Bab 17

120 26 3
                                    


Haruno Sakura POV

Kamis

Ada sesuatu yang benar-benar kulupakan dan aku tidak bisa mengingatnya. Hiroshi menyeret kaki ke rumah dengan amat sangat lesu dan mengucapkan selamat tidur lirih-lirih. Isi kepalaku terus saja berputar mendapati kejanggalan yang terasa menyakitkan namun aku tidak bisa menemukan apa pun. Dan aku menyerah begitu saja.

Aku pergi ke kamar setelah memastikan Hiroshi benar-benar terlelap. Dan ketika aku tidak sengaja memandang kalender yang kupasang di dekat nakas, aku terkejut mendapati lingkaran merah dan dua gambar hati pada angka delapan. Delapan april dua ribu tujuh belas. Sial. Yang kulupakan adalah pertandingan sepak bola Hiroshi.

Jum'at

Aku masih berpikir dan terus berpikir bahkan ketika Sasuke membunyikan klakson dan mengantar Hiroshi pergi ke sekolah. Bagaimana cara mengatakan pada ayah untuk membantu cucunya di pertandingan? Ayahku tidak suka rencana dadakan dan betapa bodohnya aku melupakan pertandingan penting ini begitu saja. Aku melambaikan tangan pada Hiroshi, Seiichi dan Sasuke saat mereka melesat pergi. Tidak bisa terlalu fokus pada interaksi ketiganya dan memilih segera beranjak menutup gerbang.

Bibi Ayame datang lebih awal ke rumah Sasuke. Bahkan seharusnya akulah yang membukakan pintu terlebih dahulu tapi bibi Ayame tidak melayangkan protes. Beliau tersenyum padaku dan aku membalasnya dengan senyum tipis. Ini sungguh bukan karakterku. Dan Haruno Sakura yang sedang dalam mode menyedihkan akan jauh mengerikan daripada Haruno Sakura biasanya.

Bibi Ayame membiarkanku mengambil pakaian-pakaian kotor sementara beliau berkutat dengan mesin penyedot debu. Ketika wajahku terpampang di kaca kamar mandi, aku sadar bahwa air muka yang kutunjukkan benar-benar menyedihkan. Terlihat sama sekali bukan Haruno Sakura. Aku mendengus, segera mengambil keranjang berisi baju kotor dan keluar dari kamar Seiichi secepatnya.

Pertandingan minggu depan adalah pertandingan penting bagi Hiroshi. Dan aku tidak bisa membantunya masuk lapangan karena gender. Tidak. Sebenarnya aku pernah melihat pertandingan sepak bola dan tidak masalah membawa anak perempuan masuk. Namun pertandingan Hiroshi lebih pada kesepakatan awal antara anak-anak dengan sang pelatih. Dan aku sedikit kecewa mengapa Hiroshi tidak melayangkan protes.

Aku menghidupkan mesin cuci masih dalam keadaan lesu. Tidak mengerti mengapa aku tidak segera mengambil tindakan agar kegundahanku segera teratasi. Akan tetapi sekali lagi otakku melayangkan kata protes. Seperti terus mengumandang kata siapa, bagaimana, dan mengapa secara acak dan berepetisi. Oh, aku bisa gila karena memikirkan pertandingan anak-anak.

Tidak mungkin aku memilih Naruto karena ia adalah opsi terakhir dari segala pilihan yang kupunya. Naruto cenderung mempermalukan orang lain. Mengingat saat masa kuliah ia pernah jadi pemandu sorak bagi teman satu jurusannya dengan kostum seksi yang menjijikan. Aku bahkan masih mengingat jelas bagaimana cara Naruto berputar dengan payudara implannya dan sorakan gadis-gadis justru membuatnya semakin antusias.

Neji dan Rock Lee sebenarnya adalah opsi terbaik. Mereka sama-sama menyukai olahraga dan aku bisa mencomot salah satu jika mereka benar-benar setuju. Namun sekarang aku harus memikirkan bagaimana reaksi Tenten dan Azami terkait rencana ini. Istri-istri mereka mungkin saja tidak akan setuju dan aku harus menahan kekecewaanku jauh di dasar hati.

Bahkan hingga semua pakaian masuk dalam mesin pengering, aku belum juga menemukan solusi yang tepat. Meminta Sasuke membantuku? Tidak. Aku akan menciptakan kesenjangan jika saja aku harus meminta hal tersebut padanya. Sasuke sudah cukup baik. Bahkan terlalu baik untuk tidak memprotes segala hal yang kukerjakan dan aku justru sering merepotkannya dengan mengikutkan Hiroshi bersama Seiichi.

Under These Skies (SasuSaku ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang