𝟐𝟑. 𝐀𝐫𝐫𝐞𝐩𝐞𝐧𝐭𝐢𝐫𝐬𝐞

415 112 81
                                    

Dorrr...

Dorrr...

Dorrr..

Livory menunduk di bawah meja ketika seseorang menembaki pintu rumahnya dari luar. Tembakan dari pistol dan senapan itu terus diluncurkan sehingga membuat daun pintu utama berlubang, Livory sekuat tenaga menaiki anak tangga, ia berlari ke kamar untuk mengambil senjata, setidaknya untuk perlindungan di situasi mendesak.

Keringat dingin kini mengguyurnya sembari ia menahan rasa sedikit mulas diperutnya yang sudah sangat besar itu. Livory dengan cepat menggeledah rak tempat ia menyimpan pistol sesaat setelah sampai dalam kamarnya, lalu samar-samar ia mendengar beberapa orang berlari naik ke atas karena berhasil masuk dari pintu utama.

Livory mengunci pintu kamar dari dalam, setidaknya itu bisa membantu ia meloloskan diri, karena pintu tersebut akan sedikit sulit dibuka, bahkan saat berusaha untuk di dobrak sekalipun, itu akan membutuhkan waktu yang lama, sehingga cukup mengulur waktu untuk ia berusaha menyelamatkan diri.

Livory mencari akal bagaimana meloloskan diri, ia mondar mandir, sementara pintu terus di tembaki dari luar, walaupun jelas peluru tidak akan menembus pintu tersebut. Pintu yang didesain anti peluru, ia dan Suga sudah mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan buruk jauh-jauh hari.

Ia menoleh ke arah jendela, dan mulai kebingungan bagaimana cara untuk kabur, ia melihat ke bawah. Di bawah adalah kolam renang, jika ia melompat bukankah akan beresiko? terutama keadaanya saat ini tengah hamil tua, bagaimana kalau terjadi sesuatu nanti. Sedangkan kontraksi diperutnya semakin terasa.

"Bertahanlah nak, kita lalui ini bersama, percayalah kita akan selamat" ucapnya sembari mengatur nafas yang rasanya semakin sesak saja.

Ia melihat sekeliling, mungkin ada sesuatu yang bisa ia gunakan untuk turun.

Ah... Seprei!.

Segera Livory mengambil seprei kasurnya, lalu ia ikatkan pada tiang kuat-kuat, setidaknya ia tidak perlu melompat terlalu tinggi karena di bawah benar-benar kolam renang. Kalau ia melompat dari atas sangat beresiko, selain itu orang-orang diluar akan cepat datang. Ia tidak boleh memancing suara, karena Livory yakin para pria bersenjata itu akan menyebar tidak mungkin hanya berkumpul di satu titik.

Perlahan Livory turun, dengan menahan kontraksi di perutnya, sungguh ini adalah pertarungan antara hidup dan mati, ia harus selamat, setidaknya anaknya harus selamat.

Untungnya rumah miliknya hanya dua lantai sehingga itu tidak terlalu tinggi, kakinya kini sudah mulai memasuki air, ia terus berusaha memastikan mendarat dengan baik, tanpa memercikkan suara agar tidak mengundang perhatian. Ia berenang sedikit demi sedikit agar sampai di ujung sembari menoleh kebelakang, memastikan tidak ada siapapun yang melihatnya. Dengan keadaan kontraksi yang semakin menjadi-jadi ia berusaha cepat sampai di pintu keluar.

"Heiiii DISANAAAA..!!" teriak salah satu pria yang menyadari Livory sudah turun. Sehingga Livory semakin mempercepat langkahnya, ia mengejang karena sakit luar biasa.

Sampai diujung, ia langsung menuju pintu keluar, untungnya pintu tersebut tidak dikunci, sedangkan orang-orang berbondong-bondong berlari ke arahnya, bahkan kaca pembatas kolam dan ruang keluarga mereka dipecahkan karena tidak ada waktu untuk membuka sedangkan targetnya sudah berlari menuju pintu keluar.

Dengan keadaan basah kuyup, bahkan masih menggunakan baju hamil, dan telanjang kaki, Livory berlari sekuat yang ia mampu, sedangkan kontraksi diperutnya benar-benar tidak tertahankan.

Ia terus berlari tanpa melihat kebelakang, bagaimanapun ia harus hidup untuk menyelamatkan putranya. Ia berlari tak tentu arah, dengan kondisi jalanan yang sedikit gelap lantaran kawasan tersebut masih tidak banyak dihuni orang lain. Kini Livory mulai kehilangan banyak tenaga, bahkan cairan bening bercampur darah merembas keluar, sepertinya ia akan melahirkan sekarang.

Secret Lust [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang