Uchiha Sasuke POV
Selasa
Aku tidak bisa tidur. Terus terjaga sepanjang malam di ruang hospitalis meski nyatanya di sini tidak ada siapa pun. Tidak ada dokter yang menginap, atau mungkin saja mereka memang sibuk sepanjang shift.
Orang-orang mengatakan bahwa tingkahku sedikit aneh hari ini. Bahkan saat aku berpapasan dengan Suigetsu di UGD beberapa jam lalu, ia tidak memberikan lelucon sampah, justru menepuk-nepuk pundakku sambil menyeringai menang. "Harusnya setiap hari kau bersikap seperti ini, Man," ujarnya membuat kerut-kerut di dahiku bertambah. Dan aku baru menyadari keanehan yang dikatakan semua orang saat aku berkemih satu jam lalu.
Bayanganku dalam cermin....
Aku tersenyum. Sepanjang waktu. Bukan menampilkan raut masam nun datar seperti biasa. Lalu ciuman fantastis tadi pagi segera terbayang di kaca toilet. Membuat seringai yang terbentuk di wajahku kian menjadi-jadi.
Benarkah efek ciuman memang sedahsyat ini?
Rabu
Hari ini ayahku berencana meninjau rumah sakit yang akan beliau beli. Aku dan kakakku diwajibkan ikut serta mengingat kami juga akan segera pindah ke sana. Dan betapa beruntung karena kepala kedokteran mengizinkanku mengambil cuti. Beliau bahkan tidak segan memberikan wejangan terkait kepindahanku yang sudah jadi topik hangat selama beberapa hari. Hebat sekali karena di dunia ini ada kepala kedokteran seperti beliau. Biasanya seorang atasan akan merengek-rengek ketika bawahannya hendak resign. Namun ia justru mendukung dan memberikan semangat.
Rumah sakit ini memang tidak sebesar Rumah Sakit Universitas Tokyo, tapi sangat cocok untuk memulai usaha keluarga Uchiha, kurasa. Semua bangunan berjejal membentuk huruf U dan hanya ada dua lantai di sini. Mungkin lebih cocok jika dikatakan sebagai rumah sakit cabang tapi ayahku menyukainya. Setidaknya beliau tersenyum setiap kali Presiden Rumah Sakit menjelaskan setiap detail yang ada.
Saat aku pulang sore harinya, aku tidak bisa menemukan keberadaan Seiichi, Hiroshi maupun Sakura. Hanya ada Bibi Ayame yang sedang bersiap-siap kembali ke rumah utama Uchiha. Beliau membungkuk hormat padaku sebelum mengatakan bahwa penghuni rumah sedang bersenang-senang di belakang. Aku berterima kasih, menggulung scrub yang sengaja kukenakan—mereka tidak tahu bahwa aku tidak berada di rumah sakit hari ini—lalu melenggang menyusul ketiganya.
"Curang sekali tidak mengajakku," ujarku menampilkan ekspresi sedih. Sakura terperanjat namun pergerakannya terlalu lincah sehingga sudah menguasai situasi. Ia menyemprot air padaku, membuat baju bersihku basah luar dan dalam. Dan tidak itu saja karena antek-antek kecilnya ikut serta. Membuatku basah kuyup dalam waktu kurang dari sepuluh menit. Ini sungguh tidak adil.
Aku mengambil selang air yang ada di antara kakiku. Membalas Sakura sama kuat seperti semprotan yang ia lakukan tadi. Ia memekik tertahan, dan hal itu pula yang mendasari kami terus menerus menghujani Sakura dengan air. Bajunya basah kuyup dan aku bersumpah pemandangan ini terasa begitu menyegarkan hormon priaku.
Rambut kuncir kuda Sakura terus saja meneteskan air. Baju biru pucat yang ia kenakan mencetak jelas bra ungu atau hitam di baliknya. Ia membuatku lengah, terlebih anak-anak memilih untuk membasahi tubuh masing-masing. Lalu tiba-tiba saja Sakura sudah berada di tempat kering, tidak jauh dari kami, dan memakai handuk. Aku mengomando anak-anak untuk kembali menyiram Sakura dan wanita itu benar-benar berteriak kesetanan.
Dengan bersunggut-sunggut, Sakura berjalan ke dalam rumah. Ia dalam masalah besar karena tidak membawa baju ganti dan aku berusaha untuk tidak memakinya agar meninggalkan beberapa potong pakaian di sini. Sekali lagi aku memberi ultimatum pada Seiichi dan Hiroshi untuk menyudahi mandi. Sejujurnya itu hanya alasan klasik agar mereka berdua tidak mempertanyakan mengapa tonjolan di balik celana kain yang kukenakan terlihat membesar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under These Skies (SasuSaku ver.)
FanfictionHidup mereka tidak sempurna; tentu saja. Satunya seorang dokter yang memiliki seorang putra, satunya lagi seorang yang giat bekerja dan memiliki satu anak pula. Kesamaan mereka ada di cacatnya hubungan sebelumnya. Dan bertemu ketika dua anak mereka...