"Heesaa, apa yang kau lakukan?" Bisik Kayna tak ingin membangunkan anaknya yang sudah tertidur pulas.
Tak menjawab, tangannya menyibak gaun tidur Kayna—meraba paha mulusnya dengan lembut. Wajahnya mulai mendekat mengendus wajah cantik Kayna.
"Jika kau menolaknya, aku akan membangunkan Hee-jung." Ancamnya yang kini berhasil mengelus pusat tubuh Kayna yang masih tertutup panty.
"Kau gila, Heesaa." Kayna hanya bisa pasrah ketika Heesaa mengangkat tubuhnya keluar kamar. Masih membiarkan pintu itu terbuka. Mengukung tubuh Kayna di atas sofa.
"Aku merindukanmu, Kayna." Kayna meringis ketika Heesaa mulai mencium lehernya, menyesapnya dengan liar hingga menimbulkan bekas kemerahan.
"Heesaa, lepaskan aku." Lirih Kayna.
Habis sudah kesadarannya ketika Heesaa mulai memainkan jarinya, mengoyak miliknya yang sudah sangat basah.
"Kau tidak bisa menolaknya, Na." Ucap Heesaa lalu mengecup seluruh tubuh Kayna, memberi tanda kemerahan yang begitu banyak membuat tubuhnya basah.
Heesaa melepaskan celana dalamnya, menampakkan kejantanannya yang berdiri tegak.
"Heesaa, harusnya kau sadar, kita sudah bukan siapa-siapa lagi—Ugh.."
Tak mendengarkan ucapan Kayna dan masih terus menggesekkan batangnya pada milik Kayna yang sangat licin. Mencoba memberontak dengan mendorong tubuh Heesaa, namun tidak membuat Heesaa menjauh. Kayna memang merindukan sentuhan ini, tapi tidak untuk sekarang. Walaupun ia masih mencintai Heesaa meskipun itu sedikit, tapi ia tidak ingin dianggap murahan dengan mempersilahkan Heesaa menyentuh tubuhnya.
Ia memejamkan mata menahan perih saat Heesaa mengisi tubuhnya dengan kejantanannya. Mencekal kedua tangan Kayna hingga membuat wanita itu tidak bisa bergerak. Kayna merasa di lecehkan oleh suaminya, melakukan semuanya dengan paksaan.
"Kayna, aku merindukan lubangmu—Ugh.."
Bergerak pelan namun sangat nikmat. Walaupun Kayna pernah melahirkan Hee-jung, namun miliknya masih membungkus dengan sempurna, seperti milik Wony.
Heesaa menundukkan kepalanya melumat buah dada Kayna yang di penuhi tanda miliknya. Lalu mencengkram kedua paha Kayna agar terbuka lebar menampakkan miliknya yang bergerak keluar-masuk ke dalam surga milik Kayna.
Kayna menggigit bibinya, menahan desahan yang sedari tadi ingin keluar, yang justru membuat Heesaa kesal. Terus menghentakkan tubuhnya dengan kasar.
"Mendesah Na, ahh.. desahkan namaku.." Bisik Heesaa di telinganya, menggoyangkan pinggulnya semakin cepat hingga rasanya Kayna ingin meledak dengan kenikmatan yang Heesaa berikan.
"Ugh.. Heesaa.." Kayna menyerah, ia tak munafik. Heesaa memang pandai membuatnya tidak berdaya. Dalam hentakkan terakhir Heesaa sampai pada pelepasannya yang ia nantikan.
Kayna lemas, bermandikan peluh dan air liur Heesaa. Menarik tautan pusat tubuh mereka, lalu Heesaa meninggalkan Kayna yang terkapar dengan tubuh telanjang.
Tak ada tenaga lagi untuk melawan sikap dominan Heesaa, Kaya hanya bisa menangis dalam kesunyian. Menyesal membiarkan Heesaa menjamah tubuhnya dengan percuma.
***
Pagi sekali Kayna terbangun dengan rasa pegal di tubuhnya, lalu membuka pintu kamar. Biasanya setiap pagi Heesaa duduk di sofa dengan secangkit kopi dan koran.
Ia membersihkan sofa yang semalam menjadi saksi bisu kebrutalan Heesaa. Baju pria itu masih tergeletak di sana, tetap pada posisinya tak berusaha sedikit 'pun.
Kayna memungut bajunya hendak membawanya ke dalam kamar Heesaa. Ia membuka knop pintu yang tidak terkunci. Tak ada sosok Heesaa di dalam sana. Kamarnya sudah rapi dengan sisa bau parfum yang menyeruak. Sudah di pastikan Heesaa telah pergi. Biarkan saja pria itu pergi, jika perlu tidak usah kembali.
Wanita itu masih merasakan sakit di dadanya mengingat Heesaa dengan seenaknya menjamah tubuhnya.
~Perusahaan Baek Corp, 08.30 KST~
Setelah mengantar Hee-jung ke rumah Ibunya, Kayna pergi menuju gedung kantornya. Kembali menyibukkan diri dengan kegiatan, namun ia merasa risih ketika sorot mata sedang memandangnya.
Memberanikan diri menoleh mendapati Kim Sunoo yang berdiri di balik pintu yang terbuka.
"Tidak sopan mengintip orang seperti itu." Kim Sunoo tertawa dan berjalan masuk ke dalam ruangan Kayna. Ia memberi sekotak susu strawberry dengan bertuliskan 'Semangat^^' yang membuat Kayna geli.
"Bukan. Itu bukan dariku. Bedebah itu menemuiku pagi tadi, dan menyuruhku memberikan ini padamu." Ucap Kim Sunoo tak mau Kayna salah paham tentangnya.
Baek Kayna menautkan alisnya ketika Sunoo berkata bedebah yang ia tak tahu siapa orang itu.
"Ah, mian. Maksudku Park Sunghaan." Kayna tersenyum mendengar nama Sunghaan yang akhir-akhir ini muncul di kehidupannya.
Sunghaan seolah penghapus yang setia menghapus jejak pensil yang Heesaa beri di kehidupannya. Walaupun ia baru saja mengenal pria itu, entah mengapa Kayna merasa sangat nyaman jika Sunghaan berada di sisinya.
Kayna memotret kotak susu itu lalu mengirimkannya pada sang pemberi.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rasanya Kayna ingin terbang melayang setelah mendapat balasan dari Sunghaan yang membuat hatinya berdebar. Sunoo yang masih di depannya menatap aneh Kayna yang nampak seperti orang gila.
"Ck. Jatuh cinta memang membuat manusia menjadi kehilangan akal." Ujarnya lalu pergi meninggalkan Kayna yang masih tersenyum menatap layar ponsel.
~Restoran, 13.15 KST~
Hari 'pun telah berganti siang, Baek Kayna memasuki sebuah restoran langganannya, di ujung sana ia menampakai Sunghaan yang tengah bertopang dagu menatap Kayna yang berjalan ke arahnya. Sunghaan memang tidak pernah berbohong, sejak hari dimana ia berkata ingin makan siang bersama Kayna, pria itu menepatinya. Hampir setiap hari Sunghaan datang di jam makan siang, dan menjemputnya pulang di sore hari, bahkan juga saat Kayna lembur.
"Sudah lama menunggu?" Tanya Kayna basa-basi.
"Mau selama apapun, aku akan tetap menunggumu." Kayna tertawa mendengar perkataan Sunghaan. Pria itu memang mudah sekali membuat Kayna tertawa, dari sikap dan perkatannya yang lucu.
"Kayna, hari minggu ada acara?" Tanya Sunghaan sembari melahap makanannya itu.
Kayna menggeleng. "Tidak, aku di rumah. Kenapa?"
"Hari Minggu kita keluar, bagaimana?"
"Kemana?" Tanya Kayna.
"Aku akan mengajakmu dan Hee-jung jalan." Kayna hampir saja tersedak mendengar ucapan Sunghaan.
"Kalau tidak mau tidak apa-apa. Aku tidak akan memaksamu." Ucap Sunghaan.
Kayna terdiam tak menjawab, yang ada di pikirannya apakah benar jika mengajak Hee-jung bersama pria lain selain Ayahnya? Bagaimana jika Heesaa tahu? Tentu akan memicu pertengkaran antara dirinya dan Heesaa.
"Sunghaan, nanti aku kabari jika bisa." Sunghaan tersenyum dan mengangguk.