Bab 13

101 19 6
                                    

Haruno Sakura POV

Selasa

Mengabaikan fakta bahwa aku baru saja mengakui kekalahan, kami tertawa bersama. Memisahkan diri tanpa canggung lalu duduk di sofa masih dengan derai tawa. Sasuke tidak meminta maaf atas ciuman barusan dan aku sungguh bimbang karena reaksi tubuhku sendiri. Maksudku, aku tidak berteriak heboh akan sebuah ciuman meski sejatinya baru saja kembali merasakannya. Abaikan saja saat mabuk sabtu malam karena aku tidak memasukkan itu dalam hitungan.

Yang paling penting adalah Sasuke tidak meminta maaf. Jadi harga diriku tidak tercoreng untuk kesekian kali. Dan aku tidak mengerti mengapa aku justru menyukai keadaan di mana Sasuke tidak meminta maaf.

Rabu

Ada banyak hal yang harus kukerjakan di rumah Sasuke hari ini. Meski aku hanya bekerja untuk menjaga Seiichi, kurasa tidak ada salahnya membantu asisten rumah tangga yang dikirimkan langsung oleh Nyonya Uchiha Mikoto. Aku mengambil baju-baju kotor di kamar Seiichi, kemudian beralih menuju kamar Sasuke dan sedikit tersipu mengingat fakta bahwa aku pernah tidur di sini selama tiga hari.

Linen Sasuke masih bersih, tirai-tirai pun masih terlihat seperti baru jadi aku melewatkan detail itu. Berdiri di depan mesin cuci, memasukkan pakaian-pakaian kotor lalu mengoperasikannya. Deru mesin bekerja membuatku tersenyum simpul. Aku meninggalkan mesin cuci, beralih menuju dapur di mana sang asisten berada.

"Maaf tidak bisa membantu memasak, Bibi Ayame," ujarku setengah menyesal. Bibi Ayame sudah tahu jika aku tidak bisa memasak jadi beliau hanya mengangguk-anggukkan kepala. Aku duduk di kursi, memerhatikan tangan luwes Bibi Ayame mengolah sesuatu di atas penggorengan.

Beberapa detik kemudian Bibi Ayame menoleh padaku. Tersenyum misterius dan kalimat yang beliau ucapkan membuatku benar-benar terkejut. "Mengapa tidak menikah dengan Tuan Sasuke saja?"

Aku tersedak air liurku sendiri. Cepat-cepat mengibaskan tangan memberikan gestur itu tidak akan terjadi tapi Bibi Ayame seolah tidak setuju. Ia tertawa kecil, mengejek sepenuh hati. "Kalian seperti keluarga. Tidakkah kau menyadari hal itu?"

Kali ini giliran aku yang tertawa. "Kami? Seperti keluarga?" Oh, lelucon macam apa ini. Meski pernah berciuman dua kali tidak akan memberikan fakta bahwa kami saling mencintai. Atau salah satu di antara kami menaruh perasaan berlebih. Aku memutar mata. Toh jika memang kami berkenalan dalam konteks pria dan wanita, ini baru beberapa minggu dan tidak ada yang terjadi. "Kami tidak pernah merasa sedekat itu, Bibi."

Bibi Ayame ikut merotasikan mata. Kembali berkonsentrasi dengan spatula dan wajan seraya mendecih kecil. "Omong kosong. Mungkin tidak sekarang. Tapi suatu saat, Bibi yakin kalian berdua sudah ditakdirkan bersama."

Aku memuntahkan tawa. Benar-benar puas tertawa lalu meminta izin kembali menengok mesin cuci. Ditakdirkan bersama, katanya? Namun... sedikitnya teori itu memang benar. Ditakdirkan untuk bertemu sebagai orangtua dari sahabat anak kami tepatnya. Tidak, tidak. Aku tidak berpikiran lebih dari itu. Haruno Sakura masih sangat waras dalam hal percintaan, oke?

***

Tidak terasa sore sudah menjelang lebih awal dari perkiraanku. Aku, Hiroshi dan Seiichi terlalu asyik bermain bajak laut sehingga lupa bahwa Sasuke pulang lebih awal hari ini. Ia tidak lagi mendapat shift malam pada hari rabu dan mendapat libur selama akhir minggu. Dan sejujurnya aku tidak mengerti sehebat apa eksistensinya di rumah sakit sehingga mendapatkan keringanan sebanyak itu.

Aku memandikan Hiroshi dan Seiichi di halaman belakang. Mereka ingin mencoba shower di luar rumah jadi aku menyetujuinya. Sudah lama sejak Hiroshi terakhir kali mandi dengan selang air. Dan aku tertawa saat bajuku ikut basah karena anak-anak tidak mau berhenti bermain.

Under These Skies (SasuSaku ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang