SAE 14

1.1K 152 2
                                    

Sejak ia mendapatkan kesadaran sepenuhnya, Lisa selalu melirik wanita dewasa yang sejak tadi menemani nya.

Dalam hati siapa bibi ini? Gadis kecil itu di buat bingung dan juga heran, pasalnya wanita asing itu selalu tersenyum menatapnya. Kan Lisa jadi takut.

Takut jika wanita itu adalah penyihir hitam yang suka memakan anak-anak seperti nya.

"Bibi tiapa?"pada akhirnya Lisa bertanya karena sudah tidak tahan menahan rasa ingin tahu nya.

"Eoh? Kau mengatakan apa tadi?"dengan polos dan wajah lemotnya Rose bertanya.

"Bibi tiapa? Tenapa ada di tini? Talah kamal atau badaimana?"dahi Rose mengerut semakin tidak mengerti apa yang Lisa ucapkan.

"Aku tidak bisa mengerti bahasa mu. Apa kau bisa memakai bahasa manusia saja jangan bahasa alien?"

"Ayien? Apa itu?"Lisa malah di buat bingung kenapa orang asing di depannya ini justru membahas tentang alien yang sama sekali tidak ia ketahui.

"Itu loh ! Alien yang tinggal nya di planet lain. Tubuhnya yang kecil tapi wajahnya jelek, itulah yang namanya alien. Jadi tolong gunakan bahasa manusia seperti ku ya? Eh? Tapi kenapa kau bisa mengerti ucapan ku tapi aku tidak bisa mengerti ucapan mu? Apakah aku yang bodoh atau kau yang terlalu pintar? Eh ! Tapi tadi aku bisa mengerti apa yang kau ucapkan tapi kenapa sebelum nya tidak mengerti ya?"Rose menggaruk kepalanya yang tak gatal terlalu bingung sendiri.

Lisa  menatapnya dengan aneh. Wanita asing di depannya ini memang cantik, tapi kenapa bisa otaknya seperti itu? Pikirnya.

"Bibi pasti tebelum lahil telat ambil otak ya?"

"Eh? Bagaimana bisa kau tau soal itu?"entah paham atau tidak dengan ledekan Lisa tapi Rose justru menanggapi nya dengan serius.

"Tau lah! Telbukti Bibi o'on tekalang."

"Oooh iya, aku memang o'on."Rose mengangguk membenarkan. Namun sedetik kemudian ia tersadar bahwa itu bukanlah sebuah pujian.

"YAAAAK! KAU MENGATAI KU O'ON?"

PLAAAK

Di pukul lah kepala Lisa tanpa sadar.

"HUAAAAAA.... TOYONG!!"

                                     °°°°°°°°

Selepas keluar dari kantor Polisi Jennie tak langsung pergi karena dia harus menemui seseorang. Jennie sebenarnya tidak ingin menemui orang ini karena dia tidak mau berurusan dengan nya lagi.

Tapi, jika ia tidak datang Jisoo akan di bebaskan. Ya! Orang itu  mengetahui tentang apa yang sudah ia perbuat pada Jisoo dan Lisa.

Jennie tidak mau Jisoo keluar dari penjara dan dia tidak mau Lisa di jauhkan darinya. Bukan karena alasan sayang, tapi jika Lisa di ambil alih oleh orang lain maka dia tidak akan bisa menjalankan balas dendam nya pada Sehun.

"Oh? Kau sudah datang ternyata."orang itu menyambut kedatangan Jennie.

"To the poin saja, apa mau mu Unnie?"wanita yang di sapa 'Unnie' itu terkekeh melihat wajah kesal sang adik.

Ya! Orang yang di temui oleh Jennie adalah kakaknya. Kakak tiri lebih tepatnya.

"Tidak perlu terburu-buru, kita akan bahas itu nanti setelah makan. Duduk lah, aku sudah memesankan banyak makanan kesukaan mu."Jennie sebenarnya ingin menolak namun ia tak bisa menolak makanan kesukaan nya yaitu 'mandu'.

                                  °°°°°°°°

Rose menunggu dengan cemas di depan ruangan. Dia sebenarnya ingin masuk dan memastikan sendiri bahwa Lisa baik-baik saja, tapi Dokter dan Suster melarang nya masuk karena setiap kali melihat wajahnya Lisa akan  menangis semakin kencang.

Terlebih, mereka takut Rose akan melakukan kekerasan lagi terhadap anak kecil padahal semua itu terjadi begitu saja secara tidak sadar.

Kleak

Pintu ruang inap Lisa terbuka memperlihatkan Dokter Son disana. Tanpa bertanya lebih dulu Rose ingin menerobos masuk kedalam namun ia di tahan oleh Dokter Son.

"Jangan dulu masuk."ancam nya tapi Rose tidak takut sama sekali pada sahabat nya itu.

Ya! Dokter Son adalah sahabat Rose , Joy dan juga Jennie sewaktu di bangku sekolah menengah atas.

"Wendy Unnie aku mohon izinkan aku masuk ya? Aku benar-benar khawatir terhadap Lisa setelah aku pukul kepalanya dengan keras."

Wendy berdecak pinggang menatap sebal gadis di depannya ini  seperti nya masih tidak mengerti juga akan kesalahan nya.

"Jika kau benar-benar khawatir kenapa kau justru memukul kepala nya dengan keras? Sudah tau kepala anak itu sedang terluka, bukan nya di sayang kau justru semakin menambah lukanya."omel Wendy membuat Rose menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Hehehe ya maaf Unnie. Habis nya dia mengatai ku o'on tadi."

"Dia bilang seperti itu?"kaget Wendy dan tawa nya pun lepas tak kala melihat Rose mengangguk.

"Hahahaha kau itu memang o'on. Jadi tidak usah marah seperti itu."bibir Rose mengerucut tidak suka.

"Unnie sama saja sepertinya."

                          Bersambung

90++ vote lanjut 😂

Sayangi Aku Eomma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang