"Awan, kamu gak akan pergi dari aku, 'kan?"
"Aku gak akan pergi, Ru. Aku akan selalu ada di sisi kamu."
Ucapan Awana terngiang-ngiang di kepala Sabiru, saat ini Sabiru tengah terduduk lesu di samping makam indah dengan berbagai taburan bunga. Terlihat, makam itu seperti baru saja dibuat beberapa hari yang lalu.
"Nyatanya, kamu tetap ninggalin aku, Na."
"Kenapa ... kenapa kamu pergi secepat ini, Awana? Bahkan, kita belum merayakan anniversary kita yang ketujuh tahun, Na."
"Kamu jahat, Awana! Kamu jahat!"
"Kenapa semua ini harus terjadi? Andai saja lima hari yang lalu aku gak minta kamu datang ke rumah aku. Maka ini ... gak akan terjadi."
"A-aku yang udah bikin kamu meninggal, Awana!"
"Maafin aku. Dan, terima kasih juga atas jantung yang kamu berikan untuk aku. Jantung kamu akan aku jaga dengan sepenuh hati dan aku juga akan hidup dengan baik."
"Semoga di kehidupan selanjutnya, kita bisa bersatu lagi, Awananya Sabiru."
Sabiru pergi meninggalkan makam sang kekasih, setelah dia selesai menumpahkan segala kesedihannya karena kepergian dari Awana, kekasihnya yang akan selalu abadi di dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Awan Biru Alana
Teen FictionTidak ada perjuangan yang sia-sia, yang ada hanyalah takdir yang belum waktunya. Kisah yang awalnya indah tidak mungkin akhirnya akan indah juga, tetapi tidak selalu seperti itu. Ada yang awalnya indah dan akhirnya juga indah, tetapi ada pula yang a...