KEBAHAGIAAN

318 28 2
                                    

Sunghaan tersenyum manis menatap langit di Jepang, seorang diri terduduk di sebuah taman. Serpihan memori bersama Kayna kini berputar kembali di kepalanya. Semua tentang Kayna terasa sulit untuk dihilangkan. Harumnya yang seolah masih tercium di manapun ia berada, bahkan ketika di negara asing 'pun.

Teringat saat pertama kali ia bertemu dengan Hee-jung lalu mengantarnya pulang. Sejak saat wanita itu berkata tak memiliki suami, Sunghaan seolah mendapat peluang emas untuk mendapatkan cintanya.

Sampai pada akhirnya Sunghaan tahu tentang kehidupan Kayna yang sebenarnya. Mau di bilang sakit, tentu saja. Namun pria itu mengerti akan posisi Kayna, itu sebabnya ia semakin mendekatinya—membantu Kayna untuk melangkah bahwa ia juga bisa hidup bahagia.

Tersisa waktu tiga hari untuk kepulangannya ke Korea, rasanya ia belum siap dengan itu. Jantungnya masih berdegup kencang membayangkan ketika nanti ia akan bertemu dengan Kayna, wanita yang selalu ia cintai. Melihatnya tersenyum bahagia walau tanpa dirinya.

Perlahan udara semakin dingin, membuat Sunghaan tak mampu lagi berada di luar, ia bergegas bangkit kembali memasuki apartemennya.

***

"Kayna, dimana handuk Hee-jung?" Tanya Heesaa.

"Ada di lemari kecil."

Kayna masih terpaku menatap salju yang perlahan-lahan mulai turun, sangat cantik. Salju yang indah, di hari yang cukup menyakitkan.

Seharusnya Kayna bahagia dengan apa yang ia nantikan selama ini. Melihat Heesaa yang masih fasih merawat Hee-jung, bahkan tak heran terkadang pria itu menggantikan peran Kayna sebagai Ibu. Memandikan, memberi makan, dan lain-lain. Harusnya Kayna bahagia dengan itu. Heesaa yang berubah dan benar-benar membuka hatinya untuk Hee-jung, seolah ia ingin mendapatkan gelar menjadi Ayah yang baik.

"Kayna, Hee-jung ingin makan." Ujar Heesaa yang membuat Kayna tersadar dari lamunannya.

Ia langsung bergegas bangkit, namun Heesaa menarik pergelangan tangannya.

"Aku harap tidak ada lagi yang kau pikiran, dan ayo bahagia, Lee Kayna." Ucap Heesaa lalu memeluk tubuh Kayna.

"Eomma! Appa!" Panggil Hee-jung lalu ikut memeluk mereka.

~House,
19.45 KST~

Malam ini Kayna membantu sang Ibu untuk memasak makan malam. Selama tiga hari ini mereka berada di kediaman Baek.

Kayna melihat Hee-jung sedang bermain bersama Heesaa. Tertawa terbahak-bahak dengan Heesaa yang menggelitik perutnya.

"Eomma, tolong aku.." Teriak Hee-jung yang masih tertawa.

"Hey, sudah cukup bermainnya. Waktunya makan malam." Ucap Kayna. Heesaa dan Hee-jung menurut, lalu mendudukkan diri mereka bersampingan di depan Kayna dan Nyonya Baek.

"Kakek dimana?" Tanya Hee-jung sembari melihat-lihat sekitarnya, ia tak melihat keberadaan Kakeknya.

"Sedang keluar kota, Hee-jung-ah."

Baek Kayna memberikan Hee-jung beberapa lauk kesukaannya, lalu membiarkan Heesaa membantunya makan.

"Kapan kau berangkat Heesaa?" Tanya Nyonya Baek.

"Mungkin lusa, Eommoni."

"Hati-hati disana, Heesaa-ah. Jaga kesehatanmu. Kau sudah aku anggap sebagai anakku sendiri." Ujar Nyonya Baek.

Nyonya Baek mengelus punggung tangan Heesaa, menyalurkan rasa sayangnya. "Gwenchana, Heesaa-ah." Ucap Nyonya Baek sembari tersenyum.

Bel rumah berbunyi, seseorang tengah mendentangkan bel, mengganggu acara makan malam yang haru ini.

"Biar aku yang lihat." Ucap Kayna lalu bangkit membuka kenop pintu.

Sedikit terkejut, juga sedikit tidak percaya dengan sosok pria yang ada di hadapannya kali ini. Ia tengah tersenyum hangat di bawah salju yang masih senantiasa turun. Wajah tampan dan bibir tipis yang selalu Kayna rindukan itu.

"Annyeong, Baek Kayna." Suara yang khas sekali mengayun di telinganya. Tidak, ini bukan mimpi. Ini nyata Sunghaan berada di hadapannya.

Kayna memeluk tubuh tegapnya yang sudah lama ia rindukan, tak peduli dengan keberadaannya yang masih berada di rumah orang tuanya. Sunghaan membalas pelukan Kayna dengan erat, seolah menyalurkan rindu yang tengah menggunung.

"Aku merindukanmu, Sunghaan-ah.." Sahut Kayna, tanpa ia sadari air matanya yang mulai jatuh di pipi mulusnya.

"Baru saja aku tinggal beberapa bulan untuk menjenguk nenekku." Ujarnya lalu terkekeh.

"Sehari 'pun tanpa kau sadari aku tetap merindukanmu, Sunghaan." Ucapnya lalu semakin mengeratkan pelukannya.

Heesaa menyusul Kayna yang tidak kembali ke ruang makan, takut ada seseorang yang menyakitinya.

Terpaku dan tak mampu lagi menggerakkan tubuhnya saat menampakkan Kayna tengah memeluk seorang pria sembari menangis. Perlahan ia melangkah mundur, membiarkan Kayna melepas rindu pada kekasihnya, Sunghaan.

"Siapa?" Tanya Nyonya Baek.

"Park Sunghaan." Jawab Heesaa dengan sedikit sendu.

"Heesaa-ah, gwenchana?"

"Gwenchana, Eommoni. Jangan khawatir." Ujarnya lalu tersenyum tipis.

Kayna mendudukkan Sunghaan pada sofa panjangnya, masih dengan memeluk tubuhnya.

"Kau merindukanku?" Tanya Sunghaan, lalu di balas anggukkan oleh Kayna.

"Bagaimana dengan sidangnya? Apa berjalan lancar." Tanya Sunghaan.

"Sejujurnya, aku masih tidak tega menceraikan Heesaa. Tapi kali ini aku harus melakukannya, karena aku mencintai diriku dan dirimu." Jawab Kayna.

Sunghaan terkekeh mendengar ucapan kekasihnya. "Aku tidak menyuruhmu untuk memilihku. Ikuti semua kata hatimu, Na. Yang terpenting kau sudah ikhlas memaafkan kesalahan Heesaa di masa lalu."

"Aku sudah memaafkannya, Sunghaan." Ujarnya. Sunghaan lalu mencium bibir mungil kekasihnya yang sangat ia rindukan.

***

Malam semakin larut, semua orang yang berada di dalam rumah itu telah tertidur, terkecuali Heesaa dan Sunghaan. Mereka duduk berdua di balkon rumah Kayna dengan beberapa botol soju yang menemani keheningan diantara mereka.

Heesaa menuangkan Soju pada gelas milik Sunghaan yang masih kosong.

"Bagaimana rencanamu setelah ini?" Tanya Heesaa yang memecahkan keheningan diantara keduanya.

"Tentu saja aku akan menunggu Kayna beberapa bulan lagi untuk menikahinya." Ujar Sunghaan lalu meneguk minuman yang sudah Heesaa tuang.

"Kau bagaimana? Apa yang akan kau lakukan di London?"

"Tentunya bekerja." Jawab Heesaa lalu membuat keduanya terdiam sejenak.

"Sunghaan.." Lirih Heesaa. "Aku serahkan kebahagiaan Kayna dan Hee-jung padamu. Tolong jaga mereka untukku." Sambung Heesaa.

"Ck, tentu saja. Kau harus percaya padaku." Ucap Sunghaan lalu terkekeh.

"Aku menyesal, namun aku menghargai keputusan Kayna. Saat ini aku akan melakukan apapun, yang terpenting Kayna merasa bahagia." Ujar Heesaa.

"Aku juga sudah rela jika Kayna memilih kembali padamu. Karena kau berhak atas segalanya untuk Kayna dan Hee-jung."

"Sudahlah, jangan di bahas lagi. Lebih baik kita habiskan minuman ini lalu kembali tidur." Ucap Sunghaan.

KEEP COMING BACK TO YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang