SAE 24

902 113 10
                                    

Irene benar-benar terkejut melihat kondisi Jennie yang tiba-tiba terkena serangan jantung. Dalam hati mengapa bisa sampai seperti ini? Padahal Jennie tidak memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya.

Apa karena sering mengonsumsi alkohol? Irene berpikir mungkin saja itu terjadi mengingat Jennie memiliki kebiasaan buruk meminum minuman beralkohol hampir setiap hari.

"Bibi toyongin Eomma. Lita endak mau kehilanan Eomma."pinta Lisa saat melihat dua wanita dewasa di depannya.

Seulgi maju ke depan mengambil alih karena tak tega melihat tatapan penuh memohon itu.

"Sajang-nim, izinkan saya memberikan pertolongan pertama pada Nyonya Jennie."pinta Seulgi di balas berupa anggukan kepala dari Irene.

"Lakukan Seulgi."tegas Irene menjawab.

Gadis sipit itu mengangguk pelan lalu menatap Lisa di depan nya.

"Sekarang kamu mundur sebentar ya? Aku akan memberi pertolongan pertama pada Eomma mu."Lisa hanya mengangguk dan memberi ruang bagi Seulgi untuk memberikan pertolongan pertama pada Jennie.

Sambari melihat gadis bermata sipit itu melakukan pertolongan pertama, gadis kecil itu menatap wanita lain yang berwajah datar di dekatnya.

"Tatapan na telam tekali, tayak monstel."batin Lisa langsung memalingkan muka karena takut dengan tatapan Irene.

Sementara gadis berwajah datar itu mengurut bingung melihat reaksi Lisa terhadap nya.

"Ada apa dengan anak ini? Kenapa melihat ku seperti hantu."batin Irene terus memerhatikan Lisa tanpa berkedip sedikitpun.

"Tapi.. melihatnya seperti ini jadi mengingatkan ku pada Jennie kecil."lanjutnya dalam hati.

"Sajang-nim."panggil Seulgi membuyarkan lamunan Irene yang masih setia memerhatikan Lisa.

"Nde?"

"Sebaiknya kita langsung membawa Nyonya Jennie ke rumah sakit. Saya takut kita tak dapat menolong nya tepat waktu."beritahu Seulgi ketika menyadari kondisi Jennie jauh lebih buruk dari apa yang ia bayangkan.

Irene mengusap wajahnya kasar mendengar penuturan tersebut. Wanita cantik dengan berstatus kakak tiri Jennie ini menatap sekilas Lisa lalu kembali menatap Asistennya.

"Kalau begitu tunggu apa lagi? Cepat ke depan minta bantuan para Bodyguard itu untuk mengangkat Jennie ke mobil."

"Baik, Sajang-nim."Seulgi menaruh kepala Jennie di lantai dengan sepelan mungkin. Setelah nya ia berlari menuju pintu keluar untuk mencari bantuan.

"Bibi, Lita mau itut. Lita mau mengantal Eomma ke lumah takit."pinta Lisa di tolak mentah-mentah oleh Irene.

"TIDAK BOLEH !! Lebih baik kamu disini saja istirahat dan obati luka mu itu agar tidak infeksi. Jika kau ikut dengan ku yang ada pikiran ku akan terbagi dua dan--"belum selesai Irene berbicara ia di kejutkan dengan tindakan Lisa yang bersujud di depan kakinya.

"YAAAAK! APA YANG KAU LAKUKAN??"

"Lita mohon bibi, Lita mohon ijinin Lita itut ya? Lita endak Atan tenang di lumah tebelum melihat tendili Eomma tudah baik-baik taja."Lisa mendongak ke atas menatap lawan bicara sehingga Irene dapat melihat nya meneteskan air mata.

Dan Irene tentu tidak tega melihat anak kecil  itu menangis. Sungguh! Irene sangat benci ada yang menangis di depannya.

"Bangunlah nak, kau boleh ikut kami ke Rumah Sakit."ucap Irene sambil membantu Lisa berdiri kembali.

Dengan mata berbinar dan senyum yang lebar, gadis kecil itu merasa sangat senang mendengar bahwa ia di ijinkan untuk ikut ke Rumah Sakit bersama dengan kedua wanita cantik yang baru ia temui hari ini.

Sayangi Aku Eomma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang