Uchiha Sasuke POV
Senin
Tidak ada yang istimewa selama hari minggu setelah shift malamku berakhir di sabtu pagi. Aku libur dan hal itu tentu saja kumanfaatkan dengan berhibernasi. Dan malam ini aku akan berkutat dengan shift malamku lagi. Dan aku tidak bisa menghentikan senyum ketika mendapati wajah sumringah Seiichi menghiasi meja makan hari ini. Topik yang sama kembali diangkat. Tentang kunjungan ibu dan bocah kecilku ke rumah Hiroshi.
"Ayah tidak sarapan?" Seiichi mengalihkan senyumku. Aku mengangguk, mengatakan bahwa baru saja meneguk kopi agar tidak membuatnya khawatir. Sejujurnya perutku sedikit bermasalah jadi aku tidak ingin memakan sarapan sepagi ini.
Kami berangkat setelah berpamitan pada ibu dan ayahku. Hari ini mereka memilih untuk menyibukkan diri dengan memangkas pohon. Dugaan kuatku ayah baru saja mendapat hari libur setelah shift panjang di akhir minggu. Ah, awal minggu yang baik dengan shift malam.
Saat mobilku berhenti, Seiichi segera turun dan berlari menubruk Hiroshi. Awalnya aku sama sekali tidak mengerti mekanisme permainan yang sedang mereka mainkan ketika bertemu di depan gerbang. Namun saat aku melihat ibu Hiroshi mencekal pergelangan serta mencium keduanya, seringaiku muncul begitu saja. Seiichi dan Hiroshi benar-benar memerah. Mereka berjalan cepat menutupi pipi yang baru saja dikecup.
Atensiku kembali pada wanita tidak jauh dari tempatku berdiri. Bibirnya masih mengulas senyum manis. "Kau sangat ganas untuk ukuran seorang wanita." Bibirku berkhianat. Aku tahu seharusnya aku memikirkan sesuatu yang lebih manusiawi untuk diucapkan sebagai awal percakapan. Namun siapa sangka satu kalimat itu justru membawa kami sarapan bersama seperti sekarang?
Kukira aku sedikit keliru menilai wanita ini. Ia benar-benar tidak memiliki rasa canggung terhadap seorang pria seperti para gadis umumnya. Bahkan juga tidak malu berbicara dengan mulut penuh muffin. Mungkin itulah yang mendasari senyum tidak lekas luntur dari bibirku. Seolah otot-otot di sekitar area mulutku benar-benar sering melakukannya.
Ketika topik mengenai Seiichi tengah dibicarakan, ia mendapat telepon. Wanita itu mengisyarat padaku agar menutup mulut dan aku membalasnya dengan kernyitan di dahi. Sial. Aku melupakan fakta bahwa wanita di hadapanku masih memiliki suami.
"Jangan main-main denganku, Brengsek." Ia mengumpat keras. Cukup keras kurasa karena beberapa orang di meja dekat kami menoleh. Aku menunduk mengucapkan permintaan maaf untuknya. "Bicaralah dengan jelas siapa dan untuk apa kau menelepon? Kalau kau adalah keparat yang meninggalkanku delapan tahun lalu, aku bersumpah akan menutup telepon sekarang juga."
Baiklah sekarang aku tidak mengerti. Wanita itu masih berbicara di telepon tengah mengungkapkan kemarahan. Lalu membanting kasar ponselnya ke atas meja. Dahiku masih mengerut saat ia mengusap wajah.
"Aku minta maaf telah mengumpat," ujarnya menatapku. "Telepon iseng. Dia mengetahui namaku dan tertawa mengejek. Saat aku mengumpat, ia justru memberikan ceramah yang tidak penting."
Aku tahu kekesalan itu pasti menjadi puncak kemarahannya. Semua orang benci telepon iseng termasuk aku. "Kau benar-benar ganas, Haruno Sakura." Dan aku berusaha mengunci rapat mulutku agar tidak menanyakan perihal keparat yang meninggalkannya delapan tahun lalu.
Selasa
Saat aku mengunyah kue di depan televisi, pintu ruang istirahat dokter kembali terbuka. Aku hanya menoleh sebentar mendapati Dokter Hozuki Suigetsu tersenyum bergabung denganku. Ia adalah dokter UGD di rumah sakit ini. Secara tidak langsung kami sering bertemu saat bertugas.
"Ingin mendengar sebuah lelucon, Hospitalis dan Dokter Anak Uchiha Sasuke?" Suigetsu benar-benar mengerti cara membuat seseorang kehilangan selera makan. Menyebutkan profesi ganda yang kujalani adalah hal terakhir yang terpikirkan untuk menyapa seseorang. Aku mengangguk, masih fokus memakan kue dan melupakan acara televisi yang baru saja kutonton. "Jeruk apa yang berwarna ungu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Under These Skies (SasuSaku ver.)
FanficHidup mereka tidak sempurna; tentu saja. Satunya seorang dokter yang memiliki seorang putra, satunya lagi seorang yang giat bekerja dan memiliki satu anak pula. Kesamaan mereka ada di cacatnya hubungan sebelumnya. Dan bertemu ketika dua anak mereka...