Uchiha Sasuke POV
Sabtu
Satu minggu berlalu dengan sangat cepat dan mendadak aku merasa gugup. Setelah Naruto muncul di antara kami sabtu lalu, Sakura benar-benar membalas dendam dengan menggoda temannya habis-habisan. Aku bertaruh Naruto pasti gondok karena merasa di-skakmat tetapi ia tidak menunjukkan raut apa pun selain cebikan bibir. Dan aku berjuang untuk tidak diikutkan pada kegilaan keduanya.
Hari minggu Hiroshi memintaku mengajarkan beberapa teknik penyerangan. Aku menolak dengan alasan tidak mahir sepak bola tapi sama seperti sang ibu, ia juga pemaksa dan mau tidak mau aku harus mencari tutorial youtube. Hiroshi adalah seorang pemain sayap kiri handal dan kupikir ia tidak perlu khawatir mengenai pertandingan. Namun tetap saja rasa kurang percaya diri sepertinya hadir jauh lebih besar daripada yang mampu kubayangkan.
Senin dan Selasa berlalu membosankan. Tidak ada yang lebih parah kecuali fakta bahwa aku terus saja memikirkan perkataan Haruno Sakura Jum'at kemarin. Wanita itu menanyakan status. Sangat jelas tertulis bahwa ia ingin diakui. Tapi... mengapa aku jadi takut? Apakah tidak ada hal yang bisa kulakukan di hadapan wanita?
Dulu saat bersama Hotaru, aku tidak pernah mengucapkan kata cinta. Kami menikah begitu saja saat ia datang padaku dengan testpack. Bahkan aku tidak mengucapkan lamaran romantis seperti apa yang dilakukan kakakku, atau melamar di atas kokpit pada ketinggian tiga puluh delapan ribu kaki seperti yang dilakukan Shikamaru, suami Temari. Aku hanya mengatakan, oh itu berarti kita harus menikah. Dan hanya itu saja. Bukankah aku benar-benar tipe pria yang membosankan?
Hari Rabu juga sama sekali tidak istimewa. Kecuali bahwa aku mencuri beberapa ciuman di pipi Sakura untuk menghapus keraguan diriku sendiri. Keraguan ini sungguh tidak tahu tempat dan tidak tahu kapan harus dipikirkan atau tidak. Ia selalu saja datang di saat-saat tidak diminta. Bahkan ketika aku memeriksa data pasien, aku hampir menuliskan nama Haruno Sakura jika saja rasionalitas tidak segera menyambangiku kembali.
Kamis Naruto terlalu sering datang ke rumah sakit. Ia mengeluh sakit kepala berlebihan dan itu hanya alibi agar bisa bertemu dengan Hinata. Aku tidak tahu sudah sejauh mana hubungan mereka berdua tapi satu yang kuyakini mungkin saja mereka mengalami sedikit masalah. Dan akhirnya Suigetsu harus mengalah pada sikap kekanakan Naruto; membiarkan pria itu dirawat inap meski tidak mengidap penyakit.
Aku mendengar permintaan maaf tulus keluar dari mulut Naruto pada hari Jum'at pagi. Pria itu sudah hafal di mana harus mencari ataupun jadwal kerja Hinata jadi ia tidak perlu repot-repot. Dan karena hal itu juga mereka jadi tontonan hampir seluruh dokter serta perawat di stasiun perawat lantai empat. Lalu Naruto dengan amat tidak tahu malu mengatakan cinta pada Hinata. Mendapat dukungan dari semua orang—kecuali aku yang berusaha menahan tawa—dan Hinata secepat kilat mengatakan setuju. Sangat luar biasa.
Dan sekarang aku berada di depan rumah Sakura, dengan kaus hitam dan celana senada, serta rompi putih bertudung merah, menunggu pasangan ibu dan anak itu keluar. Seiichi sedari tadi berhambur ke dalam rumah Sakura dan entah mengapa aku masih tetap berdiri di sini. Mengumpulkan nyali, pikirku dalam hati. Tidak tahu nyali seperti apa yang kukumpulkan mengingat seharusnya aku tidak perlu terlalu berlebihan. Ini hanya mengenai pertandingan anak-anak, brengsek.
Selang beberapa menit mereka bertiga berhambur keluar. Jersey kebanggaan Hiroshi berwarna merah darah dan senyum benar-benar merekah mengundang lesung pipi itu terlihat begitu kentara. Aku baru sadar jika tidak hanya Shikamaru seorang yang memiliki dua lesung pipi. Sementara Sakura memakai kaus berwarna hitam dengan nomor punggung serta nama Hiroshi tercetak jelas. Ia memamerkannya padaku beberapa kali sebelum menaiki mobil. Dan tentu saja aku hanya memutar mata. Meski dalam hati mengatakan bahwa Sakura terlihat jauh lebih manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under These Skies (SasuSaku ver.)
Fiksi PenggemarHidup mereka tidak sempurna; tentu saja. Satunya seorang dokter yang memiliki seorang putra, satunya lagi seorang yang giat bekerja dan memiliki satu anak pula. Kesamaan mereka ada di cacatnya hubungan sebelumnya. Dan bertemu ketika dua anak mereka...