"Lo langsung pulang, Ziel?"
"Iya, Nar. Tiba-tiba mama telfon suruh pulang cepet" Jawab Ziel.
"Padahal aku mau ngajak kamu nonton film yang aku share ke kamu kemarin" Ucap Nara dengan muka memelas.
"Aku juga pengen gitu, Nar. Tapi kalo mama udah telfon berarti ngga bisa di tolak ini" Ziel pun memasang muka sedih.
"Gapapa, Ziel. Masih ada besok dan lusa" Jawab Nara.
"Maaf ya, Nar. Besok aku usahain bisa, oke?" Ziel meyakinkan Nara.
"Oke siap Ziel" Sahut Nara.
"Yaudah supir aku udah di depan nih, duluan ya" ucap Ziel lalu melambaikan tangan menuju mobil.
"Hati-hati ya, Ziel" Nara pun tidak lupa melambaikan tangan untuk Ziel juga.
•••
"Mama Papa, Ziel pulang".
"Anak mama sudah pulang ya".
"Kenapa ma, Ziel disuruh pulang duluan?" Tanya Ziel.
"Ada kabar baik dan juga buruk buat kamu, Ziel" Jawab sang mama.
"Apa itu ma? kenapa harus ada kabar buruk?" Tanya Ziel.
"Ziel ganti baju dulu ya sambil nungguin papa pulang dari kantor".
Ziel pun hanya membalas dengan anggukan lalu berjalan menuju lift. Yap, rumah Ziel sangat mewah dan besar sehingga bukan hanya menggunakan tangga tetapi juga menggunakan lift.
Sesampainya di lantai 3 tepatnya di kamar Ziel, ia pun langsung masuk ke dalam kamar dan mengganti baju dengan baju yang ia pakai di rumah.
Baju yang sedikit terbuka, memang Ziel memiliki banyak baju yang lebih terbuka daripada baju yang tertutup, mungkin hanya beberapa untuk acara resmi dan baju untuk pergi ke kampus atau main bersama temannya.
Sesampainya di lantai 2 tempat Mama, papa dan Ziel berkumpul untuk membahas sesuatu yang penting ini.
Ziel pun duduk di sebelah mama nya. Mereka masih menunggu papa yang sedang mengangkat telfon dari seseorang.
"Baiklah, kesini selesai kerjaan kamu selesai". Kata-kata terakhir dari papa Ziel pada lawan pembicara di telfon.
Akhirnya papa Ziel menghampiri Ziel dan mama nya yang duduk menunggu dirinya. Papa Ziel duduk di sebrang mereka agar berhadapan.
"Apa apa pa?" Tanya Ziel.
"Kita langsung ke intinya saja ya, ma". Ucap papa Ziel lalu mama Ziel pun menyetujui nya.
"Jadi dengan berat hati papa dan mama harus ninggalin kamu di Korea untuk sementara waktu, Ziel". Ucap Al, papa Ziel.
"Memangnya kalian mau kemana?" Tanya Ziel.
"Papa sama mama harus pergi ke Singapura lusa ini, Ziel. Karna ada proyek besar disana yang harus kita urus" Jawab Al.
"Iya, Ziel. Mama sama papa disana juga ngga sebentar. Bisa sampai 6 bulan atau 1 tahun disana". Sambung Jihan, mama Ziel.
"Lalu, Ziel pindah?" Tanya Ziel.
Seperti di awal Ziel adalah anak yang penakut tetapi tidak takut takut sekali. Hanya saja dia takut jika di rumah yang sekarang dia tinggali bersama orangtuanya itu mulai lusa dia harus tinggal sendiri disana.
"Kamu sudah kuliah disini, Ziel. Biaya kuliah kamu itu besar, juga ilmu yang kamu dapat sudah lumayan, jadi sayang jika kamu pindah begitu saja". Ucap Jihan.
"Jadi Ziel bakal di tinggal di Korea sendiri selama itu?"
"Iya, Ziel. Jika kamu ikut kesana juga, mama dan papa takut jika cita cita kamu gagal". Ucap Al.
"Lalu, Ziel bakal tinggal di rumah ini sendiri?" Tanya Ziel lagi.
"Tidak, Ziel. Kami sudah menitipkan kamu ke-"
"KEPANTI ASUHAN?" Ziel pun panik.
Belum juga Al selesai berbicara Ziel sudah menyela omongan Al.
"Tidak usah ngegas, Ziel. Papamu belum selesai ngomong" Ucap Jihan.
"Oke oke pa, minta maaf ya" Jawab Ziel dengan muka tersenyum malu karna tingkah nya.
"Jadi kita sudah sepakat, kamu bakal kita titipin ke-".
Tok...tok...tok....
"Permisi, om Al".
Tiba tiba ada seorang lelaki yang mengetuk pintu.
"Masuk saja,nak" Sahut Al.
Lalu lelaki itu berjalan menghampiri mereka. Al pun menyuruh lelaki itu duduk di sampingnya dan ikut mengobrol dengan mereka.
"D-dia siapa pa?" Tanya Ziel.
"Tepat sekali kamu sudah datang disini, Zen" Ucap Al.
"Zen? Siapa Zen?" Ziel pun bertanya tanya di dalam hati. Nampaknya Ziel tidak asing dengan nama lelaki itu, tetapi siapa lelaki itu Ziel nampak lupa.
"Jadi, Ziel. Ini adalah teman kecil kamu. Kamu masih ingat?" Tanya Al.
"Teman kecil?" Ziel mengerutkan wajahnya karena dia lupa.
"Coba di ingat ingat lagi, nak" Ucap Jihan.
Ziel terus berusaha mengingat siapa itu Zen? Ziel hanya teringat dengan seorang temannya yang terakhir dia temui saat umur 8 tahun. Dimana Ziel di tinggal pergi oleh teman kecilnya ke luar negeri karena ikut orangtua nya bekerja.
Setelah itu Ziel menjadi anak yang murung dan dia takut kehilangan seseorang yang dia sayang. Itu pun terbawa hingga dia dewasa dan berkuliah dia takut ketika di tinggal sendirian.
"Aku Alzeno" Lelaki itu membuka suara.
"Alzeno?" Ziel pun masih bingung.
"Iya, Alzeno" ucap Alzeno.
Ziel pun teringat dengan teman masa kecilnya itu.
"Al? Ini beneran kamu?" Ziel pun masih ragu.
"Iya, iel" Jawab Alzeno.
iel adalah panggilan favorit Ziel dari kecil. Karena yang menciptakan nama iel adalah Alzeno. Ketika ia di panggil iel oleh orang lain dia akan marah. Karna menurut Ziel panggilan iel itu spesial baginya dan tidak sembarang orang boleh memanggil dirinya dengan sebutan itu.
Walaupun beda 3 tahun. Ziel memanggil Alzeno tidak memakai kata kakak, tetapi hanya memanggil nama biasa. Walau begitu Alzeno pun tidak masalah.
Mendengar bahwa itu Alzeno, Ziel pun berdiri lalu menghampiri Alzeno dan duduk di sampingnya. Alzeno yang melihat itu pun terkaget, tetapi begitupun dia juga kangen dengan Ziel.
"Al kemana saja selama ini? iel kangen tau" Ucap Ziel memeluk tubuh Alzeno yang kekar itu dan memasang muka memelas.
Alzeno pun membalas pelukan dari Ziel. Ziel tenggelam di pelukan Alzeno karena tubuh Ziel yang mungil sedangkan tubuh Alzeno sangat kekar.
"Al juga kangen sama iel" Jawab Alzeno.
"Jadi..."
__○○○__
Segini dulu ya gais
Babaii see you
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession with Your Body
RomanceNaziela atau akrab di panggil ziel atau iel adalah seorang gadis yang baru saja lulus dari sekolah SMA dan sekarang dia sedang Kuliah di kejurusan kedokteran. Namun dia terpaksa berpisah dengan kedua orangtuanya dan tinggal bersama teman kecilnya be...