panggil Chan, sambil menggoyangkan tubuh Jisung pelan.

Jisung mengerjap, matanya masih sayu. "Hey, Jisung?" sapa Chan lagi, kali ini sedikit lebih keras. 

Jisung terbangun dari tidurnya dan segera duduk di tempat tidur. "Ah! Chan-hyung...?" ucapnya terkejut.

"Kau bermimpi?" tanya Chan, suaranya terdengar sedikit datar. Jisung mengangguk lesu. "A-ah, iya.." jawabnya lirih.

"Mimpi seperti apa...?" tanya Chan lagi, kali ini nada suaranya terdengar penuh selidik. Ia jelas penasaran pada jawaban Jisung.

SECOND LIFE [Minsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang