Heesaa terus mendorong tubuh Kayna hingga menatap pada dinding. Ia menenggelamkan kepalanya pada ceruk leher Kayna, wanita itu terus menolak namun Heesaa terus memaksa.
"Na, aku janji ini yang terakhir." Paksanya terus mendekatkan dirinya pada Kayna hingga membuat tubuhnya saling bersentuhan.
Sekuat tenaga Kayna mendorong tubuhnya, "Jika kau masih memaksa melakukannya padaku, aku akan berteriak." Bentak Kayna.
Heesaa menghentikan aksinya saat mendengar suara tangisan anak kecil. Ia mencium sekilas bibir Kayna lalu pergi meninggalkannya.
Kayna memasuki kamar dengan keadaan yang masih shock. Hampir saja dia menjatuhkan harga dirinya di hadapan Heesaa yang hendak memperkosanya. Tidak peduli jika itu adalah hubungan wajib suami-istri, lagipula mereka saat ini sudah sepakat untuk berpisah.
Rasanya seperti mimpi saat melihat Heesaa sedang menatap Hee-jung yang kini kembali tertidur.
"Aku akan membawa Hee-jung pergi dari kamar ini." Ucap Kayna.
"Tidak perlu."
"Heesaa, aku tidak ingin tidur satu ranjang lagi denganmu."
"Aku yang akan pindah kamar." Ucap Heesaa sembari membawa beberapa pakaian yang sudah ia siapkan, lalu beranjak keluar dan menutup pintu rapat-rapat.
~Supermarket,
11.12 KST~Siang ini Kayna sedang berbelanja di salah satu supermarket di pinggir kota, sekaligus makan siang pada jam istirahat. Mengingat stok susu Hee-jung yang mulai menipis, sekaligus ia membelikan bocah itu biskuit kesukaannya. Ia mendorong troli yang penuh dengan belanjaan bulanannya. Saat sedang asyik memilih beberapa produk sabun mandi untuk anak, seseorang tidak sengaja menabraknya sampai membuat sabun di tangan Kayna terjatuh.
"Ah, jwesonghamnida." Ucap wanita berambut panjang itu. Kayna hanya mengangguk tersenyum. "Jeongmal mianhaeyo. Aku benar-benar tidak melihatmu." Sambung wanita itu.
"Sayang.. "
Hati Kayna mencelos ketika melihat perawakan seorang pria yang mirip sekali dengan suami sialannya sedang memanggil sayang pada wanita di depannya.
Mata mereka saling bertemu, memandang dengan bibir yang terkatup.
"Noo-na?" Panggil Heesaa yang membuat hati wanita itu sakit.
"Kau kenal?" Tanya wanita yang ada di depan Kayna.
"Eum-iya! Dia Nona-ku." Kayna menahan air matanya yang hampir terjatuh. Memang ini bukan urusan Kayna lagi ketika Heesaa telah menemukan pengganti dirinya yang jauh lebih baik, hanya saja Kayna masih belum terbiasa dengan semua yang nampak tiba-tiba.
Baru beberapa minggu yang lalu mereka sepakat berpisah, tapi Heesaa dengan cepat mendapatkan wanita lain yang lebih cantik darinya.
"Annyeonghaseo, aku Jang Wony." Ucapnya membungkuk pada Kayna yang masih termangu. Ia tersenyum getir, lalu pamit meninggalkan Heesaa dan Wony.
Seharusnya Kayna tidak selemah ini, menangisi pria yang hatinya bukan untuknya lagi. Bukankah ini pilihannya? Kayna sendiri yang meminta Heesaa untuk memutuskan hubungan suami-istri dan tidak saling mencampuri urusan pribadi satu sama lain. Harusnya Kayna bahagia bukan malah menangis cemburu.
Diam-diam Kayna melihat Heesaa dan kekasihnya dari kajauhan. Heesaa tersenyum bahagia lalu sesekali ia mencuri ciuman pada pipi kekasihnya itu, membuat Kayna teringat kejadian saat mereka masih berkencan dulu. Dimana Heesaa selalu menjaganya, dan tidak pernah sedikitpun ingin jauh dari Kayna. Namun saat ini keadaan telah berubah 180°, dimana dulunya Heesaa yang sangat mencintai dirinya kini berubah menjadi sangat benci padanya.
***
Kayna melangkahkan tungkai dengan lemas saat di rasa sampai pada tujuannya. Keadaannya sungguh memperhatikan, baju kantornya lusuh, wajahnya yang sembab dan hatinya 'pun hancur seperti tak ada harapan lagi untuk hidup. Habis sudah tenaganya digunakan untuk menangisi Heesaa. Tapi rasanya menangis saja masih tidak bisa menyembuhkan luka yang masih menganga.
"Eomma.." Panggil bocah kecil yang berlari ke arah Kayna dengan senyuman yang merekah. Jika bukan Hee-jung, mungkin dirinya sudah mati terbawa arus sungai yang deras, atau tertabrak mobil hingga hancur.
Hee-jung seolah obat dari segalanya, membuat Kayna melupakan rasa sakitnya. Di rengkuhnya tubuh kecil itu, satu-satunya bagian Heesaa yang masih tersisa di hidupnya.
~Apartemen,
08.45. KST~Kayna dan Heesaa seperti orang asing yang tinggal dalam satu rumah. Tidak ada lagi percakapan yang keluar dari bibir mereka pasca bertemunya Kayna dengan Wony dua minggu yang lalu, tapi satu hal yang membuat Kayna bahagia ketika Heesaa mulai membiasakan diri dengan hadirnya Hee-jung. Terkadang pria itu mau menemani Hee-jung saat Kayna sedang sibuk dengan pekerjaannya.
Seperti saat ini dirinya menampaki Heesaa sedang bermain lego bersama putranya. Ia mengajari berbagai warna yang ada disana, serta tertawa ketika Hee-jung mulai merusak apa yang ia buat.
"Heesaa, aku mau membawa Hee-jung imunisasi." Ucap Kayna lalu membawa Hee-jung berganti pakaian.
"Biar aku antar." Ucap Heesaa yang membuat jantung Kayna berdegup kencang.
Mereka duduk di dalam mobil dengan Heesaa yang menyetir. Sedari tadi Hee-jung terus mengoceh saat melihat lampu merah dan pohon-pohon di pinggir jalan. Kayna merasakan debaran ketika pertama kalinya mereka keluar dan duduk bersama di dalam mobil. Rasanya sangat menyenangkan.
Heesaa menghentikan mobilnya di depan klinik. Sebelumnya ia meminta maaf jika tidak bisa ikut karena sedang ada janji dengan kekasihnya. Sebenarnya Kayna sedikit kecewa dengan Heesaa yang mementingkan Wony daripada anaknya sendiri, namun bagaimana lagi Heesaa mau mengantarnya 'pun itu sudah cukup membuat Kayna bahagia.
"Nanti selesai jam berapa?" Tanya Heesaa.
"Mungkin sekitar jam 12."
"Tunggu disini, akan aku jemput." Ucap Heesaa lalu pergi melakukan mobilnya.
Kayna menggandeng tangan putranya memasuki ruangan dokter anak. Sedikit bingung setelah melihat dokter yang berbeda dari biasanya.
~Klinik,
09.25 KST~"Selamat siang, Nyonya." Ucap seorang pria lalu membukukkan dirinya. "Annyeong, adik yang manis." Sapanya lagi pada Hee-jung.
"Dimana dokter Ko?" Tanya Kayna yang kini memangku Hee-jung.
"Dokter Ko pindah tugas, Nyonya. Jadi saya yang menggantikannya disini. Perkenalkan saya dokter Park. Park Sunghaan." Pria tersenyum lalu menjabat tangan Kayna.
"Baek Kayna."
Park Sunghaan dengan ramah dan lembut menangani Hee-jung yang mulai rewel dari tadi. Hee-jung merengek meminta pulang setelah mendapat suntikan dari dokter.
"Terimakasih, dokter Park." Pamit Kayna lalu menggendong tubuh Hee-jung yang mulai mengantuk.