Baek Kayna duduk sembari memainkan gaunnya dengan jemari, otaknya tidak mampu lagi berpikir setelah Sunghaan menyatakan cinta kepadanya. Sejujurnya ia juga menyukai Sunghaan, namun ia takut jika suatu hari nanti Sunghaan akan tahu tentang statusnya yang masih menjadi istri seorang Lee Heesaa.
"Santai saja, Kayna. Kau tidak perlu menjawabnya sekarang." Ucap Sunghaan yang baru saja datang sembari membawa dua gelas cola, lalu memberinya satu gelas cola pada Kayna.
"Sunghaan.. sebenarnya banyak hal yang tidak kau ketahui tentang diriku." Sahut Kayna.
"Bagaimana aku bisa tahu jika kau tidak bercerita, hmm?" Ucap Sunghaan lalu tersenyum manis.
Kayna masih menunduk semakin meremas jemarinya. Ia bingung ingin mengatakan yang sebenarnya, namun takut Sunghaan akan menjauhinya.
"Cerita saja, jangan memendamnya sendiri."
"Sunghaan, aku juga menyukaimu. Aku sangat nyaman di dekatmu, dan aku senang jika melihat kau bersama dengan Hee-jung. Namun, sejujurnya aku belum menceraikan suamiku." Ucap Kayna dengan nada tegang.
Air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya lolos jatuh membasahi pipi mulusnya. Sunghaan nampak tidak terkejut, wajahnya masih tetap tenang menunggu Kayna bercerita lebih dalam lagi.
"Heesaa adalah suamiku. Kami sudah tidak saling mencintai. Dari awal pernikahan kami, Heesaa mulai menjauhiku karena Hee-jung menghalangi semua impiannya yang sudah ia susun rapi. Sampai pada Hee-jung lahir, dia semakin menjauhiku bahkan jarang sekali berada di rumah. Aku dan Heesaa sama-sama ingin berpisah, namun tidak bisa memberi tahu keluarga kami, terlebih lagi Ibu Heesaa yang saat ini sakit keras. Akhirnya kami memutuskan untuk hidup sendiri, tanpa saling mencampuri urusan masing-masing, dengan syarat ia harus menganggap Hee-jung sebagai anaknya. Lalu Heesaa menyetujuinya." Jelas Kayna panjang lebar.
Sunghaan mengelus lembut tangan Kayna yang masih gemetaran, lalu merengkuh tubuhnya. Membiarkan wanita itu menangis di dalam pelukannya.
Kayna membalas pelukan Sunghaan dan semakin mengeratkan tangannya pada punggung pria itu. Menumpahkan seluruh sakit yang selama ini ia pendam sendiri. Tidak peduli dengan kesan Sunghaan setelah ini.
"Na.. sebenarnya aku sudah mengetahuinya." Kayna mendongak, lalu menjauhkan dirinya dari Sunghaan.
"Mianhae, Sunghaan-ah. Aku tidak bermaksud untuk membohongi—"
"Aniyo. Gwenchanayo. Jika aku di posisimu, aku juga akan melakukan hal yang sama." Ucapnya memotong perkataan Kayna, lalu kembali memeluk tubuh Kayna.
***
Saat hari sudah mulai gelap, matahari pun sudah tenggelam ke dalam lautan. Kayna merasakan semua beban di tubuhnya kini terhempas bebas. Sunghaan masih dengan setia menautkan jemarinya pada jemari Kayna, sembari mengemudikan mobilnya sampai pada apartemen Kayna.
"Sunghaan, terimakasih untuk hari ini."
"Iya." Ucap Sunghaan lalu tersenyum.
Kayna hendak turun namun Sunghaan menahannya. "Kayna, bagaimana?"
"Apa?"
"Aku mencintaimu, kau mau menjadi kekasihku?"
"Sunghaan, tapi aku—"
"Sst.. aku tidak peduli, Kayna." Sunghaan mendekatkan wajahnya pada Kayna–semakin dekat. "Aku butuh jawabanmu." Kayna masih terpaku.
"Eottae?" Tanya Sunghaan sembari menaikkan satu alisnya.
"Nde." Ucap Kayna. Sunghaan tersenyum lalu mencium Kayna yang kini telah menjadi kekasihnya.
Dukdukduk!
~Apartemen,
20.35 KST~Heesaa menggeram kesal melihat jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, namun tak ada tanda-tanda kepulangan Kayna. Saat ini ia sedang menemani Hee-jung menonton film kartun dengan susu yang bertengger di tangannya.
Hee-jung terlihat tenang walaupun tak ada Ibunya sedari pagi, membuat Heesaa gelisah. Tapi bukankah justru itu bagus bisa memudahkan Heesaa dalam mengurusnya?
Setelah menidurkan Hee-jung. Heesaa turun menunggu Kayna di halaman apartemennya. Malam ini udara terasa begitu dingin, ia teringat saat Kayna hanya mengenakan dress pendek pagi tadi. Pikirannya berkecamuk apalagi mereka hanya pergi berdua.
Heesaa melihat sebuah mobil hitam muncul lalu berhenti tepat di depan gedung, Heesaa diam-diam bersembunyi di balik tembok. Sedikit mengintip apa yang sedang kedua insan itu lakukan di balik kaca mobil yang tembus pandang itu.
Heesaa melihat Sunghaan yang semakin mendekatkan wajahnya pada istrinya, lalu bibirnya mulai mencium bibir Kayna. Kayna tidak menolak, seolah mempersilahkan Sunghaan bermain dengan bibirnya.
Ciuman itu membuat Heesaa sedikit kesal, sudah seharian bersama sekarang masih belum puas juga. Ia kemudian berjalan ke arah mobil dengan langkah cepat. Menatap adegan ciuman mereka dengan raut wajah yang emosi.
Dukdukduk!
Kaca mobil itu perlahan turun. "Sudah adegan ciumannya, anakmu mencarimu."
Mereka berdua nampak salah tingkah menatap Heesaa yang melihatnya. Kayna pamit pada kekasihnya, yang lalu mendapatkan hadiah kecupan di keningnya membuat Heesaa yang melihatnya geli.
Kayna berjalan melewati Heesaa dengan senyuman yang masih melengkung di wajahnya. Sesekali ia bersenandung dan terkekeh seperti orang gila.
"Kau rupanya tidak tahu malu ya." Kayna menoleh ketika Heesaa berbicara.
"Maksudmu?" Tanya Kayna heran dengan ucapan Heesaa padanya.
"Berciuman di dalam mobil dengan kaca yang tembus pandang. Ck, sangat memalukan. Untung saja tidak ada orang yang lewat melihat hal itu."
"Heesaa, kenapa kau menungguku malam-malam di luar?" Tanya Kayna.
Heesaa membelalakkan matanya. "Siapa yang menunggumu? Percaya diri sekali kau berkata seperti itu. Aku baru selesai membuang sampah, lalu tidak sengaja melihat kau sedang berciuman dengannya. Harusnya kau beruntung karena aku yang memergokimu, bukan orang lain." Ucap Heesaa dengan kesal.
Kayna melengos. "Lagipula aku tidak peduli juga jika orang lain yang memergokinya. Tidak ada yang salah dari kita berdua karena kita saling mencintai." Ucap Kayna membuat pria Lee itu tertawa mendengar perkataannya.
"Rupanya kau masih percaya dengan cinta ya? Hei, Kayna hati-hati. Tidak semua pria bisa kau percaya. Siapa tahu kau hanya pelarian bagi Sunghaan."
"Sunghaan bukan bajingan sepertimu, Heesaa. Ingat perjanjian kita untuk tidak saling mencampuri urusan masing-masing. Aku tahu kau peduli padaku, tapi jangan berkata yang tidak-tidak soal Sunghaan. Lagipula kau tidak mengenalinya." Ucap Kayna.
"Siapa yang mencampuri urusanmu? Tidak, aku tidak peduli denganmu, mau kau berciuman bahkan tidur dengan Sunghaan 'pun aku tidak peduli, karena aku sudah memiliki Wony." Ucapnya sedikit membentak lalu meninggalkan Kayna yang masih terdiam.