"Kayna, aku pergi dulu." Pamit Heesaa di ambang pintu, Kayna berlari kecil membawa sebuah kotak dan satu botol air minum.
"Ini makan siangmu."
"Tidak perlu berlebihan seperti ini."
Seolah terbiasa dengan penolakan Heesaa, Kayna hanya tersenyum sembari memegang kotak bekal dan botol minum.
Heesaa perlahan menghilang dari pandangannya saat pintu mulai tertutup. Kayna hanya menghela nafas beratnya.
"Sabar Baek Kayna. Kau pasti bisa membuat Heesaa kembali seperti dulu." Batinya dalam hati.
~Kampus,
12.15 KST~
Setelah kelas usai, Heesaa berjalan menghampiri sahabatnya yang berada di kantin. Mereka melambaikan tangan pada Heesaa dan tersenyum jahil."Woah, lihat calon Ayah telah datang." Goda Riki yang lalu mendapat kekehan dari Jay. Heesaa mendudukkan dirinya di samping Jay, lalu menyandarkan diri pada tembok, sejenak Heesaa memejamkan mata untuk menyegarkan pikirannya.
"Heesaa, bagaimana rasanya menjadi seorang suami?" Tanya Riki.
Heesaa tidak menjawab, ia masih tetap pada posisinya. Jay dapat melihat jelas raut wajah sahabatnya yang berbeda dari biasanya.
"Hey, apa seberat itu?" Tanya Jay sembari menyenggol lengan Heesaa.
"Kau pikir menjadi kepala keluarga di usia muda itu mudah?"
"Apa yang membuatmu begitu berat? Kau sendiri yang bilang ingin selalu bersama Kayna, lalu sekarang Tuhan telah mengabulkan perkataanmu dengan menjadikan Kayna sebagai istrimu."
"Tapi ini bukan waktu yang tepat." Ketus Heesaa. Jay dan Riki saling melirik saat mendengar perkataan Heesaa.
"Ahh.. jangan buat aku tambah stres lagi. Sekarang bantu aku. Carikan aku pekerjaan."
"Bagus, bekerjalah. Cukupi anak istrimu." Celetuk Riki.
"Bukannya keluarga Kayna kaya? Kenapa kau pusing mencari pekerjaan?" Tanya Jay.
"Aku tidak akan memanfaatkan Kayna untuk ini. Biar aku yang berusaha sendiri."
"Lihat ini." Riki menyodorkan selembar kertas yang baru saja ia dapat dari Cafe dekat kampus.
"Dimana ini?"
"Ini cafe baru di depan kampus, baru buka beberapa hari yang lalu. Sepertinya kau akan langsung diterima disana, lagipula memang karyawannya masih sangat sedikit." Jelas Riki.
"Baiklah. Terimakasih. Aku akan kesana." Heesaa beranjak meninggalkan kedua sahabatnya dengan berjalan lebih cepat menuju Cafe tersebut.
~Apartemen,
16.56 KST~Baek Kayna merasakan bosan setelah seharian berada di dalam kamar. Biasanya setiap hari gadis itu akan pergi ke kampus, lalu bertemu dengan Ryu-jin atau Heesaa, dan di malam hari dia di sibukkan dengan tugas.
Kayna mengambil ponsel berniat mengajak Heesaa jalan-jalan, namun ponselnya tidak aktif. Ia menghela nafas kasar lalu kembali merebahkan diri di kasur. Daripada ia menghabiskan waktu hanya untuk berdiam diri lebih baik tidur sembari menunggu Heesaa pulang.
***
Heesaa tiba larut sekali, masih dengan pakaian yang sedari pagi ia kenakan. Ia berjalan masuk ke kamar untuk menemui istrinya yang sedang tertidur. Tak ingin membangunkan Kayna, Heesaa pergi membersihkan dirinya yang penuh keringat, lalu ikut merebahkan tubuhnya di samping Kayna.
"Kau darimana saja, Hees?" Bisik Kayna saat merasakan Heesaa mengelus lembut pipinya.
"Belum tidur?" Kayna perlahan membuka matanya, menampaki Heesaa yang tengah menatapnya.
"Aku tertidur dari tadi sore, menunggumu pulang."
"Maaf, aku tidak sempat mengabarimu. Mulai siang tadi aku bekerja di cafe dekat kampus. Mungkin setiap hari aku akan pulang malam, dan aku harap kamu mengerti." Ujar Heesaa.
"Lalu meninggalkanku sendiri?"
"Kayna, ini kulakukan demi kita. Aku mohon mengertilah. Kau sendiri yang memintaku untuk bertanggung jawab. Sekarang setelah kulakukan, kau masih menuntutku lagi."
"Heesaa, kau masih belum ikhlas menikahiku?"
"Sudah, jangan di bahas. Aku sangat lelah hari ini. Besok aku harus bangun pagi, lalu bekerja lagi." Ucap Heesaa lalu mencium kening Kayna dan mulai memejamkan matanya untuk tidur.
"Heesaa, jika kau merasa berat lebih baik kau terima saja tawaran bekerja di perusahaan Ayahku."
Hening. Heesaa tidak menjawab, ia semakin menutup tubuhnya dengan selimut. Harusnya gadis itu paham jika Heesaa tidak ingin membebani keluarganya, namun di sisi lain ia sedih melihat Heesaa yang harus bekerja sangat keras dan juga ia harus menyelesaikan kuliahnya. Apa ia salah telah memaksa Heesaa untuk menikahinya? Melihat Heesaa tertidur dengan wajah lelahnya membuat hati Kayna sakit. Ia merasa seperti beban bagi Heesaa.
